03 - Awake

542 56 3
                                    

.

.

.

Di Feisheng tengah mengelap pedangnya di aula depan ketika Di Shaoran dengan langkah terburu menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Di Feisheng heran. Seingatnya putra sulungnya ini sama sekali tidak pernah berjalan dengan terburu-buru. Langkahnya selalu anggun dan tenang.

"Dia bangun," lirih Di Shaoran setelah mengumpulkan nafas.

Tidak perlu mendengar dua kali, Di Feisheng segera meninggalkan pedang kebanggaannya bahkan sang putra. Tak tanggung ia juga menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk melewati bangunan utama menuju kamar Li Lianhua yang terletak di bagian belakang paviliun.

"Li Lianhua," ucap Di Fei Sheng dengan nafas memburu. Tentu saja bukan karena kelelahan usai terbang, hal sekecil itu benar-benar tidak akan mengganggu Ketua Aliansi Jinyuan.

Semua lebih karena efek dari degup jantungnya yang bertalu cepat. Terlebih ketika melihat sosok yang dipanggilnya kini tengah duduk di tepi ranjang dengan tatapan bingung.

"Li Lianhua," panggil Di Feisheng sekali lagi lebih mendekat, suaranya lebih tercekat. Jantungnya? Jangan tanya lagi, itu hampir lepas ketika manik sebening kristal milik Li Lianhua membalas tatapannya.

"A-Fei?" suara Lianhua hampir tidak terdengar. Beberapa kali ia berdehem berusaha membersihkan tenggorokannya yang kering meski tak membuahkan hasil sama sekali. Baru setelah Di Feisheng memberinya segelas air putih, suaranya berangsur kembali.

"Bagaimana aku bisa kembali ke mari? Siapa yang menyembuhkanku? Dimana istri guru?" rentetan pertanyaan sontak keluar dari mulut Li Lianhua ketika pria itu sudah bisa bersuara lebih banyak.

"Satu-satu. Kau baru saja bangun, masih perlu banyak istirahat." Di Feisheng mengingatkan.

Helaan nafas terdengar dari bibir tipis Li Lianhua. "Baiklah satu pertanyaan. Berapa lama aku tidak sadar?"

"Tujuh."

"Tujuh hari? Atau tujuh minggu?"

"Tahun. Kau tidur selama tujuh tahun."

Li Liahua yakin akan tertawa keras jika tidak ingat yang mengatakannya adalah Di Feisheng. Si wajah datar ini tidak mungkin mengatakan omong kosong. Jadi Ia benar-benar telah tertidur selama itu!?

"Keluar dari sana!" Lianhua sedikit mengeraskan suaranya saat samar menangkap bayangan dari luar pintu. Tapi nalurinya tak mengatakan itu berbahaya sehingga ia dengan sengaja menyuruh sang pelaku untuk menunjukkan diri.

Namun yang tidak ia sangka adalah si pemilik bayangan ternyata merupakan seorang pria kecil menggemaskan yang perlahan menggeser tubuhnya.

"Masuklah."

Mendengar panggilan Lianhua, Di Shaoran dengan langkahnya yang tenang seperti biasa perlahan mendekat menuju Di Feisheng dan juga Li Lianhua berada.

Setelah cukup dekat, Di Shaoran tiba-tiba melipat kaki hingga kedua lututnya menyentuh lantai kayu menimbulkan suara benturan yang cukup keras. Hal itu tak ayal membuat dua pria dewasa di dalam sana sedikit terkejut.

"A-Ran ada apa? Kenapa berlutut?" tanya Di Fei Sheng.

Lian Hua reflek menoleh, memastikan jika suara lembut yang baru saja ia dengar itu benar-benar berasal dari mulut Ketua Aliansi Jinyuan.

"Aku bersalah, Ayah Di. Aku telah tidak sopan dengan mencuri dengar pembicaraan Ayah. Di Shaoran pantas dihukum." Pria kecil Di Shaoran kemudian membungkuk di ujung kalimatnya membuat Di Feisheng menarik tipis ujung bibirnya.

Sekali lagi Li Lianhua dibuat takjub. Di Feisheng bisa tersenyum? Wah, dirinya benar-benar telah melewatkan banyak hal selama ini!

"Baiklah sebagai hukumannya kau harus segera kembali ke kamarmu dan tidur lebih awal malam ini. Tidak boleh membaca buku atau perkamen apapun. Mengerti?"

Pria kecil itu hendak mengeluarkan protes atas hukuman yang diterimanya, tapi segera ia urungkan. "A-Ran mengerti. Kalau begitu aku pamit. Selamat malam Ayah Di."

Di Shaoran membungkuk kepada Di Feisheng dan juga Li Lianhua sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.

"Aku tidak menyangka kau bisa menjadi ayah yang hebat seperti itu A-Fei," ucap Li Lianhua dengan takjub.

"Tapi aku lebih penasaran, siapa wanita yang akhirnya bisa menaklukan hatimu ini. Bahkan dulu wanita secantik Nona Jiao Liqiao hingga menangis darah pun sama sekali tidak kau hiraukan," sambungnya dengan nada menggoda.

"Kau terlalu banyak berbicara malam ini Li Lianhua."

Meski mendapat suara ketus, Li Lianhua masih belum jera menggoda Di Feisheng.

"Oh apa Ketua Di ini malu? Lihatlah ujung telingamu A-Fei. Mereka sampai memerah." Lianhua benar-benar mengudarakan tawanya terlebih ketika Di Feisheng dengan patuh menyentuh ujung telinganya.

Sadar tengah di permainkan, Di Feisheng berdesis marah. "Konyol! Lebih baik kau kembali istirahat atau aku benar-benar menghilangkan kesadaranmu sekarang!"

Masih dengan sisa tawanya Li Lianhua akhirnya memilih berhenti. Meski pernah menjadi nomor satu yang terhebat dalam dunia persilatan, tapi dengan keadaannya yang baru bangun dari tidur selama tujuh tahun tentu mustahil untuk melawan seorang Ketua Aliansi Jianyuan saat ini.

"Baiklah-baiklah aku menyerah kali ini."

"Istirahatlah. Besok pagi aku akan memanggilmu untuk sarapan." Di Feisheng membantu Li Lianhua kembali tidur di ranjangnya, membenarkan letak selimut untuk menutupi tubuh ringkih pemuda itu.

"A-Fei__"

"Aku akan segera mengirim pesan untuknya. Mungkin besok pagi kau akan melihat wajah bodohnya saat pertama kali membuka mata," ucap Di Feisheng seakan mengerti apa yang akan ditanyakan.

Li Lianhua tersenyum. "Terimakasih."

Di Feisheng berdengung singkat sebelum melangkahkan kaki meninggalkan kamar Li Lianhua. Perlahan menutup pintu untuk kemudian mendesiskan kata 'bodoh' dengan senyum culas khas miliknya.

Sementara dalam ruangan, Li Lianhua mengubah ekspresi wajahnya secepat kedipan mata. Menatap bayangan pria besar yang sudah hilang sepenuhnya di balik pintu itu dengan pandangan sulit dimengerti.

Ayah? Di Shaoran? Li Lianhua jujur masih begitu terkejut dengan fakta itu. Dalam tujuh tahun ternyata banyak hal sudah berubah. Di Feisheng bahkan kini sudah memiliki putra yang sangat pintar juga menggemaskan. Entah apalagi yang terjadi di luar sana. Bayangan orang-orang yang dikenalnya satu persatu berkelebat dalam kepalanya. Memutar kenangan masa lalu yang benar-benar ingin ia lupakan.

Ia memijit pangkal hidungnya ketika rasa pening tiba-tiba melanda. Mengambil nafas dalam sebelum kembali memejamkan mata. Yah, ia butuh istirahat.

♥∞♥To Be Continue♥∞♥

Oke akhirnya Li Lianhua kita bangun, satu masalah selesai dan banyak masalah akan segera dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke akhirnya Li Lianhua kita bangun, satu masalah selesai dan banyak masalah akan segera dimulai.

(~‾▿‾)~

Vote !!

See You Next Chapter💕

Tales of The White Lotus [FeiHua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang