06 - Ayah

629 61 39
                                    

.

.

.

Usai kelelahan menangis pagi tadi, Li Lianhua akhirnya jatuh tertidur dalam pelukan Di Feisheng. Sama sekali tidak terganggu dengan goncangan ketika Di Feisheng memindahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur. Ia hanya sedikit terbangun ketika merasa kedinginan akibat selimut hidupnya yang beranjak, hingga tanpa sadar menahan tubuh besar itu untuk tetap di sisinya.

Di Feisheng tersenyum kecil, gemas melihat polah pria berusia 35 tahun yang mencekal lengannya dengan mata yang masih terpejam namun dahinya berkerut juga bibir yang mencebik lucu. Mengusap rambut hitamnya sekilas kemudian memposisikan diri untuk berbaring di sebelah Li Lianhua.

Seakan telah mendapat apa yang telah dicari, Li Lianhua semakin merapatkan tubuhnya pada sang sumber kehangatan. Mengusukkan wajahnya di dada bidang itu. Mencari posisi ternyaman. Hingga kemudian belaian lembut di punggungnya sukses membuat pemuda itu benar-benar lelap dibuai mimpi.

Matahari sudah meninggi, udara di Puncak Nanfeng juga berangsur menghangat. Sayup-sayup terdengar gemersik daun bambu yang diterpa angin dari luar kamar. Kehangatan masih melingkupi tubuhnya membuat ia enggan bahkan untuk sekadar membuka mata. Sungguh ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia bisa tidur senyenyak ini. Tidur tanpa rasa sesak yang mengoyak dadanya tiap kali ia menghirup udara. Tidur tanpa rasa khawatir apakah dia masih bisa membuka mata keesokan paginya. Semua terasa sangat tenang dan damai, membuatnya ingin sedikit lebih lama menikmati tidurnya.

Namun mimpi indah itu seakan direnggut paksa ketika kesadarannya berangsur kembali. Mata cantiknya terbuka dan seketika membola ketika hanya menemukan dada bidang yang terbalut hanfu ungu dalam seluruh pandangannya.

Li Lianhua ingin menenggelamkan diri di dasar samudra ketika kepingan ingatan tentang kejadian pagi tadi dimana ia menangis dalam pelukan Di Feisheng kembali terlintas. Belum lagi bagaimana rengekannya yang meminta agar Di Feisheng tidak pergi. Dan sekarang ia terbangun dalam dekapan lelaki besar yang sudah berstatus suami orang ini!

Oh, siapapun tolong kubur Li Lianhua sekarang juga!!

Puas meratapi kebodohannya, Li Lianhua sedikit demi sedikit mulai menjauhkan diri. Memberi jarak yang cukup antara tubuhnya juga dada Di Feisheng. Dan setelah memastikan pria yang masih lelap dalam tidurnya ini tak terganggu, misi selanjutnya adalah menyingkirkan tangan yang membelit tubuhnya.

Dengan hati-hati diangkatnya lengan Di Feisheng. Semua hampir berhasil ketika tiba-tiba tangan itu mengibas lalu menarik kuat tubuh Li Lianhua hingga membuatnya kembali ke tempat semula. Li Lianhua tersentak dan reflek mendongak hingga manik coklatnya bertemu tatap dengan obsidian sang ketua aliansi.

"Kau sudah bangun?" tanya Di Feisheng dengan suara berat yang sialnya terdengar begitu seksi di telinga Li Lianhua.

"Umm...," jawab Li Lianhua sekenanya.

Di Feisheng mengerjab beberapa kali, mengumpulkan kesadaran yang sepertinya masih tercerai-berai di alam mimpi. Sementara Li Lianhua hanya bisa mematung di posisinya, diam menunggu apa yang akan pemuda besar ini lakukan selanjutnya.

"Kurasa kita harus bangun sekarang, hari sudah siang dan kau melewatkan sarapan tadi," ujar Di Feisheng setelah melepas pelukannya.

"Umm...." Li Lianhua bergumam seraya bangkit dan duduk dengan gerakan kaku di tepi ranjang. Ia benar-benar masih canggung!

"Tunggulah di sini sebentar. Aku akan meminta Lin Mei menghangatkan makanan dahulu, baru setelah itu aku akan membantumu bersiap. Kemarin aku sudah memberitahu  Guan Hemeng mengenai kondisimu, jadi mungkin dia akan datang sebentar lagi."

Tales of The White Lotus [FeiHua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang