Kadang tidak semua peristiwa bisa di ceritakan, tidak semua rahasia bisa diungkapkan.
...
Hanafi masih diam tidak bergeming dari tempatnya berdiri, mengamati dua orang yang sedang asik berbincang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kedua sosok itu nampaknya tidak sadar jika diperhatikan lamat lamat. Namun Hanafi tidak gegabah, ia akan tetap menunggu disini untuk penjelasan yang lain.
Sekitar 5 menit akhirnya obrolan mereka usai, Arina berjalan perlahan menuju ke arahnya, lebih tepatnya ke arah kamar anaknya.
Tatapan mereka bertabrakan, membuat lengkungan indah di sisi kedua mata sang puan.
"Mas.... Dari tadi??" Tanya Arina menyapa.
Hanafi menggeleng bohong. "Enggak, baru aja nyampek... Mau nyari kamu"
"Oh... Gitu, udah liat adek belum?... Yuk kesana" ajak Arina sambil menggandeng tangan suaminya.
Hanafi menurut saja sembari menunggu istrinya tergerak untuk menjelaskan. Tapi sepertinya Arina tidak akan bicara apapun mengenai dengan siapa ia mengobrol tadi. Mungkin Arina kira ia tidak lihat.
Cklekk
"Mas Arka... Ibu kira tadi Bapak kesini sendiri nggak sama kamu..." Ucap Arina kemudian melepas gandengan tangannya, untuk meraih pundak anak sulungnya.
Arka tersenyum simpul, menggapai tangan Ibu nya untuk salaman.
"Kebetulan Arka nyampek rumah Bapak belum berangkat kesini Bu... Jadi bareng sekalian sesuai kata Ibu tadi" balas Arka menjelaskan.
Arina mengangguk paham, lalu netranya beralih pada si kecil yang masih memejamkan mata.
Raut wajahnya berubah menjadi lebih sendu dari pada sebelumnya. Lalu Arina mendekatkan diri pada ranjang pasien sembari menoleh ke arah jam yang terpasang di dinding. Dilihatnya juga sudah ada bubur rumah sakit yang diletakkan di atas nakas.
"Tadi suster nganterin makanan ya Mas?"
"Iya bu... Baru aja"
"Udah jam 1... Adek waktunya makan siang" gumam Arina pelan.
"Ibu juga makan siang dulu, itu udah di beliin nasi sama Mas" sahut Hanafi tidak jauh dari tempat Ibu berdiri.
Arka mengangguk setuju, ia khawatir Ibu nya belum makan dari pagi tadi.
"Bapak sama Mas sudah makan?"
Arka menggeleng begitu juga Bapaknya.
"Ya udah kalian makan dulu, Ibu mau bangunin adek sambil nyuapin, nanti kalo udah baru Ibu makan" kata Arina seperti tidak mau diganggu gugat.
Akhirnya mereka mengalah agar Ibu bisa cepat makan.
Arina dengan telaten membangunkan yang sedang sakit. Bintang bukan tipe anak yang susah dibangunkan, jika sedang sakit seperti ini, ia hanya perlu diberi bisikan dan tepukan tepukan kecil agar tidurnya terganggu.
"Dek... Adek... Ayo makan dulu... Ini mbak suster udah nganterin makanannya..."
"Eeehhmmm"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kecil Itu ✔
General FictionDulu, dulu sekali Hanafi bermimpi memiliki rumah kecil yang akan ia jadikan tempat berlabuh, tempat merajut kasih bersama keluarga kecilnya kelak. Namun Tuhan justru memberinya hal lain, sesuatu yang akan membawanya pada arti Rumah sesungguhnya. Bu...