🚨🚨 FYI YA CERITA INI MENGANDUNG PELECEHAN SEKSUAL DAN KEKERASAN. NAMUN CHAPTER YANG MENGANDUNG TERSEBUT HANYA PUBLISH DI KARYAKARSA 🚨🚨
[ MATURE SCENE +++++ ]
Cast :
Park Chaeyoung sebagai Alenka Ceisya Renjana
Park Chanyeol sebagai Varen Oberon...
FYI : Kalau Vote sudah mencapai 20+, aku akan update kelanjutannya ya😘
Sebelum baca. Jangan lupa vote dan commentnya ya.
Kalau ada yang Typo harap maklumi ya. Belum aku revisi soalnya. Besok baru sempet aku revisi kalau ada kesalahan dalam penulisan kata.Terimakasih🥰🥰
HAPPY READING
🍁🍁🍁
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" ALENKA. "
"APA YANG KAU LAKUKAN! "
Alenka tersentak kaget saat merasakan guncangan di pundaknya yang begitu kencang. Lalu netranya melihat ke arah Varen dan Avinka secara bergantian. Serta gunting di genggamannya terjatuh. Lagi, Alenka kembali berhalusinasi. Namun tak lama kemudian ia meringis, dahinya mengernyit, tangannya merasakan perih. Alenka menundukkan kepalanya, dan netranya membulat saat melihat darah segar yang mengalir dari telapak tangannya.
" APA YANG KAU LAKUKAN! "
Suara Varen kembali menyadarkan Alenka dari keterkejutannya. Melihat Alenka yang hanya diam tidak melakukan apapun untuk menghentikan darah yang terus mengalir, membuat Varen langsung berjalan cepat mengambil kotak yang berisikan berbagai macam obat serta alat medis lainnya.
Alenka kembali dibuat terkejut saat secara tiba-tiba Varen menarik tangannya lembut. Seakan tidak ingin menyakiti sang istri, ia lakukan dengan sangat hati-hati. Sedangkan Alenka, ia meringis saat Varen membersihkan darah di lukanya, netranya menatap sang suami dalam. Tidak ada penolakan dari dirinya seperti yang biasa ia lakukan.
" Jangan meringis kesakitan, bukankah ini kemauanmu sendiri. " Sarkas Varen acuh tak acuh.
" Seharusnya kau membiarkanku saja! " Balas Alenka setelah Varen selesai menutup luka di telapak tangannya dengan kain perban.
" Apakah kau bodoh? Kau melukai dirimu sendiri. "
Alenka tersenyum tipis. Netranya melihat ke arah tangannya yang sudah terbalut perban. " Mengapa kau mengobatinya? "
Varen menarik napasnya dalam. Netranya terpejam sejenak. " Apakah kau ingin aku membiarkanmu kehabisan darah begitu saja dan mati konyol secara perlahan? "
" Bukankah seharusnya memang seperti itu? "
" ALENKA! " Bentak Varen.
" Kak, aku mohon jangan seperti ini. " Ucap Avinka. Suaranya terdengar parau dan sedikit bergetar. Avinka merasakan sesak di dadanya setelah apa yang Alenka lakukan pada dirinya sendiri. Ditambah tidak ada raut penyesalan di wajah sang kakak membuatnya semakin sedih.
" Sekarang aku tanya kepada kalian. Untuk apa aku hidup? Sedangkan kehidupanku sudah sangat hancur. Apakah aku harus mati dengan perasaan dendam yang mendalam. Ingat gelas yang sudah pecah tidak akan bisa menyatu kembali. Itulah diriku saat ini. "