13 - Perjalanan

310 46 36
                                    

.

.

.

Bayang samar puluhan manusia bergoyang seiring angin gurun yang bertiup, menerpa api dari lentera yang diletakkan di sudut-sudut gua. Cahaya temaram yang menyirami menambah kesan suram juga aura mencekam.

Suara ketukan jemari yang menghantam singgasana batu di celah terdalam gua menggema, bersahutan dengan deru nafas tak beraturan milik orang-orang yang ada di dalamnya.

"Chen Ruojin...."

Dipanggil dengan suara dalam, membuat pemilik nama semakin menundukkan kepalanya. Ketakutan akan bayang kematian tidak bisa dia sembunyikan. Otaknya sibuk mengolah kata, menyusun kalimat pembelaan yang tepat untuk menyelamatkan nyawanya.

"Ampun, Yang Mulia. Hamba bersalah karena gagal membawa Fang Duobing seperti perintah. Hamba tidak menyangka kalau orang ini akan datang menghadang, dan karena itu hamba terpaksa menggunakan serbuk bunga salju merah padanya. Ampuni hamba, Yang Mulia." Tidak hanya berlutut, pria paruh baya itu kini bahkan telah menekankan keningnya di lantai gua—memohon ampunan dari Tuannya. Mengemis nyawa.

Sementara pria dengan jubah hitam yang di panggil Yang Mulia sama sekali tidak bergeming. Ekspresi wajahnya masih datar, tidak ada raut marah atau kecewa sama sekali. Seolah tidak keberatan dengan berita kegagalan yang baru saja disampaikan sang bawahan. Sorot matanya terlampaui tenang, namun hal itu lah yang justru membuat orang kepercayaannya semakin merasa jika inilah akhir dari hidupnya.

'Clang!'

Dentang pedang yang dihunus dari sarung berwarna hitam bergaung seiring kilatan putih mengerikan terpancar di ujung bilahnya yang tajam.

Chen Ruojin semakin menekankan dahi di tanah berpasir di dasar gua. Berulang kali menggumamkan kata ampun, berharap itu akan berhasil mengais sisa belas kasih dari sang tuan yang selama ini diabdinya. Tubuh kurus itu kian bergetar kala indra pendengarnya mendengar langkah yang semakin mendekat.

"Angkat kepalamu!" perintah Yan Baihu mutlak. Sang bawahan menelan ludah, tidak memiliki pilihan selain menurut.

Matanya membola ketika menemukan ujung pedang menyambutnya saat dia mengangkat kepala. Chen Ruojin bahkan tidak berani berkedip. Sungguh benda perak itu hanya berjarak beberapa mili dari bola matanya!

"Apa kau tau berapa banyak aku kehilangan pasukan boneka dalam rencana kali ini?"

"Ha-ha-hamba tau, Yang Mulia," jawabnya terbata.

"Apa kau tau berapa banyak waktu yang kubutuhkan untuk mendapatkan mereka semua?"

"Hamba tau, Yang Mulia."

"Lalu apa menurutmu hanya dengan membawa orang ini, itu sepadan dengan semua pasukan yang telah aku korbankan?!" teriaknya diliputi amarah. Seolah awan hitam tengah berkumpul di atas kepalanya dengan petir yang berkilat ngeri.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Tapi dia adalah Naga di dunia persilatan. Ilmu bela dirinya cukup tinggi. Dia akan menjadi pasukan boneka yang kuat untuk kita. Yang Mulia tidak akan merugi."

Tawa sumbang terdengar. Sungguh Chan Ruojin tidak tau bagian mana dari ucapannya yang lucu hingga membuat junjungannya ini tertawa. Ia mengatupkan bibir, tak berani untuk kembali bersuara.

"Tidak akan rugi katamu? Lalu apa dengan menggunakan orang ini kita bisa mengancam Li Xiangyi supaya mau bekerja sama denganku?! Atau apakah Naga ini memiliki darah pangeran Nanyin yang kubutukan?! Jawab aku!" murka Yan Baihu untuk kemudian melayangkan tendangan hingga membuat Chen Ruojin terlempar ke belakang.

"Ampun Yang Mulia. Hamba yang bodoh ini tidak memikirkan hingga sejauh itu."

"Ya! Kau memang bodoh dan aku tidak suka orang bodoh. Itu berarti kau juga tau konsekuensi seperti apa yang akan kau dapatkan?"

Tales of The White Lotus [FeiHua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang