Terkadang akan ada beberapa keputusan yang sulit dimengerti oleh orang lain, tidak ada yang tau apakah itu benar benar jalan terbaik yang harus diambil atau sebaliknya. Namun manusia diberi rasa percaya yang harus dipegang teguh supaya tidak ada keraguan.
...
Arka bungkam saat telepon yang tadi tersambung kini sudah mengeluarkan bunyi tutt panjang. Kepalanya masih sibuk menimbang dan berpikir apa maksud ucapan Bapaknya beberapa menit yang lalu.
"Bapak mau selesaiin projek Mas...
setelahnya Bapak mau resign"Resign adalah tindakan paling mustahil Bapak lakukan dalam pekerjaannya, Arka tau seberapa besar Bapak mencintai pekerjaannya. Dari kata katanya tadi entah kenapa Arka bisa merasakan keberatan hati dalam alunannya.
Arka yakin, Bapak terpaksa.
entah karena apa.
Namun Arka bisa apa, ia hanya anak SMA 17 tahun yang tidak bisa melawan apapun kehendak orang tuanya. Arka hanya bisa diam dan mendukung keputusan yang mereka ambil meskipun tau mereka kadang juga terpaksa.
tin... tinnn
sreeekkkk
"Astaghfirullah..." ujar Arka reflek setelah berhasil menghindar dari serempetan motor. Matanya bergulir ke sekelilingnya, tanpa ia sadari ia sudah ada di pinggir jalan hampir ketengah.
Astaga apa yang ia pikirkan.
Tidak ambil pusing, Arka pun segera berjalan menjauh dan kembali ke trotoar, tangan nya sibuk menggulir layar ponsel mencari aplikasi ojek berwarna hijau. Setelah dapat, Arka berdiri tegak menunggu.
Disisi lain, seorang wanita dengan tergesa menginjak gas mobilnya, dirinya kalut mengingat ingat hal bodoh apa yang mungkin ia lupakan sebelum ia pergi meninggalkan si bungsu sendirian di rumah. Hati nya cemas tidak tahu kenapa, keringat dingin memenuhi dahi dan tangannya.
Maafin Ibu dek... ya Allah... kenapa yaa perasaan ku nggak enak. Batinnya.
Setibanya di rumah, Arina langsung masuk dan terkejut. Dari luar seperti tidak terjadi apapun, namun nyatanya.
Tubuhnya limbung hingga harus bertumpu pada dinding sampingnya, pandangannya tertutup asap tebal yang lama kelamaan mulai keluar rumah melewati pintu dan ventilasi, air matanya mengalir efek dari terkena asap dan kekhawatirannya.
Bintang...
Bintang tunggu Ibu nak...
Arina mulai merasakan sesak hebat di dadanya, nafasnya tersengal pendek pendek, air matanya mengalir deras, tangannya dengan gemetar menutup mulut mencoba sesedikit mungkin menghirup asap.
Dari dapur, Arina mulai ingat.
Brakkk
Prangg
Dapurnya pasti sudah hancur, namun bukan itu fokusnya sekarang. Arina hanya ingin ke kamar si bungsu yang ada di lantai dua, anak kecilnya masih disana, tidur lelap tanpa tau apa yang terjadi di lantai satu.
Kaki nya semakin gemetar menaiki tangga, hatinya benar benar kalut. Di lantai dua masih tenang, namun api seperti nya tidak ingin kalah berlari kesana.
Semakin besar, Semakin banyak, semakin menghancurkan semua.
Cklekk
Kenapa harus sekarang pintunya macet. Arina baru sadar ia lah yang mengunci pintu tersebut karena akan pergi. Ia kembali bergetar dengan tergesa-gesa mencari kunci di laci meja kecil samping pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kecil Itu ✔
Ficción GeneralDulu, dulu sekali Hanafi bermimpi memiliki rumah kecil yang akan ia jadikan tempat berlabuh, tempat merajut kasih bersama keluarga kecilnya kelak. Namun Tuhan justru memberinya hal lain, sesuatu yang akan membawanya pada arti Rumah sesungguhnya. Bu...