08; Kamus Kecil karya Joko Pinurbo

102 18 4
                                    

bahwa ibu tak pernah kehilangan iba

Joko Pinurbo

...


Tengah malam di Bandung, seorang pemuda bersurai coklat itu kini sedang diterpa insomnia seperti biasa. Netra memejam erat berusaha keras untuk terlelap namun nihil. Bukan kantuk yang ia dapat justru ribuan kekhawatiran menerpa kepala penuhnya.

Arka menengok ke samping kanan, tepatnya di single bed sebelah ranjangnya. Ada pemuda yang mengaku berdomisili Bekasi, ia akan menjadi roommate nya selama disini. Namanya Alex, pemuda blasteran Indonesia-Australia itu kini sudah terlelap sejak 30 menit yang lalu.

Anak kelahiran 23 Maret itu perlahan bangkit, mengambil ponselnya di atas nakas lalu mengaktifkan kembali fitur proxy di WhatsApp nya.

Belasan bahkan puluhan chat baru masuk secara bersamaan membuat ponselnya tidak berhenti bergetar sehingga ia harus mengaktifkan mode senyap. Tidak hanya pesan, puluhan telepon tak terjawab pun juga ikut muncul di tampilan layar.

Hal yang sudah Arka duga, saat ponselnya berhenti bergetar notifikasi chat dari Ibu nya lah yang berada di paling atas yang itu berarti sang Ibu lah yang mengirim pesan atau menelepon paling banyak, di bawahnya ada grup chat dengan teman temannya, kemudian di bawahnya lagi Bapak.

Arka mengusap kasar wajahnya dengan tangan kirinya yang bebas, tangan kanannya menyentuh layar tepat di atas tulisan 4 BUKAN BEBAN NEGARA. Membacanya dengan teliti, meskipun ada rasa bersalah yang besar tertaut dalam hati.

4 BUKAN BEBAN NEGARA

|Januar
|Lo udah berangkat Ka? Gak ijin Bapak lo? WOI YA KALI

|Helmy
|Tante Rina tadi chat gue nanyain lo anjir gue harus jawab apa...

|Ernando
|Sama Hel, chat gue juga... Ya ampun lo gimana sih Ka... Kabarin Ibu lo kasian anjirr

| Januar
|Gue juga di chat tadi... Tau lo gini gak akan gue kasih tau kemaren Ka...

|Helmy
|Woiiii @you LO KEMANA SI BAJINGAN!!! TANTE RINA KE RUMAH GUE MATANYA SEMBAB ANJIRRR!!! BALIK NGGAK LOOOO!!!

| Januar
|Ka, pliss gak papa banget lo ikut lomba tapi at least kabarin lah Ibu lo.... Tante Rina kerumah kita semua cuma buat mastiin ada lo atau enggak!!

|Ernando
| Ka, kalo lo baca plis... Bales chat Ibu lo, lo gak tau sebingung apa beliau, sampek rela rela nyetir sendiri nyariin lo... Mana mukanya bengkak banget kayak habis nangis

Arka mematikan Hp nya spontan, chat Ibu dan Bapaknya belum ia buka, atau bisa jadi sengaja tidak ia buka. Arka hanya tidak mau dilarang lagi, sejak SMP Bapak selalu melarangnya untuk mengikuti lomba menggambar. Bapak bilang lomba gambar nggak penting, lomba gambar gak ada dampak akademik nya, buat apa ikut lomba gambar mendingan sekolah, dll. Arka tidak mau dilarang lagi, kali ini hadiah yang ditawarkan bisa membuatnya masuk kampus impian dengan mudah. Jika Arka menyia-nyiakan kesempatan kali ini, untuk apa selama ini ia berlatih terus menerus.

Arka hanya ingin egois sekali saja, sekali saja melawan Bapak, sekali saja bandel terhadap Ibu, sekali saja.

Masa kecilnya dihabiskan untuk menurut dan menurut tanpa ada kesempatan melawan. Kali ini tolong biarkan Arka menyelesaikan keinginan sampai tuntas, tolong biarkan Arka membuktikan bahwa lomba menggambar bisa membuat perjalanannya lebih mudah. Biarkan Arka membuktikan pada Bapak bahwa anaknya yang selalu menurut ini, masih punya jiwa anak anak yang ingin dibebaskan.

Rumah Kecil Itu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang