✨ Happy Reading ✨
Semua terasa terbakar tentunya sangat memuakkan dan akal sehatnya sudah tak bisa ia gunakan. Untuk apa gadis itu begitu dekat dengan lelaki lain? Dia tidak menghargai diriku atau bagaimana? Begitulah segala hal yang terasa pada dirinya sekarang, benar-benar mengecewakan. Apa maksud dan tujuan gadis ini jika dia masih saja dekat dengan lelaki lain? Apakah pertemuan dirinya dengan Ibunya selama beberapa kali waktu kebelakang itu tidak cukup meyakinkan dirinya. Sam sendiri mengaku jika kesalahannya yaitu belum siap untuk berkomitmen dengan Reen, tapi apakah gadis itu tidak bisa menjaga hatinya untuk tidak sembarangan dekat dengan lelaki lain?
"Di tekuk mulu wajah lo Bro?" Tanya Putra sembari meminum air mineral yang tadi telah ia beli bersama dengan anak-anak yang lain.
"Bener anjir, gue liat-liat semenjak jam istirahat wajah lo gak enak diliat, lo kenapa sih?" Fahrel sejak tadi memperlihatkan tingkah sobatnya ini yang memang sepertinya tidak baik-baik saja.
Sam hanya menyilangkan lengannya di depan dada dengan menghela nafasnya sembari melihat kearah lima temannya yang tengah memakan makanan yang telah dibeli di jam istirahat, "Lo liat tadi anak yang ngobrol sama Kak Reen?" Tanya Sam dengan penuh selidik.
"Liat, emang kenapa?" Dengan kening berkerut Uzan mengingat beberapa waktu ke belakang yang telah dilalui.
"Yang mana sih? Yang kita liat di dekat ruangan tata usaha pas istirahat tadi?" Tanya Amaan penasaran kepada Sam dengan topik pembahasan kali ini.
"Iya yang tadi dekat ruang tata usaha" balas Sam singkat dengan wajah kaku yang kembali muncul ke permukaan.
"Anak kelas 11 gak sih?" Uzan sedikit mengingat bet kelas yang digunakan oleh anak lelaki yang tadi sempat berpapasan.
"Emang kenapa?" Tanya Atri yang sedari tadi menyimak obrolan dengan penuh curiga.
"Gak ada, Atri lo jadi kan pulang bareng gue?" jawab Sam singkat dengan mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu membahas terlalu dalam masalah ini, sedetik kemudian Atri menyetujui tawaran Sam.
"Lo cemburu lagi Sam?" Tanya Atri curiga yang sepertinya hawanya sudah tercium dengan baik oleh dirinya.
"Mana ada gue cemburu, omong kosong" sanggahnya kepada Atri disaat perjalanan pulang mereka.
"Kak Reen sebaik itu sama lo Sam, gue sendiri gak ngebela juga Kak Reen, cuma lo pikir lagi deh Sam. Mana ada cewek yang suka digantung tanpa adanya hubungan kayak gini, lagipula wajar aja kok kalau Kak Reen dekat sama yang lain, toh lo juga gak kasih komitmen kan?" Ujar Atri memberikan penjelasan kepada temannya kini.
"Lo tau apa sih" balas Sam dengan suara tinggi dengan melajukan sepeda motornya.
"Sorry if I'm wrong. But Sam, you have no right to do this to her" kembali Atri memberikan pencerahan yang sebetulnya tidak akan diterima oleh Sam, karena memang pada dasarnya temannya ini keras kepala dan sungguh egois.
"Tapi dia gak bisa ngehargain gue Atri, lo paham gak?" Kini keluh kesah Sam meledak kepada Atri.
"Gue sendiri mana bisa paham Sam sama jalan pikiran lo, pikiran lo kemana hah? Lo sendiri takut buat komitmen sama dia kan? Sam jangan jadi laki-laki brengsek, jangan buat dia sebagai pelarian lo. Gue kenal lo jauh lebih lama dibanding orang lain, emang gue gak tau niat sebenarnya lo ngedeketin tuh cewek buat apa? Bro listen to me, kalau lo cuma mau main-main gak usah lo deketin dia kayak gitu" Atri pasrah jika setelah turun dari motor Sam dia akan dipukuli habis olehnya dia akan terima.
"Lo pikir gue sebajingan itu?" Dengan tak sadar diri Sam berucap seperti itu kepada Atri.
"Ya lo pikir? Jawabannya ada pada diri lo sendiri. Kalau emang lo gak niat sama dia, jauhi dari sekarang. Tapi kalau lo serius, usaha buat bisa dapetin dia dan kasih dia kepastian" nasihat sederhana yang diberikan Atri cukup didengar oleh Sam tanpa harus tahu bagaimana nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gewoon Begeleiden
RomantizmIkhlas? Kata yang sering terucap oleh seseorang yang senantiasa mendapatkan kepahitan dalam hidup. Ikhlas seperti apa yang sebenarnya terjadi? Yang jelas itu adalah sebuah mantra kebohongan dan pengobatan untuk diri sendiri. Apa jadinya jika selama...