II

240 23 1
                                    

Hi!
I hope you enjoyed the story!

Nama gue. Eric.

 Eric

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/B/

Brak!

Seseorang menutup pintu cukup keras. Membuat orang yang sedang berada di dalam terlonjak kaget.

"Kenapa sih? Slow aja dong nutupnya" ucap pemuda yang membenarkan posisinya untuk duduk. Ia menatap sang pelaku yang menghempaskan tubuhnya ke sofa yang lumayan lusuh.

"Kenapa coba? Muka lu udah kayak kursi lipat gitu. Coba curhat ke gue sini" ucapnya serius.

Orang yang diajak berbicara hanya mendelik sinis. "Lo yang kesambet apa bang? Ngeri gue liat muka lo sok perhatian gitu"

"Anjing lu" umpatnya sambil melempar bantal yang ada di sampingnya.

"Kenapa sih ini Ribut²?" Ucap seseorang yang baru masuk kedalam rumah. Membuat kedua orang yang sedang ribut mengalihkan pandangan kepadanya.

"Eh bang len, tau nih bang si Eric. Ditanya malah marah-marah "

"Gue nggak marah ya Ray, jangan fitnah lu!"

"Ric.. ga sopan" ucap pemuda yang bernama Halen tersebut.

"Iya iya, bang Ray" Tekan Eric.

Halen melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Lantas menaruh barang belanjaan yang baru ia beli di supermarket. Matanya melirik ke arah pemuda yang paling muda di rumah mereka. Eric memainkan ponselnya dengan ekspresi yang tidak dapat di hindarkan dari pandangan Halen.

"Kenapa Ric?"

Eric terkejut ketika seseorang sudah di sampingnya. Tangan Halen bergerak ke arah rambutnya. Mengelus pelan.

Oh bang Halen, kalau bang Ray yang begini udah gue tendang dari tadi. Ucap Eric dalam hati

Eric berusaha tetap fokus pada layar ponselnya. Mengabaikan orang yang berada di sampingnya.

"Nggak kenapa-napa bang" ucapnya tanpa menatap Halen.

"Bohong bang, orang tadi dateng aja gebrak pintu" jawab Ray yang beranjak dari kasur dan berjalan ke arah dapur. Ia tahu jika Eric hanya akan berbicara jika bersama Halen saja. Halen yang mendengar hal tersebut pun menatap sang adik lamat-lamat. Oh, lebih tepatnya sudah ia anggap sebagai adik sendiri. Tangannya beranjak memegang ponsel yang berada di tangan sang adik.

"Lo cuman pura-pura main hp dari tadi" ucap Halen.

Eric menghembuskan nafasnya berat.

"Tadi... dijalan gue ketemu sama orang bang", ucapnya pelan. Ia masih memalingkan wajah dari Halen.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang