Stiekem Jaloers

139 8 0
                                    

✨ Happy Reading ✨

Pagi itu Reen sudah berjajar dihalaman depan sekolah seperti biasanya ini adalah jadwal dirinya melaksanakan piket yang tengah di temani oleh Bu Rhaya dan Pak Ryan, sedangkan Pak Mustar tidak dapat hadir ke sekolah karena sedang sakit, untuk Bu Jiyah sendiri tidak dapat hadir karena sedang ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan dan untuk Pak Bani akan datang di jam siang seperti biasanya. Dini hari sekali Reen sudah mendapatkan keluhan dari Sam, yang dimana dia akan menolak bersekolah di hari jum'at minggu ini, dirinya sendiri telah terpilih sebagai kandidat peserta lomba pada acara bulan bahasa yang diadakan di sekolah. Lelaki dengan alis tebal dan wajah tegas itu masih saja menolak untuk bersekolah, benar-benar kepala batu.

Sepanjang perjalanan tadi menuju sekolah, Reen ditemani dengan celotehan dari Sam yang memaksa Reen untuk datang ke sekolah di hari dirinya lomba, jika tidak ia menolak untuk bersekolah. Padahal di hari itu Reen memiliki janji, namun sebetulnya janji itu masih dapat di ganti di lain hari, hanya saja Reen terlalu suka menggoda Sam dan melihatnya uring-uringan seperti ini. Kenapa Reen bisa bersama dengan Sam? Jawabannya karena pagi-pagi sekali Sam meminta alamat rumah Reen yang tengah ditinggalinya, dan tak disangka dia benar-benar datang menjemputnya dengan setelan seragam pramuka yang dibalut dengan jaket hitam serta helm hitam yang menutupi wajahnya.

Jam istirahat pertama sudah Reen bunyikan, Džara pastinya tengah di ruangan PPL. Tak lama seseorang berdeham dari pinggir meja ruang piket, Reen pun melihat siapa siswa yang ke piket kali ini. Senyum tipis itu dia berikan kepada gadis dihadapannya, sedangkan gadis itu membalas dengan senyum cerianya.

"Hai Kak" sapanya dengan lesu sembari menopang dagunya dengan tangan di atas meja piket.

Reen menaikkan sebelah alisnya, tapi seperti biasanya Reen paham dengan gelagat lelaki satu ini, "Mau ngobrol?" Tanya Reen lembut kepada lelaki itu dan langsung di setujui dengan cepat.

"Pak izin keluar dulu sebentar" pamit Reen kepada Pak Ryan yang tengah asyik memutar playlist lagu kegemarannya itu.

Mereka berdua pun duduk di pinggir tangga panggung, Reen melirik sekilas kearah lelaki itu, "Kamu kenapa?" Ujarnya dengan menepuk lembut pucuk lelaki satu ini.

"Gak mau ikut lomba" cemberutnya dengan menatap kearah Reen.

"Sam, sudah seminggu kamu membahas ini, ayolahh demi kelas kamu juga" lelah Reen pada akhirnya yang sepertinya mulai ikut kesal dengan ketidakmauan lelaki dihadapannya yang benar-benar sulit untuk diberi arahan.

Bibir yang melengkung kebawah itu masih saja terus terpatri pada wajah rupawannya, Reen menghela nafas dengan lembut. "Kamu tahu, hari Jumat nanti pun aku akan turut hadir kok. Aku jadi juri untuk fan art, jadi kalau nanti kalau kamu lomba aku bisa lihat kamu juga sayangku".

"Kak Reen beneran bakal hadir?" Tanya Sam tak percaya, soalnya tadi pagi saja menuju perjalanan ke sekolah Reen bilang tidak dapat ke sekolah.

"Iya, nanti aku ke sekolah. Jadi kamu juga harus sekolah dong, masa nyerah duluan. Payah deh. Gini deh, kalo kamu hari Jumat setuju untuk ikut lomba akan aku beri sesuatu" janji Reen dengan pasti.

"Apa?" Sam sepertinya penasaran dengan hal ini dan menjadi pemacu untuk dirinya setuju mengikuti lomba tersebut.

"Ada deh, rahasia. Makannya, siap gak ikut lomba?" Tanya Reen memastikan agar lelaki ini setuju, alis lelaki itu berkerut menimang-nimang pilihannya, tak butuh waktu lama Sam pun menyetujuinya dan inilah keputusan yang dia ambil.

"Nah gitu dong" ucap Reen sembari mengusak gemas rambut hitam lebat Sam yang begitu lembut di telapak tangannya.

"Aku setuju, tapi dengan satu syarat tambahan" Reen menatap Sam yang tengah duduk berhadapan dengannya.

Gewoon BegeleidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang