03. Bertemu kembali

119 35 3
                                    

Happy reading...

JEVANYA ||  STEPBROTHER

å yang menyakitiku saja setenang itu, lantas mengapa aku secahancur ini?

.🦋.

Jam menunjukkan sudah pukul tiga dini hari, Vanya masih setia melayani para pelanggan yang mengajaknya mengobrol sambil minum, minuman yang ia racik sendiri.

"Vanya, Lo tahu? Banyak yang mau nyewa lo di sini, mereka berani bayar lebih. Apa lo beneran gak tertarik?" Billy berujar dengan santai sambil menghisap rokok yang ada di selipan jarinya, Billy Adisson anak pemilik Club tempat Vanya bekerja, usianya sama dengan Vanya jadi terbilang gampang untuk mengakrabkan diri walau baru dua hari kenal.

"Enggak. Gaji ini cukup buat gue," sahut Vanya sambil merapihkan botol botol kosong memasukannya kedalam kardus.

"Kalo gue yang nyewa lo gimana? Lo mau?" Tanya Billy dengan senyuman tipis.

"Berani bayar berapa lo?" Tantang Vanya.

"Lo maunya berapa?"

"Semua. Semua harta yang lo punya," sahut Vanya dengan tersenyum mengejek, membuat Billy tertawa pelan.

"Serius Vanya. Gue bisa bayar lo berapapun. Tapi kalo semua harta gue itu gak masuk akal."

"Gue bercanda, lagian juga gue gak jual diri," balas Vanya, ia tidak menjual diri. Tapi terkadang ia membiarkan tubuhnya di jamah laki laki lain tanpa bayaran, hanya untuk kesenangannya saja.

Tuk! Tuk!

Vanya dan Billy menoleh pada laki laki yang baru saja mengetuk jarinya di atas meja bar. Vanya mengerutkan dahinya ketika mendapati Jevan di sana.

"Gue pergi dulu," bisik Billy, lalu pergi meninggalkan Vanya dan Jevan.

"Kasih gue minuman terbaik yang pernah lo bikin," pinta Jevan, tanpa menyahut Vanya segera membuatnya untuk Jevan. Vanya yakin Jevan sudah agak mabuk, terlihat dari matanya yang memerah.

Setelah minumannya jadi, Vanya menaruhnya di depan Jevan.

"Udah ketebak, lo bukan cowok modelan kutu buku tanpa seneng-seneng," ucap Vanya sambil tersenyum tipis.

Jevan meminum minumannya sampai habis, sementara Vanya hanya diam sambil menatap wajah Jevan yang terlihat menikmati minumannya.

Jevan mengangkat wajahnya menatap Vanya, "Temen gue ada yang mau sama lo," ucapnya sambil tersenyum mengejek, membuat Vanya yang sedang tersenyum merubah raut wajahnya dingin.

"Apa tiga puluh juta cukup? Hmm, nggak! Dua juta, iya dua juta. Cewek kayak Lo ga pantes di hargai semahal itu," lanjut Jevan sambil tertawa pelan, sepertinya cowok itu benar benar mabuk sekarang.

Vanya menatap Jevan dengan kesal, "Bilang sama temen lo, kalo miskin jangan coba coba tawar gue!"

Jevan tertawa menanggapinya, "Dia juga tau mana yang harus di bayar mahal sama yang di bayar murah. Jangan sok jual mahal Vanya!"

JEVANYA || Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang