I. Gift from God

1.6K 133 4
                                    

"Sepertinya aku tersesat ke masa depan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Soobin merapatkan jaketnya. Kedua pundaknya nampak tak seimbang karena salah satunya memanggul tas.

"Ingat ya! Jangan sampai terlambat mengirim. Tenggat waktunya nanti tengah malam." Hueningkai menepuk pundaknya. Teman satu kelompoknya itu berlalu lebih dulu ketika taksi pesanannya datang. Meninggalkannya berjalan sendirian menuju halte.

Pria berdimpel itu menunggu tak sampai 10 menit hingga bus datang. Menaiki bus dan memilih duduk dengan tenang. Ia memandang ke luar jendela kaca bus. Melihat bagaimana kota Seoul di guyur hujan gerimis.

Ia memutar sesuatu di ponselnya. Memutuskan mendengarkan musik dengan tenang sebagai teman perjalanan pulang.

Soobin selalu demikian.

-----💍💍💍💍-----

"Aku pulang."

Hening. Soobin sudah terbiasa.

Langkah kakinya membawanya masuk dan merebahkan tubuh besarnya di atas ranjang. Ia melihat langit-langit apartemen. Menghela napas berat sebab kelelahan sepanjang hari.

Tapi ia tak bisa berdiam terlalu lama. Masih ada tugas yang harus ia selesaikan dan kirimkan pada Hueningkai sebelum tengah malam.

Ia memutuskan mandi dengan cepat dan makan semangkuk cup ramyun. Kembali membuka laptop dan dengan cepat merevisi beberapa bagian yang dirasa masih kurang.

Tak sampai dua jam ia selesai. Pria jangkung itu menutup laptopnya dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Sungguh Soobin ingin tidur saat ini. Apalagi kasur empuk itu seakan memanggilnya sejak ia pulang.

Soobin memilih mengikuti kehendak tubuhnya. Menggosok gigi dan segera bergelung dalam selimut. Mencoba mengistirahatkan diri ditemani suara hujan dan lampu remang-remang yang sengaja ia pasang agar tidurnya nyaman.

"Selamat tidur Soobin."

Soobin berucap pelan. Mengucapkan selamat tidur pada diri sendiri.

-----💍💍💍💍-----

Soobin merasakan sesuatu yang berambut ada di bawah hidungnya. Belum lagi 'sesuatu' itu mendusal semakin merapat.

Ia membuka matanya perlahan. Mencoba mengumpulkan kesadaran dan memfokuskan mata terhadap benda yang tak bisa diam di depannya.

1...

Berkedip

2...

Berkedip

3...

Tangannya terjulur dan menyentuh sesuatu berwarna kuning.

'Oh ini rambut.'

4...

'Rambut?!!! RAMBUT!!!?'

5...

"AAARRRGHHHH!!!!!!!"

Teriakan Soobin membuat sesuatu yang barusan ia sentuh ikut terkejut. Seorang pria yang terlihat seumuran dengannya tiba-tiba terbangun dan ikut berteriak.

"Aarrghhhh!!!!"

"Kenapa kau ikut teriak?! Harusnya aku yang takut disini!" Soobin membungkus dirinya dengan selimut miliknya.

Namun pria tadi malah melihat ke arah jam dinding di kamarnya dan berteriak lagi!

"Aku terlambat kelas pagi!!!! Dosen Kim akan membunuhku!!" Pria berambut kuning itu beranjak dari ranjang dan membuka lemari dengan cepat seolah itu adalah miliknya.

"Hei!!! Apa yang kau lakukan! Berhenti membuka lemariku!" Soobin tidak tahu siapa pria asing ini. Apakah dia pencuri?!! Tapi seingatnya ia telah mengunci pintu semalam. Apa saking lelahnya ia lupa???

"Lemariku? Ini lemariku!" Pria itu bersikukuh. Ia bahkan telah mencomot satu pakaian dalam dan hendak mengambil kemeja.

"Yak!!! Letakkan celana dalam ku!! Dasar penyusup!"

"Penyusup?!! Apa maksudmu? Ini apartemen ku!"

Soobin makin kesal. Apa ini adalah modus baru pencurian berkedok lupa ingatan?

"Apartemen 553 ini milikku!" Pria tadi masih saja yakin sekali. Dan Soobin cuma bisa menahan diri untuk tidak memukulnya di tempat.

"Milikku? Aku telah menempatinya selama 3 tahun!" Soobin meninggikan suaranya. Membuat pria kuning telur itu mengernyit bingung.

"3 tahun? Aku telah disini sejak jadi mahasiswa baru di tahun 2019! Bahkan di tahun 2021 sekarang aku pun masih menyewanya!"

Ucapan pria itu membuat Soobin makin pening. Jenis obat-obatan apa yang diminumnya hingga pria itu berkhayal sejauh ini?! 2021? Bahkan sekarang sudah tahun 2024!!!

"Sepertinya kau ini lepas pengawasan dari rumah sakit jiwa. Sekarang sudah tahun 2024!"

Pria tadi terdiam. Apa ia salah dengar? 2024? Apa pria berdimpel itu baru saja membentur tembok?

"Yak! Sekarang tahun 2021! Aku bahkan masih di semester 4." Wajah tak percaya nya membuat Soobin lelah. Pria jangkung itu segera menyodorkan kalender pada ponselnya tepat di depan wajah Yeonjun yang membeo.

"T-tunggu dulu! Ini pasti salah! Ini pasti mimpi. Benar, ini hanya mimpi. Aku harus bangun sekarang atau dosen Kim akan menghancurkan nilai ku."

Pria itu mulai menampar pipinya sendiri. Membuat Soobin terkejut dengan tingkah anehnya.

"Yak!!! Berhenti memukul dirimu! Harusnya aku yang memukulmu!"

"Ah benar. Kau pukul aku sekarang!"

'Pria ini gila!!'

"Aiiis!!! Sudahlah! Jika terus berdebat aku yang akan terlambat kuliah." Soobin berdiri dan merebut celana dalam serta kemejanya. Meninggalkan pria tadi yang sepertinya masih mencerna sesuatu dengan otak kecilnya.

-----💍💍💍💍-----

"A-aku...."

Pria yang mengaku bernama Choi Yeonjun tadi mendadak diam ketika Soobin menyodorkan sepotong roti dan susu.

"Apa?"

"Aku sepertinya—"

'Gila.' Soobin membatin dalam hati sambil menatap prihatin ke arah Yeonjun yang sudah terkena gangguan mental diusia muda. Sayang sekali, pikirnya.

"—tersesat ke masa depan."

Soobin memejamkan matanya. Yeonjun ternyata memang gila 😭

"Aku tidak paham apa yang kau katakan. Tapi aku harus pergi sekarang atau aku akan terlambat di kelas pagi. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, aku belum sempat mengecek beberapa barang yang mungkin saja hilang."

"Aku bukan pencuri!!!"

"Ya ya terserah saja. Aku mau pergi. Diamlah di dalam sampai kita selesaikan ini ketika aku pulang."

Yeonjun tidak membantah. Ia hanya diam sambil mendengus.


Meet You Before Die (End ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang