Bapak itu sama kayak Ibu cuma beda gender aja. Mereka sama sama baik, terlalu baik sampek suka lupa sama dirinya sendiri.
...
Selesai menyantap masakan enak buatan Ibu, keluarga kecil Pak Hanafi tersebut tengah bersiap melakukan camping kecil dadakan. Iya dadakan, sebenarnya tadi malam Bapak bilang mau istirahat di rumah aja, nonton tv bareng, makan siang, makan malam bareng, ngobrol, dll. Tapi pagi ini, tiba tiba Bapak mengajak keluarganya camping kecil kecil an ke Bogor.
Awalnya Ibu tidak setuju, dengan alasan belum menyiapkan apa apa, belum masak, belum beli cemilan, belum packing baju untuk ganti si Adek, dan masih banyak lagi. Arka juga begitu, dia terlalu malas untuk berdiam lama dalam mobil, mendingan ia pakai untuk rebahan santai saja di kamar. Namun, Arka dan Ibu harus tetap mengalah karena ajakan Bapak disambut gembira oleh sang Adek. Kalau sudah begini sulit untuk bilang tidak.
Dan alhasil, Arina hanya membawa makanan sisa sarapan tadi, untuk camilan ia akan beli nanti di perjalanan. Arka bertugas mempacking bajunya dan milik adeknya juga, tidak banyak karena Bapak bilang kita hanya menginap satu malam saja, besok pagi pulang karena harus beraktivitas lagi seperti biasa. Pak Hanafi kali ini bertugas mempacking tenda dan karpet juga kompor portabel yang akan digunakan nanti. Sedangkan Bintang, si kecil itu sibuk menonton keluarganya satu persatu, bocah lima tahun itu tidak menunggu sambil main hp seperti anak anak biasa. Bintang sudah di didik untuk tidak terlalu bergantung pada benda tipis persegi panjang tersebut, sehingga kini ia memilih untuk merecoki keluarganya, dari mulai Ibu, Mas, sampai Bapak. Bintang suka melihat keluarganya kerja sama, jika sudah besar nanti Bintang juga mau membantu apapun sebisanya.
"Ibu, mau dibantu apa?" Tanya Bintang datang dari depan, mungkin bosan melihat Bapak jadi pindah mau lihat Ibu, menemani Ibu yang masih repot dengan wadah wadah bekal yang sedang diisi lauk pauk yang tadi.
Arina tersenyum mendengar pertanyaan si kecil. Karena gemas, Arina meninggalkan urusannya berjalan cepat ketempat Bintang kemudian menangkup pipi gembul bocah itu gemas, di ciumi nya pipi itu, juga kening dan mata nya.
"Adek duduk aja liat Ibu ya, gemes banget anak Ibu mau bantuin...."
Bintang hanya pasrah pipinya di ciumi, di uyel uyel oleh Ibu.
"Ya udah Adek ke Mas dulu deh Bu" pamitnya pada sang Ibu.
Arina mengangguk semangat sambil menurunkan si bungsu dari kursinya.
"Bilangin Mas juga, kalo udah selesai suruh bantu Bapak ya"
"He em"
"Bapak sudah selesai Bu....." Sahut Hanafi baru datang, lalu bergabung dengan Ibu dan Adek di meja makan.
"Ya udah bilangin Mas suruh cepetan aja, Ibu juga bentar lagi selesai...." Kata Ibu final.
Bintang mengangguk patuh, kemudian berlalu naik tangga menuju kamar sang Kakak.
Ditinggalkan berdua membuat Hanafi dan Arina tersenyum bak ABG yang sedang kasmaran. Melihat senyuman sang istri membuat Hanafi berkali kali harus jatuh cinta lagi setiap hari nya. Semenjak anak kedua mereka lahir, juga Arka yang mulai masuk SMA, Hanafi dan Arina jarang sekali memiliki waktu berdua. Waktu mereka yang kosong lebih sering digunakan untuk kumpul dengan anak anak, bertanya tentang keseharian mereka, mendengarkan keluhan mereka, dan lain sebagainya.
Faktor pekerjaan tentunya juga mempengaruhi, apalagi Arina saat ini tengah sibuk dengan rumah makan milik mereka. Jadi, waktu untuk berduaan sering sekali dipakai untuk hal hal lain.
Hal ini terkadang membuat Hanafi uring-uringan, pasalnya Arina seperti lebih memanjakan anak anak ketimbang dirinya. Namun Hanafi kadang malu sendiri dengan sifatnya ini, dia kepala keluarga, seorang Bapak juga, harusnya tidak se-alay ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kecil Itu ✔
Ficción GeneralDulu, dulu sekali Hanafi bermimpi memiliki rumah kecil yang akan ia jadikan tempat berlabuh, tempat merajut kasih bersama keluarga kecilnya kelak. Namun Tuhan justru memberinya hal lain, sesuatu yang akan membawanya pada arti Rumah sesungguhnya. Bu...