13

3.7K 70 0
                                    

Sudah sebulan Jona tidak kembali ke apartemen milik Shen. Selama itu pula, Shen terus mencoba menghubungi Jona untuk meminta maaf.

Shen hanya bisa bertemu Jona saat bimbingan tugas akhir, karna saat ini tengah libur panjang setelah ujian. Saat bertemupun Jona tidak menghindar, namun ia tidak bersedia untuk diajak bicara.

Jona memiliki kedai kopi yang dibangun bersama temannya setahun kebelakang, Shen berpikir mungkin Jona berada di kedai kopi, namun saat dihampiri oleh Shen, Jona lagi-lagi selalu tidak ada disana.

Dua hari setelah ia mencari Jona, Shen mendapat email dari sepasang suami-istri yang menginginkan seorang anak. Notifikasi email itu pasti sampai juga kepada Jona, karna mereka berdua yang mengelola email tersebut.

Tanpa pikir panjang, Shen segera mengambil sebotol minuman dan menenggaknya hingga habis.

Seperti biasa, seminggu kemudian Shen mendapati dirinya telah mengandung. Namun berbeda seperti kehamilan sebelumnya, kehamilan yang kali ini membuat dirinya mengalami morning sick yang lebih parah, tubuhnya pun lebih lemas dari biasanya, dan sedikit lebih manja. Bahkan sampai pada bulan 5 kehamilanpun, Shen masih mengalami morning sick.

"Hoeekk.. uhuk.. hooekk.." sudah ketiga kalinya Shen memuntahkan isi perutnya pagi ini. Namun hanya liur yang keluar, sebab ia belum memakan apapun pagi ini.

Beruntungnya Shen dan Jona sudah berbaikan. Jadi Shen merasa nyaman karna ada yang mendampinginya.

Jona memasuki toilet, tempat Shen berada. Jona letakan gelas yang berisi air hangat di meja wastafel, setelah itu ia membantu Shen untuk memijat tengkuknya.

Shen membilas mulutnya, dan menerima gelas air hangat dari tangan Jona, lalu diminumnya air hangat itu hingga habis.

"Sudah merasa baikkan?" Tanya Jona. Tangannya masih terus mengusap tengkuk dan punggung Shen.

"Iya. Tapi perutku masih terasa tidak enak." Jawab Shen.

"Yasudah kita kembali ke kamar dulu." Shen mengangguk, mengiyakan ucapan Jona.

Dituntunnya Shen oleh Jona untuk kembali ke kamar, dan membantu merebahkan tubuh Shen. Saat Jona hendak pergi, Shen menahan lengan Jona.

"Mau kemana? Jangan tinggalin aku." Ucap Shen dengan wajah yang seperti ingin menangis serta semakin mempererat rematannya pada lengan Jona.

"Aku hanya ingin mengisi air minum untuk kamu. Tunggu sebentar ya." Jawab Jona.

"Aku ikut." Bantah Shen.

Dengan susah payah, ia kembali bangkit dari posisi tidurannya. Jona tidak bisa membantahnya, karena pada kehamilan yang kali ini, Shen jadi jauh lebih sensitif.



Jam menunjukkan pukul 11 lewat 15 menit malam. Jona telah merebahkan dirinya di ranjang milik Shen dengan Shen yang tentu saja berada dalam dekapannya.

Punggung Shen menempel pada dada bidang Jona yang tidak mengenakan apapun, dengan lengan Jona sebagai bantal untuk kepala Shen.

Shen terus menggenggam tangan Jona dengan erat. Setelah Jona kembali ke apartemen miliknya dan mereka berbaikan, Shen menjadi lebih menunjukkan sifat manjanya dan terus menempel pada Jona.

Jona menyingkap baju tidur yang dikenakan Shen hingga memperlihatkan perut buncitnya. Jona arahkan tangannya ke perut Shen dan mengelusnya dengan lembut. Membuat Shen jatuh tertidur.

MIRACLE'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang