14. Berita

452 36 0
                                    

Happy reading all 💞

Reyhan sudah berkumpul bersama rekannya yang akan ikut pulang, pesawat mereka akan take off setengah jam lagi.Sagara serta Yoga turut ikut mengantarkan Reyhan padahal Reyhan sudah berkata tidak perlu tapi dua lelaki beda usia itu memaksa.

"Sampe sana salamin sama yang lain ya" ujar Yoga.

"Oke mas, kalo balik jangan lupa mampir ke rumah. Udah lama banget kita gak main bareng" jawab Reyhan, Yoga terkekeh pelan lalu mengangguk ia pun juga merasa sudah cukup lama tidak mengunjungi sepupunya. Terakhir kali itu pas Naufal kelas 8.

Cukup lama menunggu pemberitahuan pun terdengar, rekannya sudah pergi duluan masuk ke pesawat.

"Om, mas. Rey pergi ya, Assalamu'alaikum"

"Iya hati-hati, Waalaikumsallam"

Keduanya menatap Reyhan yang sudah menghilang dari pandangan mereka.

"Ayo balik Ga"Yoga mengangguk.

*****

Lapangan luas itu begitu ramai karena anak basket tengah latihan, ditambah anak cheerleader yang bertugas menyemangati mereka. Pekikan histeris dari siswa-siswi kala melihat captain basket yang begitu gagah apalagi keringat nya yang bercucuran.

Naufal yang ada di antara mereka cuman bisa menggelengkan kepala, ternyata adik sepupunya begitu terkenal di sekolah barunya ini. Ia baru tau.

"Hay" Naufal menoleh kesamping, cewek dengan rambut sepinggang itu tersenyum padanya.

"Iya? "

"Boleh duduk disini kan? Oke makasih"Naufal mengerutkan kening, hey dia saja belum mengatakan iya!. Tapi yasudah biarkan saja.

" Lo naufal kan? Kenalin gue Natasya khusus buat lo panggil gue Asya"ujarnya tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Ah iya, salam kenal" Naufal bingung harus berkata apa, lagipula ia tak kenal dengan cewek di depannya yang tiba-tiba sok akrab dengannya.

"Aldi adek sepupu lo kan? Dia itu hebat banget tau udah berapa kali dia mengharumkan nama sekolah kita, lo jangan heran kenapa dia latihan bareng kakak kelas. Karena itu permintaan langsung dari kepala sekolah" tutur Natasya panjang lebar, padahal Naufal tidak bertanya dan tak ingin tau.

Matanya kembali menatap Aldi yang terengah-engah karena bermain, ia tersenyum tipis. Dirinya pun bangga sama lelaki jangkung itu.

"Lo anak baru? "tanya Naufal pasalnya ia tak pernah melihat gadis itu di sekolahnya.

"Bukan,gue itu baru masuk sekolah setelah izin seminggu"ujar Natasya,Naufal mengangguk paham lagipula mereka kan beda kelas jadi wajar saja ia tak tau. Tak lagi bertanya dan lebih menonton adiknya saja latihan.

Oh iya ada yang nanyain si Leo kemana? Bocahnya lagi di kelas musik guys, latihan untuk persiapan tampil di acara perpisahan Naufal bersama anak kelas 12.

Iya, Naufal itu sebulan lagi akan lulus. Gak terasa ya:), bentar lagi bayi kita masuk ke jenjang per kuliahan.  Padahal baru kemaren rasanya ia masuk sekolah tapi udah mau lulus aja.

"Laper nih, cari makan yuk" Natasya langsung menarik Naufal menuju kantin padahal lelaki itu belum mengatakan apa-apa. Tapi Naufal cuman pasrah di tarik sama nih cewek cantik--eh?.

Naufal menggelengkan kepalanya kuat, apa-apaan tadi, masa sih ia suka sama Natasya? .

"Enggak! " pekik Naufal membuat Natasya kaget.

"Kenapa lo? Kesurupan kah? "

"Gak, lanjut buru"

****

Jam menunjukkan pukul 4 sore di bandara begitu ramai entah menyambut atau mengantarkan untuk pergi, salah satunya cucu Wicaksono. Mereka sedang menunggu Reyhan.

Hafsa sejak tadi tak berhenti tersenyum, hari ini kakak keduanya pulang ia sangat senang. Bukan hanya dia tapi semua saudaranya. Tapi ini juga sudah cukup lama mereka menunggu padahal pesawat yang di tumpangi Reyhan sudah tiba sejak pukul 2 siang tadi.

Namun kebahagiaan mereka luntur oleh sebuah berita yang muncul di tv yang memang tersedia di bandara.

"Pesawat garuda dengan nomor 152 terjatuh kedalam laut, saksi mata yang melihat adalah seorang nelayan pada saat ingin pulang. Para tim sar juga sudah turun untuk mencari korban jatuhnya pesawat"

Naufal menjerit keras, mengguncang tubuh Jenan untuk bilang kalo itu hanya mimpi.  Namun Jenan tak berkata ia menarik Naufal berserta Hafsa. Tiga saudara itu menangis.

"Enggak!,ka Rey gak mungkin ninggalin kita kan mas? " ujar Hafsa terisak.

"Ka Rey mas, ayo cari ka Rey"racau Naufal.

" Kita pulang dulu ya, nanti kita tunggu informasi selanjutnya dari polisi ya"ujar Jenan. Mengusap pipi kedua adiknya yang basah.

Mahen juga ikut menenangkan si kembar yang histeris, walaupun Reyhan suka marah-marah tapi lelaki itu sangat baik.

Cukup susah membujuk Naufal karena pemuda itu ingin tinggal di bandara, tapi untung saja Albian datang. Pria itu juga terkejut mendengar berita di tv. Akhirnya mereka pulang.

Naufal tertidur meski masih sesegukan, anak itu juga terus meracau memanggil nama Reyhan. Bahkan suhu tubuhnya naik.

Bi Harni datang dengan air di baskom serta handuk kecil, ia celupkan handuk itu kedalam air kemudian di peras setelahnya bi Harni menempelkan di jidat Naufal. Wanita paru baya itu juga sepertinya baru saja habis menangis, berita itu memukul telak hatinya. Reyhan sudah ia anggap seperti anaknya begitupun yang lain.

"Nanti kalo demamnya tidak turun, bawa saja ke rumah sakit ya"

"Iya bi, terimakasih" bi Harni mengangguk lalu pergi.

"Lo istirahat gih, jangan sampe sakit" ujar Albian pada Jenan, raut lelaki itu keliahatan sangat lelah sekali.

"Nanti saja mas, gue mau nemenin adek-adek gue disini" Albian mendengus.

"Kesehatan lo juga perlu dijaga Jenan, istirahat sana biar Naufal sama Hafsa gue yang jaga" mau tak mau Jenan menurut, ia keluar dari kamar Naufal bersama Mahen dan si kembar. Menyisakan Naufal, Albian serta Hafsa di kamar.

"Ya Allah semoga adik hamba masih bisa selamat, jangan engkau ambil dia dulu. Kembalikan dia pada kami Ya Allah" doa Jenan sembari menatap foto adik keduanya yang sedang tersenyum.

****

Bersambung..

Thanks yang udah mampir untuk baca🙏

Four Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang