Laten We Praten

48 8 0
                                    

Happy Reading ✨

Dheera menyadari sesuatu telah terjadi antara Reen dan juga Eyza, adapun Dheera yang sudah mengetahui bahwa lelaki bernama eyza itu tengah dekat dengan teman sekelasnya, Ulfa. Sedangkan anak-anak lain masih saja menggoda mereka dengan berbagai candaan yang dikeluarkan guna membuat mereka berdua tersipu. Namun nyatanya itu hanyalah rencana mereka berdua, yang mungkin akan menguntungkan. Eyza masih aja berkeliling ke antara meja-meja siswa di area belakang, sedangkan Reen ikut berdiri berkeliling di area depan kelas. Dan sedari tadi Reen cukup memperhatikan gerak-gerik Eyza diantara bangku belakang itu, dan kali ini Reen melihat seseorang yang ia kenal, Alina. Salah satu gadis yang cukup terang-terangan dekat dengan Eyza di waktu itu.

"Kenapa Amaan? Dari tadi bahagia sekali sepertinya mengerjakan essay" ujar Reen memecah riuh anak-anak yang sejak tadi menggoda.

"Enggak Kak, cuma semangat aja mengerjakan essay" jawab Amaan sembari membolak-balikkan kertas yang belum ia isi.

"Kamu juga seneng dapat essay kah Fahrel seperti Amaan?" Tanya Reen sembari melirik ke arah Fahrel yang sedari tadi sedang mengkode sesuatu.

"Gimana gak bahagia Kak, pengawas di ruangan ini sampai dua orang" ucap Putra dari bangku belakang, sedangkan Reen mengangkat sebelah bibirnya guna menanggapi ucapannya.

"Bu Reen" panggil Eyza dari meja depan tempat awal Reen duduk, lantas Reen pun menghampiri dirinya.

"Kenapa?" Tanya Reen setengah berbisik, tak bisa dipungkiri anak-anak makin memperhatikan interaksi antara keduanya, begitupun dengan Dheera yang melihat dimejanya.

"Memangnya biasa ramai begini kah kalau kamu yang ngawas?" Tanya Eyza, sedangkan Reen berdecak cukup kesal.

"Kamu pikir sendiri? Bukankah pertunjukan yang bagus, membuat dua gadis cukup tersulut dengan ego? Hebat sekali Pak Eyza ini dan asal kamu tahu teman-teman dia pun memperhatikan kamu Eyza" ujar Reen berbisik kepada Eyza.

"Pertunjukan yang bagus kan Bu Reen?" Bangganya saat itu, sungguh licik tentunya, mencuci tangan pada tempat yang sama.

"Baiklah, silahkan untuk mengumpulkan kertasnya" ucap Reen sembari melirik ke arah jam tangannya.

Anak-anak pun mulai ricuh dengan waktu yang sebentar lagi, sedangkan anak-anak ruangan lain sudah mulai keluar dan bersiap untuk pulang. Tak lama Sam muncul di depan pintu ruangan dan tanpa permisi ia langsung masuk ke dalam ruangan menghampiri teman-temannya. Kemana perginya sopan santun lelaki itu, tunggu barusan dia menyenggol lengan sebelah kanan milik Eyza? Beraninya lelaki satu itu? Apakah akal sehatnya sudah menghilang dan jatuh diantara tempurung lututnya?

"Kamu tak apa Eyza?" Reen memastikan bahwa rekannya itu baik-baik saja.

"Tidak apa-apa, cuma sedikit kaget saja, mendapat serangan cukup mendadak" cemooh Eyza atas apa yang telah ia dapat.

Entah apa yang muncul didalam benak lelaki itu. Apakah dirinya tak bisa menahan dan menghitung kesabaran sampai angka tiga detik? Benar-benar keras kepala dan ego yang ia sanjung dengan tinggi. Eyza dan Reen segera mengakhiri kegiatan di kelas itu dan kembali ke ruangan panitia tanpa memperdulikan tatapan tak ramah pada sepasang mata milik Sambara Lyzal Galvin.

***

Malam ini cukup hening, kegiatan mengawas hari tadi tak terlalu padat karena untuk hari tadi hanya Arshan dan Achelle yang tak hadir ke sekolah, sehingga pekerjaan dapat terselesaikan lebih cepat dibandingkan biasanya. Namun rasanya tetap melelahkan sekali, terlalu berlebihan sejujurnya hanya saja itu yang dirasanya kini. Kali ini Reen duduk di balkon rumah sembari melihat keatas langit yang cukup tenang, tak terlalu banyak binar cahaya bertabur disana namun cukup mengobati rancu di dalam hatinya. Tak lama satu pesan muncul pada pemberitahuan yang mengambang pada layar ponselnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gewoon BegeleidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang