In Dezelfde Kamer

111 8 0
                                    

✨ Happy Reading ✨

Tak ada kata yang terucap dengan pasti untuk menggambarkan suasana hati kedua hamba Tuhan ini. Keduanya sama-sama memilih ego mereka sendiri, bukan karena apa, hanya saja membuat keduanya menyerah pada takdir yang belum pasti. Namun sejujurnya, gadis itu sudah jatuh kepada lelaki yang diharapnya kini. Cukup bodoh memang jika dilihat, namun hatinya tulus untuk menerima lelaki itu dengan baik. Tapi tak sesuai harapannya lelaki itu justru seperti menyerah untuk bisa bersama seperti kata-kata manis yang senantiasa terlontarkan dari bibirnya. Apakah semuanya palsu?

"Dari tadi bengong aja Reen, masih mikirin masalah kamu sama Sam?" Tanya Shezi peka. Shezi Laeonora adalah sahabat Reen semenjak sekolah menengah, awal pertemuan mereka akrab seperti saat ini hanya karena ketidaksukaan Shezi kepada sikap Reen yang tampak begitu tidak hangat kepada setiap orang. Namun nyatanya, sikap yang ditampilkan oleh Reen adalah topeng penguat dirinya sendiri.

"Enggak kok" jawabnya seraya meminun secangkir teh hangat yang telah dibuatkan oleh Shezi.

"Jangan berbohong sama diri kamu sendiri Reen, jatuh cinta itu wajar kok, setiap insan pasti merasakannya. Cinta kamu gak salah, itu fitrah yang diberikan Tuhan" jelasnya dengan penuh kelembutan, Reen berpikir sejenak mengapa sahabatnya ini tak pernah berubah sedikitpun.

Shezi memang senantiasa memberikan banyak nasihat didalam kehidupan Reen, sikapnya yang lembut dan tenang selalu Shezi berikan tentunya membuat Reen begitu sayang kepadanya. Namun hal ini bertolak belakang dengan salah satu sahabat Reen yang lain, Nixie Fiorella. Fiorell selalu memberikan gambaran kehidupan yang spontan dan blak-blakan tanpa harus menutup-nutupi keburukan. Respon diantara mereka berdua tentunya selalu berbeda, Shezi yang memberikan sesuatu dengan cara yang paling positif sedangkan Fiorell memberikan sudut pandang terburuk yang seringkali memang terjadi. Kedua masukan dari sahabatnya ini tentu akan menjadi pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan. Karena Reen dan Fiorell sudah menghabiskan waktu lebih lama dari mereka taman kanak-kanak hingga Reen menjadi mahasiswa semester akhir.

"Memang cinta adalah karunia Tuhan paling indah, namun keindahan itu bukankah harus diciptakan bersama? Sejujurnya, rasa itu selalu tumbuh seiring waktu. Bahkan ternyata aku terlalu jatuh dalam pesonanya, jika memang pada dasarnya dia sendiri tidak mau benar-benar serius, mengapa membawaku sejauh ini?" Reen melumat bibir bawahnya guna menghilangkan rasa kering yang terasa.

"Bukan membawa dirimu sejauh ini, kalian berdua yang sama-sama membawa diri kalian pada rasa yang sama. Reen, gak mungkin tentunya kamu yang jatuh sendirian, Sam juga pasti merasakan hal yang sama namun mungkin saja ia tidak tahu bagaimana harus bertindak dengan tepat" Jelas Shezi dengan penuh kelembutan, wajah tenang itu menatap tulus kearah Reen yang sedang bingung akan pikiran rancunya sekarang.

"Entahlah, aku harus bersikap seperti apa lagi padanya. Saat aku akan mulai serius dia selalu menghindar dan mencari topik lain" ingatnya dengan penuh saat ia selalu berusaha bertanya kepada Sam mengenai hubungan tidak jelas ini.

"Lalu saat ini bagaimana? Kalian saling menjauh kan? Ada yang ingin kamu lakukan?" Tanya Shezi penasaran apa yang tengah ada didalam benak sahabatnya ini.

Reen tak langsung menjawab hanya sedikit melirik kepada Shezi yang tengah membalik halaman novel yang sedari tadi ada dipangkuannya, "Tak ada" jawab Reen pasrah dengan keadaannya saat ini.

"Hidupmu selalu membingungkan sedari dulu Reen, selalu rumit, seperti hal benang kusut" Shezi menutup halaman novel yang sudah tak mampu ia baca lagi.

"Bukankah sudah tidak aneh?" Tanya Reen dengan senyum remeh, dan Shezi menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh sahabatnya ini.

Gewoon BegeleidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang