15. Duo saudara

929 59 15
                                    

"Kenapa lu ada di rumah?" Zee menatap Adel dengan tatapan kaget.

Adel masih berdiam diri di depan pintu kamar, ia menatap kamera Zee yang sudah hancur. Adel mengingat sesuatu saat melihat itu.

"Adellian!" panggil Zee, menyadarkan Adel dari lamunan.

Adel yang sadar dari lamunannya segera mendekati Zee dan duduk disampingnya. "Ini pasti Papa kan yang hancurin kamera lu." ucapnya membuka suara.

Zee menggeleng mencoba mengelak.

"Gue tau Zee, gue inget apa yang dulu Papa lakuin sama gitar lu. Papa ngehancurin gitar itu karena Papa gak suka lu ngelakuin hal yang menurutnya gak berguna, dan kamera ini hancur juga karena alasan yang sama kan?" tanya Adel menatap nanar kamera yang sangat saudara nya sayangi itu.

Zee menghela nafas kasar, menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangan. Zee tidak bisa mengelak lagi kali ini. "Iya." balasnya lirih.

...

FLASHBACK ON

...

Adel dan Zee yang berumur kurang lebih 15-16 tahun itu, kini tengah bermain gitar di kamar Adel. Zee yang belum lama mendapatkan gitar dari mama nya, dengan antusias meminta Adel untuk mengajarinya, karena Zee tau bahwa saudaranya cukup pintar memainkan gitar.

"Lu salah Zee, harusnya habis ini tuh kunci C." ucap Adel.

Zee berdecak kesal karena sedari tadi dirinya salah memainkan kunci gitar untuk sebuah lagu. "Susah Del." kesal Zee.

"Coba lagi." ucap Adel meminta Zee untuk mencoba kembali.

Zee menurut mengikuti apa yang Adel minta, dirinya mencoba kembali. Dengan perlahan Zee akhirnya bisa menyelesaikan satu lagu tersebut.

"Tuh kan, gue bilang lu pasti bisa." ucap Adel tersenyum bangga.

Melihat Adel tersenyum dengan bangga kepada dirinya, Zee pun ikut tersenyum. "Zee gitu loh." celetuk nya memamerkan diri.

Adel terkekeh. "Yeu tau gitu gak usah gue ajarin lu, tengil banget."

"Hehe canda." ucap Zee menyengir tanpa dosa.

Keduanya pun tertawa, entah apa yang mereka tertawa kan. Tetapi kedua saudara itu sangat senang.

BRAK!

Adel dan Zee terkejut karena pintu kamar Adel dibuka dengan kasar, keduanya pun menoleh melihat siapa yang membuka pintu dengan kasar seperti itu. Keduanya menelan salivanya saat itu juga.

Hendra Wijaya. Kepala keluarga dari keluarga Wijaya dan juga Papa dari kedua anak nya yaitu Adel dan Zee.
Kini Hendra menghampiri anak-anaknya dan segera mengambil paksa gitar yang dipegang oleh Zee.

"Pah jangan.." mohon Zee menahan gitar miliknya dengan sekuat tenaga.

"Kemari kan gitarnya Azizi!" bentak Hendra terus menarik gitar Zee dengan paksa.

Zee yang tentu saja tenaganya akan kalah dengan sang Papa, terlepas lah gitar miliknya saat itu juga. Karena Zee telah melepaskan gitarnya, dengan penuh amarah Hendra menghancurkan gitar milik Zee tepat di depan kedua anaknya.

Long Journey (GitKath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang