🌹Now You're Free!🌹

228 21 25
                                    

ଘ(੭ ᐛ )━☆゚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ଘ(੭ ᐛ )━☆゚.*・。゚

"Kau tidak buta?" Luffy kini menatap Nami yang sudah tidak memakai kacamatanya itu.

Aku selamat. Maaf karena kau harus sampai jujur seperti itu, Nami-ya, batin Law.

Nami mengepalkan kedua tangannya dengan air mata bercucuran. Dia mengangguk pelan. "Aku bisa melihat," ucapnya dengan suara bergetar.

Luffy melepaskan rambut Law sehingga dia jatuh ke lantai begitu saja. Dia kemudian berjalan ke arah Nami dan duduk di sebelahnya.

Nami kembali gemetar. Dia tidak berani menatap Luffy, apalagi di tangannya masih ada pisau saat ini. Dirinya yakin, Luffy pasti akan membunuhnya kali ini karena selama ini dia sudah berbohong padanya.

Luffy menolehkan wajah gadis itu ke arahnya, menatap mata indah yang masih berair itu. Cantik sekali.

"Memangnya kenapa kalau kau bisa melihat?" Luffy tersenyum remeh padanya.

"Eh?"

"Kau pikir aku peduli?" Luffy mengambil dasinya tadi, lalu membawa kedua tangan Nami ke belakang dan mengikatnya.

Gadis itu hanya menurut karena masih dilanda rasa takut yang berlebihan.

Luffy menempelkan pisau itu di pipinya. "Apa alasanmu tiba-tiba jujur padaku?"

"Karena aku bisa melihat, kumohon hentikan itu. Aku takut pada darah," jawab Nami ketakutan.

Luffy tersenyum. "Kau ingin menggantikan posisinya, Nami?"

Wajah Nami memucat. Jika bisa memilih bagaimana caranya dia mati, dia ingin mati dalam keadaan damai. Bukan disayat-sayat atau dimutilasi sampai tidak memiliki bentuk lagi. Dia benci yang namanya penyiksaan.

"Kumohon lepaskan kami. Kau sudah merebut segalanya dariku? Tidakkah kau puas dengan semua itu?" mohon Nami.

Luffy mendekati wajahnya. Nami kembali dibuat gugup. Tatapan mata hitam yang begitu mempesona itu selalu bisa membuatnya terbawa perasaan.

"Cium aku!" perintah Luffy. Pisau di tangannya dilemparnya ke lantai.

"Eh?"

Luffy menatapnya serius. Dia menarik pinggang Nami mendekat seraya melepaskan kedua tangannya dari ikatan dasi itu. "Cium aku, Nami!"

Nami mengangguk takut. Kedua tangannya terangkat, menyentuh kedua sisi wajah Luffy, lalu menyatukan bibir mereka.

Keduanya menutup mata bersamaan, menikmati sensasi ciuman yang begitu lembut itu. Mereka saling menekan bibir, dengan hisapan lembut pada lidah satu sama lain, seolah sedang menyalurkan setiap kegelisahan di hati mereka masing-masing saat ini.

Ini berbeda dari yang biasanya. Entah kenapa aku merasa bahagia, batin Nami.

Kalau kau memang memilih orang itu, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi, Nami! Luffy juga membatin.

Blind [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang