Evelyn terus berusaha menahan Rexy agar ia mau mendengarkan semua penjelasnya, namun lagi-lagi Rexy menepis tangan Evelyn bahkan ia tak ragu untuk mendorong gadis itu hingga terjatuh diaspal.
Sepertinya Rexy sudah tak mau peduli lagi dengan gadis itu. Sepertinya ia kecewa, sangat kecewa. Bagaimanapun Evelyn adalah salah satu orang terdekatnya, seharusnya gadis itu ada disaat-saat ia terpuruk dan butuh sandaran. Bukan malah sebaliknya.
Ia benci gadis itu sekarang.
Rexy pun tak mau peduli lagi, ia menaiki motornya lalu melajukan secepat yang ia bisa lakukan, ia tak ingin lagi melihat gadis itu. Tak peduli dengan nasib Evelyn nantinya.
Rexy hanya butuh waktu sendiri
° ° °
Suara dentuman kerasa dari musik yang dimainkan oleh seorang Dj wanita dengan penampilan minim itu membuat Rexy sedikit melupakan kesedihannya.
Dengan sebuah gelas yang bertengger ditangan dan seorang bartender yang berkali-kali menuangkan minuman beralkohol kedalam gelasnya, Rexy bisa melupakan semua kesedihan dan beban hidupnya dalam sekejap.
Ya, disini lah ia. Ditempat yang tak pernah Rexy bayangkan bahwa ia akan datang dan merasa nyaman disana.
Walaupun kepalanya sudah berputar-putar, ia tetap meminta si bartender menuangkan kembali minuman haram itu.
"Lo harus liat ini Vel, tanpa lo pun gue bisa seneng-seneng" racaunya sambil menggoyangkan gelasnya pelan lalu menenggak isinya sampai tandas kemudian meminta si bartender untuk mengisinya lagi.
Saat kepalanya semakin pusing dan kesadarannya mulai menurun, seorang wanita dengan dress mini berwarna merah menyala duduk di kursi sampingnya.
Rexy yang sudah terpengaruh alkohol mulai agresif dan mendekati wanita itu. Tapi yang ia lihat adalah Evelyn bukan orang lain sehingga tanpa ragu ia memeluknya.
Wanita itu meronta-ronta minta dilepaskan tapi Rexy justru malah memeluknya erat.
"Gini dulu bentar ya, Vel. Gue capek banget"
Wanita itu mendorong dan menampar Rexy dengan sekuat tenaga, membuat Rexy terhuyung ke belakang.
Plakkk
"Kenapa, Vel. Kenapa lo kayak gini sama gue?"
Rexy memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari si wanita yang ia anggap Evelyn itu.Tak lama kemudian datang beberapa pria dan menghampiri wanita tadi.
"Kamu kenapa, sayang?"
"Dia udah kurang ajar sama aku, yang" tunjuk si wanita dengan tatapan nyalang ke arah Rexy.
Tanpa aba-aba lagi, si pria tadi langsung menghajar Rexy hingga ia terjatuh dari kursi yang ia duduki.
Bugh
Bugh
Bugh
"Ini balasan buat lo yang udah berani macem-macem sama cewek gue"
Bugh
Bugh
Bugh
Rexy terkapar dilantai dengan luka lebam diseluruh tubuhnya. Ia terbatuk-batuk sambil memegangi perutnya yang terasa amat sakit.
Ia meringis. Ingatan tentang sang bunda dan juga Evelyn seketika bermunculan. Tentang betapa bahagianya ia bersama dua orang yang sangat ia cintai itu. Ia menyesal telah berada ditempat ini, ia gelap mata sampai melupakan semua nasehat bundanya agar menjauhi tempat seperti ini.
"Sakit" rintihnya, Rexy terbatuk lagi darah segar ikut keluar dari mulutnya.
Tak ada yang menolongnya saat ia merintih kesakitan, tak ada yang peduli padanya. Saat ia mencoba untuk bangun, beberapa orang datang menghampirinya dan menarik Rexy untuk bangun.
Seseorang menyeretnya lalu menarik rahang Rexy dan mencengkeramnya.
"Gue bisa ilangin semua rasa sakit dan beban yang lo rasain"
Rexy membuka matanya, ia menatap orang itu. "Gimana caranya?"
Seseorang itu bersmirk, "buka mulut lo" dengan mudahnya Rexy menurut dan membuka mulutnya. Seseorang itu lalu meminta sesuatu pada anak buahnya. "Mana?"
"Ini bos"
Orang itu pun memasukkan sebutir obat kedalam mulut Rexy.
"Telen"
Perintah itu lagi-lagi dituruti oleh Rexy, sehingga mereka tertawa penuh kemenangan. Setelahnya orang itu melepaskan cengkeramannya dan mendorong Rexy hingga terkapar dilantai lalu meninggalkannya dengan sebuah obat yang sudah mulai bersarang didalam tubuhnya dan dalam kesadaran yang sudah menghilang.
"Ternyata semudah itu ya bales dendam sama lo, Rexy" orang itu tertawa puas. "Lo emang hebat, Alby"
° ° °
Evelyn masih terlihat berjalan kesana kemari di teras rumah Rexy. Lelaki itu tak kunjung pulang membuat Evelyn sangat khawatir pada keadaannya.
"Non, mending non masuk, nunggunya di dalem aja non" bujuk seorang asisten rumah tangga itu.
Evelyn menggeleng kuat, "bibi aja yang masuk, aku mau nunggu Rexy disini"
"Tapi ini udah malem, non" Evelyn tetap menggeleng, sang ART pun akhirnya menyerah, ternyata Evelyn sangat sulit untuk dibujuk.
Setelah ART itu masuk, Evelyn justru berjalan menyusuri jalanan berharap menemukan Rexy disana.
"Ky, lo boleh hukum gue. Tapi gak gini caranya" gumam Evelyn frustasi.
Penampilan Evelyn benar-benar sangat berantakan. Seragam sekolah yang tak sempat ia ganti kini sudah terlihat sangat kusut.
Evelyn tak tau harus berjalan kearah mana untuk mencari keberadaan Rexy. Ia pun menyebrangi jalanan yang sudah sepi itu sebab malam sudah semakin larut.
Saat ia mulai menyebrang, ada sorot lampu yang mengarah padanya. Sontak Evelyn menoleh ia pikir itu adalah Rexy, tapi ternyata hanya sebuah mobil yang melintas. Sehingga ia tak sadar bahwa pemilik mobil tersebut sedang mengincarnya.
Perlahan seseorang turun dari mobil itu, lalu mendekati Evelyn dan menempelkan sesuatu yang menyengat pada bagian mulut dan hidungnya membuat Evelyn kehilangan kesadarannya tanpa sempat meronta dan melawan.
Evelyn dibawa masuk kedalam mobil itu, seseorang yang sudah menunggu tersenyum penuh kemenangan.
"Let's enjoy to night, baby"
° ° °
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Home [END] ✓
Genç Kurgu⚠️ Part berantakan, jadi periksa terlebih dahulu sebelum membaca ⚠️ °°° "Capek?" "Lumayan" "Ya udah kalo gitu aku langsung anter kamu pulang" "Tapi jangan pulang ke rumah ya" "Lho, kenapa?" "...." "Kamu aneh, dimana-mana kalo pulang ya ke rumah...