26; Bapak mau resign

84 17 2
                                    

Anak sulung laki laki, sering kali dijadikan tumpuan awal, harapan pertama dengan tanggung jawab besar.
sering kali mereka lupa, bahwa sosok sulung itu membutuhkan lebih banyak pengertian dari mereka.

...

Arka menelisik tas sekolah nya, berusaha mencari benda pipih yang sedari tadi bergetar menandakan seseorang sedang mencoba menghubungi. Berulang kali.

Arka berdecak kecil karena kesulitan, bukunya terlalu banyak dalam tas itu, entah dimana dia bisa menemukan ponselnya. Hingga akhirnya rautnya berubah lega saat menemukan benda itu, terselip dalam buku tebal modul UTBK yang selalu ia bawa.

Nama Ibunya terpampang jelas di layar, membuat Arka dengan cepat tanpa pikir dua kali menggulir fitur berwarna hijau di pojok kanan.

"halo Bu"

"halo Mas, sudah pulang?" tanya Arina dari seberang.

Arka reflek mengangguk meskipun tau bahwa Ibunya tidak akan bisa melihat gerakan nya. "baru aja keluar, kenapa Bu? mau nitip sesuatu?"

Arka bisa mendengar suara lalu lalang kendaraan dari telepon sang Ibu.

"enggak kok Mas... ini Ibu baru pulang dari kantornya Bapak, Mas mau dijemput sekalian nggak??"

Arka menimbang sambil menatap sekitarnya, ia memang kebetulan tidak membawa kendaraan, tadi pagi ia dijemput oleh Ernando karena kebetulan Ernando lewat depan rumahnya setelah mengantar Ibu nya mengajar di sekolah SMP. Arka tidak bisa menumpang lagi karena Ernando sudah harus menjemput Ibunya kembali.

"Ibu udah jemput adek?" tanya Arka lagi.

"tadi jam 10 udah dijemput, terus Adek tumben banget mau tidur siang. Karena adek lagi tidur terus Ibu tinggal ke kantor Bapak sebentar"

Arka mengernyitkan keningnya dalam. "Adek sendirian Bu?"

Diseberang sana Arina terdiam, seperti tengah merutuki kebodohannya karena meninggalkan anak sekecil Bintang dirumah.

Ya Tuhan, apa yang ada dalam pikirannya sampai mengabaikan hal itu.

"Ibu pulang sekarang Mas... maaf gak bisa jemput"

Tutt

Panggilan dimatikan sebelum Arka bisa menjawab. Pemuda bersurai legam itu menghela nafas panjang, agak heran dengan Ibu nya akhir akhir ini.

Drrttt drrttt

Tangannya kembali terangkat saat merasakan getaran berturut-turut dari ponselnya. Siapa lagi yang menelepon nya...

Tanpa ia duga, nama Sang Bapak lah yang tertera jelas di layar. Arka menatapnya kosong sebentar, sibuk berpikir apa yang kira kira penting dan ingin Bapaknya bicarakan lewat telepon siang siang begini. Hanafi jarang sekali menelpon secara tiba tiba, pria dua anak itu lebih suka bercerita langsung saat dirumah dari pada lewat telepon, atau paling parah laki laki itu akan memberinya pesan terlebih dahulu alih alih langsung menelepon seperti siang ini.

Ponselnya berhenti bergetar, berselang beberapa detik benda itu bergetar kembali menampilkan nama yang sama.

Bapak.

"Halo Pak"

"Halo... sudah pulang Mas?"

Arka menggeleng. "Belum"

Rumah Kecil Itu ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang