09 - Rembulan

419 57 24
                                    

.

.

.

Tanpa semua orang sadari, sosok berhanfu merah tiba-tiba mendarat di sebelah Li Lianhua yang masih bersimpuh dengan ranting kayu sebagai tumpuannya. Mereka belum mengenali siapa yang datang ketika sebuah energi besar seolah meledak membuat orang-orang yang melingkar di sekeliling Li Lianhua terpental menjauh.

"Kau tidak apa-apa?" Suara berat yang tak asing membuat Li Lianhua memutar kepalanya. Tersenyum lega mengetahui jika bantuan akhirnya tiba.

"A-Fei ... anak-anak," lirih Li Lianhua menunjuk ke tempat tiga putranya berada.

Tatapan Di Feisheng kemudian mengikuti ke mana jari Li Lianhua mengarah. Matanya membola melihat anak-anaknya yang hanya diam dengan wajah tak menampilkan ekspresi apa-apa.

"Keparat! Apa yang kau lakukan pada putraku?!" murka Di Feisheng melayangkan tatapan ganas pada Yan Baihu.

"Tenanglah Ketua Aliansi Di, itu hanya serbuk bunga salju merah yang mengambil alih kesadaran mereka untuk sementara. Mereka akan baik-baik saja setelah beberapa hari."

Lelaki Di itu masih memicing tak percaya.

"Sungguh aku tidak berniat buruk pada mereka. Aku membawa mereka kemari hanya supaya dapat menemui kalian secara pribadi," Yan Baihu kembali menjelaskan.

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin kalian berdua bekerja sama denganku untuk menaklukan Daxi."

Di Feisheng tersenyum culas. Lagi-lagi alasan konyol itu!

"Setelah menyakiti putra kami kau masih bisa mengatakan ingin bekerja sama?"

Sekali lagi ledakan Baifeng Baiyang menyelimuti tempat itu. Mengecualikan Li Lianhua juga ketiga putranya, tenaga dalam Di Feisheng telak menghantam seluruh orang yang ada di sana.

Di Feisheng bangkit, sorot mata yang penuh amarah membidik tepat pada Yan Baihu yang kini berlutut dengan memegang dadanya yang terluka akibat sapuan Angin Poplar milik sang ketua.

"Daripada memikirkan untuk menaklukkan Daxi, lebih baik pikirkan cara untuk melindungi kepalamu!"

Pedang terayun, hanya tinggal satu inchi sebelum senjata bermata dua itu memisahkan kepala Yan Baihu dari lehernya. Namun sebuah teriakan meminta untuk berhenti bergaung keras dari belakang punggungnya.

Di Feisheng menoleh. Bibir tipisnya mengatup rapat saat menemukan sebilah pisau tengah mengancam kehidupan putra sulungnya.

"Lepaskan Yang Mulia, atau ucapkan selamat tinggal pada anakmu!" pekik bawahan Yan Baihu yang berhasil menyandera Di Shaoran.

"Sedikit saja melukainya, kau akan menyesal sudah hidup sampai hari ini," desis Di Feisheng.

Pria berbaju hitam itu tak bergeming meski ada getar dalam sorot matanya. Separuh lebih hidupnya ia habiskan untuk menjelajah Jianghu, dan nama Di Feisheng tentu sudah tak lagi asing di telinganya. Bagaimana kejamnya Ketua Aliansi Jinyuan ini, ia pun sudah mengerti. Hanya saja sekarang dia tak memiliki pilihan lain. Menyelamatkan keturunan junjungannya adalah prioritas utama.

Melihat keteguhan di mata anak buah Yan Baihu, Di Feisheng akhirnya memutuskan untuk menurunkan pedangnya. Sampah seperti Yan Baihu ini sama sekali tidak sebanding dengan keselamatan Di Shaoran. Lagipula ia masih memiliki banyak waktu jika hanya untuk menghabisi orang ini.

Berhasil lepas dari ancaman kematian, Yan Baihu kembali  memasang wajah arogan yang menyebalkan.

"Ini bukan terakhir kalinya kita bertemu Di Feisheng, aku pastikan di pertemuan kita selanjutnya kau sudah berada dipihakku."

Tales of The White Lotus [FeiHua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang