III

173 25 4
                                    


Hi!
I hope u enjoyed this story!

/C/

"Bang, pilih yang ini atau yang itu?" Ucap Eric. Halen yang berada di sampingnya pun menoleh.

"Yang ini aja Ric. Kayaknya yang itu terlalu asin deh" jawabnya lanjut memilah makanan cepat saji apa yang harus mereka stok untuk di rumah.

Pagi hari ini mereka berdua disibukkan oleh aktivitas perbelanjaan. Walau di rumah mereka ada seorang Ray yang pandai memasak, tapi tetap saja. Terkadang rasa malas lebih besar daripada keinginan untuk memasak. Jadilah mereka bergantian jadwal untuk membeli makanan cepat saji.

Halen mengecek ulang semua perbelanjaan dengan notes yang ada pada ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halen mengecek ulang semua perbelanjaan dengan notes yang ada pada ponselnya. Memperhatikan baik-baik agar tidak ada yang pesanan dari Ray yang tertinggal. Lantas setelah usai, ia melangkahkan kakinya menuju kasir.

"Ini saja kak? Ada yang mau ditambahkan?" Ucap sang kasir.

Mendengarnya membuat Halen mencari seseorang yang tadi jalan bersamanya. Dimana Erik?

"ERIC! " teriaknya menolehkan kepalanya mencari Erik.

"IYA BANG TUNGGU SEBENTAR!" Sahut Eric di balik jajaran produk toko. Eric lantas berjalan mendekatinya sambil membawa dua tissue yang ukurannya menurut Halen lumayan tebal.

"Bukannya tissue kita masih ada Ric?"

"Oh, ini? Buat di kamar Eric bang. Tissue di kamar udah abis" ucap Eric menggaruk tengkuknya.

Halen mengambil tissue tersebut dan menyerahkanhya pada kasir. " Ini kak, tambahannya."

"Totalnya jadi dua ratus lima puluh ribu rupiah ya" ucap sang kasir.

Eric yang sedang akan mengeluarkan dompetnya tertahan karena tangan Halen yang sudah terlebih dahulu menyodorkan kartu. Eric yang melihatnya pun hanya berdecak sinis.

Selalu seperti itu. Halen tidak akan pernah memberikannya kesempatan untuk membayar jika sedang berbelanja bersamanya. Bukan karena apa, masalahnya ia juga sudah bekerja dan uangnya pun tidak sedikit. Tapi lagi-lagi Halen selalu memperlakukannya seperti anak kecil yang masih sekolah. Dan Eric tidak suka itu.

Mereka mulai melangkahkan kaki untuk keluar dari supermarket sebelum tiba-tiba suara ricuh di dalam sana menahan asistensi mereka.

"Minggir! Awas-awas!"

Eric dan Halen sama-sama terkejut ketika para pengunjung berteriak histeris saat ada rak-tak toko yang jatuh. Asap yang datang entah dari mana mulai mengepul membuat para pengunjung terbatuk-batuk. Mereka berdua sama-sama berlindung dibalik meja yang dekat dengan jendela-jendela kaca toko.Suasana tidak memungkinkan untuk keluar dari sana melihat pengunjung mulai rusuh bergerumun di pintu masuk yang hanya satu. Halen meringis ketika ia melihat bahkan ada yang sampai terinjak-injak. Ia menarik bahu Eric agar lebih berlindung di bawah meja.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang