Happy reading...
JEVANYA || STEPBROTHER
å gapapa. mereka cuman melihat diriku, tapi mereka tidak merasakan jadi aku.
.🦋.
Seorang wanita dengan wajah pucat sedang termenung, sesekali matanya memandang sendu keluar jendela besar yang terpasang di kamar apartemennya. Ravanya Graseylla, wanita cantik berkulit putih pucat itu sedang menatap langit disana yang terlihat mendung di pagi hari, awan hitam mulai bergeser ke arah utara. Dalam hatinya terus saja membatin semoga hujan turun, agar ia memiliki alasan untuk tidak datang ke acara pernikahan Papahnya.
Kalian tidak salah dengar, itu memang acara pernikahan Papahnya. Prasetya--Papah Vanya memutuskan untuk menikah lagi hari ini, dengan wanita yang dicintainya. Jika kalian pikir Vanya menyetujuinya kalian salah, tentu saja Vanya tidak setuju tapi ia tidak bisa mengutarakan ketidak setujuannya sebab Prasetya sang Papah pasti tidak akan mau mendengarkannya.
Valerine sang Mamah telah meninggal dunia dua tahun yang lalu, saat Vanya masih duduk di kelas 2 SMA. Valerine meninggal karena serangan jantung, ia terkejut saat mengetahui Vanya hamil di usia yang masih 17 tahun. Ya, Kakak kelasnya memperkosa Vanya hingga hamil, dan beruntungnya janin itu gugur karena Vanya yang sters dan hampir gila.
Sehari setelah Mamanya meninggal, Prasetya Papahnya memukulinya tanpa ampun. Memarahi Vanya dan mengatainya anak pembawa sial, Vanya hampir mati di tangan Prasetya Papahnya sendiri jika saja Hana sang Tante tidak menolongnya saat itu. Ya, mungkin karena itu juga janjinya gugur saat usia kandungan 3 minggu.
Vanya melanjutkan sekolahnya di sekolah lain, lalu setelah lulus Vanya berkuliah, tapi ia putus kuliah di semester ke 2 tepatnya 2 bulan lalu.
Vanya memilih bekerja di bar sebagai bartender tanpa sepengetahuan Papahnya. Vanya sudah malas berkuliah, entahlah, rasanya ia benci dengan semua yang ia lakukan.
Papahnya selalu memukul Vanya setiap dia pulang kerja, dia bilang dia benci melihat wajah Vanya. Maka dari itu Vanya memilih keluar dari rumah dan tinggal di apartemen. Prasetya setuju, ia justru terlihat senang mendengarnya.
Vanya membencinya, ia benci semuanya yang terjadi pada dirinya. Karena pemerkosaan itu, Vanya berpikir semua sudah terlanjur, dia sudah kotor dan hina. Kenapa tidak melakukannya seperti itu bukan? Dari pada merenung dan menyesali masa lalu.
"Vanya."
Vanya tersenyum kecut, lalu menoleh ke arah Rafa yang baru saja keluar dari toilet apartemennya, ia terlihat sudah rapih.
"Gue pergi, ada kelas hari ini," lanjutnya, Vanya hanya mengangguk menanggapinya.
"Vanya, ayo gue anter ke gedung pernikahan bokap lo," ujar Rafa.
Vanya menggeleng, "Lo pergi aja, gue bisa ke sana sendiri," sahutnya.
Rafa mengangguk setuju, "Oh, oke. Kalau butuh apa apa langsung telpon gue aja," ucapnya, lalu ia bersiap pergi.
Sebelum pergi Rafa menghampiri Vanya dan mengelus puncak kepada Vanya lalu mencium singkat bibirnya, lalu ia pergi.
Rafa Aldiano, ia adalah sahabat Vanya. Vanya sudah berbagi kehangatan dengannya, dan Vanya tidak perduli Rafa hanya memanfaatkannya atau tidak, yang pasti Vanya nyaman bersama Rafa. Rafa baik dan selalu ada untuknya.
Ting!
Vanya melihat hpnya yang berdering.
Papah: datang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANYA || Stepbrother
Teen Fiction"Lihat, siapa yang jalang? Lo atau nyokap gue?" tanya Jevan dengan tatapan mengejek, hal itu membuat Vanya berdecih dan tersenyum miring. "Gak ada yang lebih nikmat dari penghianatan bukan? Ayo bikin lo dan gue berkhianat sama orang tua kita masing...