17; Yang tidak kita tahu

107 20 7
                                    

Terkadang kita terlalu menyalahkan sampai sampai tidak mau dengar penjelasan. Padahal jika kita bisa sedikit menekan ego dan mulai mendengarkan, bisa saja keadaannya akan berubah

...

"Ketemu Ibu nggak Pak?" Tanya Arka saat Hanafi baru saja memasuki ruangan.

Hanafi mengangguk lemas, ia bergerak mendekat ke arah anak anaknya yang masih tiduran berdampingan di satu ranjang.

Arka sontak mendudukkan dirinya sopan. Menunggu apa gerangan yang akan Bapak lakukan dalam diamnya.

"Mas... Maafin Bapak ya"

Detik berikutnya Hanafi memeluk tubuh Arka yang lebih kecil darinya. Mengeratkan pelukannya sambil menutup matanya sebentar.

Bintang yang melihat hal tersebut melirik iri, lalu dengan sekuat tenaga bergabung dalam pelukan mereka.

Arka masih mencoba mencerna apa yang membuat Hanafi tiba tiba meminta maaf sambil memeluk nya.

"Pak..." Panggil Arka seperti meminta penjelasan.

Hanafi melepas rengkuhannya, sebelum beralih pada Arka, Hanafi lebih dulu duduk di samping mereka sambil meraih Bintang untuk duduk di pangkuannya.

"Kenapa minta maaf Pak?" Arka menuntut jawaban.

Hanafi menggeleng pelan sembari membenarkan posisi Bintang dan mengusap lengan kecilnya sesekali.

"Pak...."

"Bapak minta maaf bukan untuk apa yang sudah terjadi Mas..."

"Terus?" Tanya Arka lagi tidak puas dengan jawaban singkat penuh teka teki dari Bapaknya.

Hanafi mengalihkan perhatiannya pada Arka, tatapannya lembut sambil tersenyum manis seperti biasa.

"Kalo nanti... atau besok, atau lusa, atau bahkan kapanpun di masa depan nanti, ada kelakuan Bapak yang kurang baik... Bapak minta maaf"

"Maksud Bapak?"

"Bapak juga manusia Mas... Kadang Bapak juga bisa khilaf, mungkin selama ini Bapak berhasil sembunyi dari sifat sifat buruk Bapak. Tapi kalo misalkan setelah ini Bapak gagal, Bapak minta maaf"

Kening Arka mengerut dalam tanda bahwa ia sedang berusaha berpikir keras karena kalimat yang Hanafi lontarkan.

Hanafi terkekeh pelan. "Nggak usah dipikir berat Mas... Bapak kan cuma ngasih kemungkinan kemungkinan kecil" ujar Hanafi kembali.

"Bapak ada masalah apa? Sama siapa Pak?" Tanya Arka mengabaikan ucapan sang Bapak.

Kekehan pelan Hanafi pudar digantikan dengan raut wajah yang tidak bisa Arka tebak.

"Sama Ibu Pak?" Tanya Arka lagi.

Cklekk

Atensi ketiga orang tersebut teralihkan dengan pintu yang terbuka kemudian menampilkan Si Ibu yang baru saja terlihat.

"Ibu...." Seru Bintang girang. Dirinya menggeliat di pangkuan Bapak mencoba menarik perhatian Ibunya.

Tatapan Hanafi bertabrakan dengan pandangan sendu sang Istri. Hal itu membuat Hanafi spontan mengalihkan perhatiannya masih enggan bertatapan dengan wanita tersebut.

Rumah Kecil Itu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang