13; Adek Bintang

122 19 3
                                    

Tahun pertama sebuah pernikahan akan dihiasi dengan cinta dan kasih yang tak pernah berhenti mengalir. Begitupun dengan tahun kedua, ketiga, keempat. Pada 5 tahun pertama, pasangan akan merasakan bahagia nya sebuah pernikahan. 5 tahun kedua rintik rintik hujan akan mulai menyapa, memberi sedikit pelajaran. 5 tahun ketiga, pasangan akan diberi badai kecil kecil hingga besar untuk menguji kesetiaan. 5 tahun keempat dan seterusnya, pasangan akan di uji agar semakin kuat untuk bertahan.

...


"Bu, ada telepon" ucap Serly mendekati Arina yang tengah fokus dengan menu baru yang sedang di masak.

"Iya sebentar Ser" sahut Arina kemudian langsung mencopot masker yang sebelumnya ia pakai.

Mulai hari ini Arina membiasakan diri untuk memakai masker jika berkutat dengan asap apapun itu. Jaga jaga jika tiba tiba ia batuk.

"Dari siapa Ser?" Tanya Arina lagi.

"Seperti nya dari sekolahnya Dek Bintang bu...."

Mendengar nama anak bungsunya, sontak membuat Arina mempercepat kegiatan. Lalu langsung menyambar ponsel yang di pegang Serly.

"Halo... Bu Ifa.."

"Halo bu Rina... Saya mau ngabarin aja bu... Ini Dek Bintang nya tiba tiba sakit di sekolah. Ini sudah saya bawa ke UKS bu..."

"Sakit bu?? Keadaan nya gimana sekarang bu? Apa saya jemput aja ya bu?"

"Badannya sedikit panas bu... Ini sudah saya kompres, anaknya lagi tidur... Kalo mau dijemput nggak papa bu... Biar bisa istirahat di rumah aja yang lebih nyaman"

"Iya bu... Saya kesana sekarang... Titip Bintang ya bu..."

"Iya bu... Maaf sebelumnya mengganggu waktu kerja Bu Rina"

"Enggak bu... Harusnya saya yang minta maaf karena ngerepotin Ibu... Sekali lagi makasih ya bu..."

"Iya bu sama sama... Gak ngerepotin kok bu... Ini sudah tanggung jawab saya"

"Ya sudah saya tutup dulu ya Bu... assalamualaikum "

"Waalaikumsalam "

Serly menatap Bos nya ikut khawatir.

"Gimana bu?"

"Ser, saya ke SD dulu... Minta tolong kamu awasi yang disini, nanti kalo sudah jadi menunya kamu taruh ruangan saya" ucap Arina tanpa menjawab pertanyaan sekretaris nya.

Tanpa ba bi bu be bo lagi, Arina kemudian mengambil kunci mobilnya lalu bergegas menuju sekolah Bintang.

Sesampainya disana, Bintang yang tadinya menangis rewel langsung terdiam saat berada di pelukan sang Ibu. Arina senantiasa menepuk sambil sesekali mengusap punggung panas Bintang.

"Shut... Shut... Shut... Udah udah sayang, iya ini sama Ibu... Ibu udah disini ya..." Ucap Arina menenangkan, jujur ia sangat ingin menangis saat itu juga. Melihat raga anaknya yang lemah dengan air mata yang tak berhenti mengalir membuatnya sakit hati dan kecewa pada diri sendiri.

"Ibu.... Hikss... Kepalanya sakit... Hiks hiks... Mau pulang... Perutnya Adek sakit, kepalanya sakit, hiks..." Rengek Bintang dengan suara lemah yang ia paksakan.

Bu Guru Ifa, wali kelas yang menemani nya sejak tadi hanya bisa melihatnya tidak tega. Pasalnya, Bintang hampir belum pernah sakit selama di sekolah. Baru kali ini ia melihat Bintang meringkuk lemas, dan gampang sekali menangis.

"Iya sayang... Sebentar tapi Ibu minta izin dulu sama Bu Guru ya...."

"Dibawa pulang aja gak papa Bu... Tas nya biar saya ambilkan" sela Bu Guru Ifa.

Rumah Kecil Itu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang