Kelinci dan Ular

600 67 54
                                    






Pagi ini sangat cerah, seakan menyambut murid-murid yang sedang melangkahkan kakinya dari lobi utama menuju kelas masing-masing.

Berbeda dengan Ben, yang sedang memarkirkan mobil putih bermerek Mercedes-Benz S-Class miliknya di area 'Student Parking'.

Mobil itu sudah terparkir rapi, tetapi mesin mobil belum juga dimatikan. Ben mengambil ponsel di tasnya, lalu ia mengetik sesuatu di aplikasi chat, seperti sedang mengabari seseorang.

Dan benar saja, tak lama dari itu muncul seorang laki-laki pemilik mata rubah, yang juga terkenal akan keramahannya di lingkungan sekolah. Laki-laki itu mengetuk kaca jendela mobil, sebagai tanda kalau ia ingin masuk. Ben yang berada di dalam, menekan tombol central lock agar pintu mobil tak terkunci lagi, mempersilahkan laki-laki itu untuk masuk ke mobil.

Setelah pintu mobil kembali ditutup rapat, laki-laki itu menyapa Ben dengan senyuman cerahnya "Hai Ben, semalem lo chat gue minta ketemu, kenapa ga di kelas aja?"

Bukannya menjawab, Ben malah mengambil parfum dari tasnya lalu ia berikan ke pemuda itu "Pake, bau rokoknya kenceng banget"

"Ehehe, abisnya lo lama sih, jadinya gue sempet abis dua batang" ujarnya enteng.

"Riki gak marah emang?"

"Bisa diamuk gue, kalo dia liat gue ngerokok" jawabnya sambil menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuhnya.

Ben hanya menggelengkan kepalanya, lalu mengambil parfum itu dan ia masukkan kembali ke tasnya.

"So, ada apa nih lo mau ketemu gue" tanyanya lagi.

"Gue mau tau info dari lo" ucap Ben to the point.

"Info apaan?" Pemuda itu bertanya tanpa melihat Ben, sebab dirinya sedang sibuk berkaca di cermin ukuran kecil, yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Gue mau tau, siapa yang kirim pesan anonim terakhir kemaren"

Pemuda yang biasa dipanggil Willo itu terdiam dan langsung menoleh ke Ben, ada keheningan beberapa saat "Lo tau kan ini ilegal"

Ben mengangguk "Lo juga tau kan, perbuatan lo yang sengaja nge retas pesan-pesan anonim itu supaya lo tau siapa nama pengirim aslinya, juga ilegal"

"Makanya gue tanya langsung ke lo, karena yang tau nama-nama pengirim asli pesan anonim itu cuma lo" lanjut Ben.

Willo membuang muka ke depan, lalu menyeringai "Ini ga gratis Ben"

Ben paham apa yang Willo mau "Ada dua paket di tempat biasa, isinya 500 gram" tawar Ben.

Pemilik mata rubah itu tersenyum lebar "Deal" lalu dengan sigap mengambil ponsel yang sedari tadi ia taruh di pahanya.

Ben memerhatikan tangan Willo mengutak-atik benda persegi itu, yang sudah pasti Ben tak paham.

"Namanya Rency Permata, kelas 10IPS7. Dia kasta SE" Ucap Willo tujuh menit kemudian.



Jake memasuki kelas dengan santai, dirinya heran melihat sebelah bangkunya yang masih kosong. Sebab sebentar lagi bel masuk berbunyi tapi Ben belum datang, tak biasanya seperti ini. Karena biasanya saat ia masuk kelas, sudah ada Ben yang selalu menyapanya.

Mata Jake menangkap sosok Steve bersama sekawanannya di meja paling belakang. Jake menaruh tas di bangku miliknya, lalu ia melangkahkan kaki untuk menghampiri Steve, ingin bertanya soal Ben.

Steve yang memang sudah memerhatikan Jake saat masuk kelas, menaruh perhatian sepenuhnya ke Jake, sehingga semua yang ada di meja itu pun ikut menengok ke mana arah mata Steve tertuju.

schadenfreude [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang