Happy Reading...
JEVANYA || STEPBROTHER
å kadang, ada capek yang gabisa dijelasin.
.🦋.
Jevan mengerang dalam tidurnya, ia membuka matanya dan memandang langit langit kamarnya dengan tatapan sayu.
Jevan mengingat ingat soal semalam, ia ingat semalam ia bertemu dengan kekasihnya di taman kota, lalu kekasihnya memutuskan nya dengan alasan sudah tidak mencintainya lagi. Kemudian ia pergi ke club bersama Haikal, dan bertemu Vanya di sana yang ternyata bekerja menjadi bartender, setelah itu ia tidak mengingat apapun.
Dan Jevan tebak, Vanya yang membawanya pulang. Mengingat Haikal dan Sera tidak tahu di mana rumah barunya.
Jevan mendengus, ia mengubah posisinya menjadi duduk, membuatnya meringis sambil memegangi kepalanya sendiri.
Ceklek!
Jevan terkejut saat pintu kamarnya di buka secara tiba-tiba, terlihat Fani yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Udah Bunda bilang jangan mabuk! Nggak baik buat kesehatan kamu Jevan!" Fani berujar kesal.
Jevan bangun dari kasurnya, lalu berjalan melewati Fani.
"Nggak sering Bun. Bunda gak perlu khawatir," sahut Jevan memasuki kamar mandi dan menutup pintunya.
Fani mendengus kecil, semalam ia melihat Jevan dan Vanya pulang bersama dengan kondisi Jevan yang mabuk.
.🦋.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, Jevan tidak pergi ke kampus karena hari ini libur. Ia baru saja selesai makan siang bersama Fani, mengingat Prasetya bekerja siang ini. Sementara Vanya tidak keluar kamar dari pagi, membuat Fani khawatir terlebih pintunya Di kunci dari dalam.
Kini Jevan tengah memandang pintu bercat bercat coklat di depannya yang tak lain adalah kamar Vanya. Jevan melirik kunci cadangan kamar Vanya di tangannya yang ia dapat dari Bibi Hana, entah kenapa ia sampai mau melakukan ini. Mungkin karena ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Vanya di dalam kamar.
Jevan memasukkan kunci yang ada di tangan nya ke lubang kunci pintu, lalu memutarnya dan membukanya dengan mudah, kemudian terbukalah pintu kamar yang memperlihatkan kondisi ruangan kamar yang gelap.
Jevan melangkah masuk perlahan, menekan saklar lampu yang berada di sana sehingga memperlihatkan kondisi kamar Vanya yang sangat berantakan, namun ia tidak menemukan Vanya di sana.
Jevan menoleh ke arah pintu kamar mandi karena mendengar percikan air dari dalam kamar mandi, ia pun perlahan mendekat ke arah pintu kamar mandi lalu mengetuk pintunya berulang kali tetap tidak ada sahutan dari dalam sana.
Jevan menghela napasnya berat, ia memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi tersebut dengan pelan. Sampai akhirnya ia melihat Vanya yang tak sadarkan diri di sana, berbaring di dalam bathtub yang penuh air, bahkan airnya meluber karena keran yang tak kunjung di matikan.
Sontak dengan sigap Jevan menghampiri Vanya, melihat air di dalam bathtub yang sudah berubah warna menjadi kemerahan seperti air darah. Jevan dengan cepat mengangkat kedua tangan Vanya dan melihat luka sayat di tangannya, bahkan luka itu basah dan tak lagi mengeluarkan darah karena terlalu lama terendam air, Jevan juga melihat cutter yang berada di pinggiran bathtub.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANYA || Stepbrother
Dla nastolatków"Lihat, siapa yang jalang? Lo atau nyokap gue?" tanya Jevan dengan tatapan mengejek, hal itu membuat Vanya berdecih dan tersenyum miring. "Gak ada yang lebih nikmat dari penghianatan bukan? Ayo bikin lo dan gue berkhianat sama orang tua kita masing...