✨ Happy Reading ✨
Hari ini Reen datang pagi-pagi sekali karena hari ini adalah bagian jadwal piket di sekolah. Akan dipastikan hari ini akan disibukkan dengan kegiatan berkeliling seperti hari kemarin dan juga menetap di ruang piket dari awal jam pelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Namun hari ini setelah pulang sekolah akan ditambah dengan kegiatan latihan bersama guru-guru untuk kegiatan purnabakti dalam waktu dekat ini. Pagi kali ini Reen ditemani oleh Bu Rhaya.
"Selamat pagi Ibu" sapa Reen dengan wajah sumringah.
"Aduhh, selamat pagi Neng Reen, pagi-pagi sekali datangnya" ujar Bu Rhaya.
"Kan nanti Ibu sendirian kalo Reen gak datang pagi-pagi" balas Reen.
"Perhatian sekali ya Neng Reen ini" puji Bu Rhaya.
"Suka gitu deh, Reen izin simpan tas dulu ya Bu, nanti langsung kedepan lagi kok" jelas Reen dan disetujui Bu Rhaya seraya pergi dari halaman depan menuju ruang piket.
Setelah menyimpan semua barang Reen dan hal yang tidak pernah dilupakan oleh Reen yaitu menyemprotkan parfum dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki, seusai itu Reen pun menuju ke halaman depan lagi untuk melaksanakan piket 6S (Senyum, Salam, Salim, Sapa, Sopan, Santun). Kali ini tidak hanya ada Bu Rhaya saja melainkan sudah ada Bu Jiyah, Pak Ryan, dan juga Pak Mustar. Mereka semua termasuk Reen berjajar di luar untuk menyapa para Siswa dan membenarkan pakaian, ataupun sepatu yang tidak sesuai.
"Selamat pagi Kak Reen" sapa seseorang.
"Selamat pagi Rama, wihh bagian jaga di depan nii?" Tanya Reen kepada Rama.
"Iya nih Kak, kebetulan yang disana sudah ada 5 orang" jelasnya. Akhirnya Reen pun ditemani oleh Rama dengan sesekali berbincang.
"Lihat Kak Džara baru datang" tunjuk Rama ke arah gerbang luar dekat dengan pos satpam.
"Selamat pagi" sapa Džara dengan penuh ceria.
"Selamat pagi Kak Džara " balas Rama dengan penuh sopan santun.
"Gitu ih kamu Rama, kemarin aja waktu aku piket gak kamu temenin di depan" omel Džara sepagi ini.
"Kemarin di gerbang masuk bagian dalam gak ada yang jaga Kak Džara, makannya gak bisa pindah posisi ke halaman depan" Rama pun memberikan penjelasan.
"Iya dehh, Reen aku simpan dulu barang di ruangan PPL ya, nanti aku balik lagi ke depan" ujar Džara dan dibalas dengan anggukan kepala.
Tak lama Džara kembali ke halaman depan untuk menemani Reen piket pagi. Tak lupa mereka pun sesekali memberi arahan kepada Siswa agar merapikan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan sekolah. Banyak sekali Siswa sebetulnya yang masih belum bisa untuk memasukkan baju seragamnya kedalam celana bahannya. Adapun Siswa yang masih acuh dengan gaya rambut ataupun sepatu mentereng yang membuat sakit mata, ada saja memang kelakuan Siswa disini namun tak bisa Reen pungkiri untuk keramahan yang diberikan Siswa sangat baik dan perlu diacungi jempol.
Senyuman senantiasa ditebarkan oleh mereka sepagi ini, banyak sapa yang diterima oleh Reen, banyak pula Siswa yang sebatas menggoda Reen untuk bisa melihatnya tersenyum. Dan tanpa Reen sadari kembali dirinya tengah di tatap cukup dalam oleh lelaki berwajah kaku dengan netra hitam tajam miliknya. Tanpa sapa, lelaki itu hanya melintas di depan Reen menuju gerbang masuk bagian dalam, sepertinya lelaki itu masih ragu untuk bisa menyapa Reen seperti kebanyakan Siswa lainnya. Butuh waktu untuk bisa menemukan keberanian dalam dirinya untuk menyapa Reen, tapi tekad dan niat awalnya tak akan pernah pudar suatu saat, pasti dia akan lakukan.
Bel pertama pun sudah dibunyikan oleh Bu Jiyah, kali ini ada tiga Siswa yang terlambat dan mereka sedang diberi arahan oleh Pak Ryan dan Pak Mustar. Setelah itu seperti kegiatan biasanya Reen dan Džara akan berkeliling untuk absen Siswa dan juga rekapan tandatangan guru. Setiap bagian piket Reen untuk berkeliling absen dilakukan lebih awal dikarenakan Džara harus memulai pembelajaran di jam ke 3 dan 4 di kelas 11-B. Kenapa Reen dan Džara selalu bersama di saat piket? Jawabannya karena pembagian piket dalam satu hari dilakukan oleh dua orang, sedangkan Reen dan Džara hanya sendiri, oleh karena itu mereka saling membantu dan menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gewoon Begeleiden
RomanceIkhlas? Kata yang sering terucap oleh seseorang yang senantiasa mendapatkan kepahitan dalam hidup. Ikhlas seperti apa yang sebenarnya terjadi? Yang jelas itu adalah sebuah mantra kebohongan dan pengobatan untuk diri sendiri. Apa jadinya jika selama...