chapter 13

3.2K 182 13
                                    

"Lepaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepaskan .."

"Tidak, this is your punishment."

Rantai yang sangat panjang melilit di kaki Lien. Yaa, Louis menghukum istri kecilnya dengan cara merantai kakinya.

"Aku manusia mas .. bukan hewan yang harus kamu rantai .." ucap Lien. Suaranya parau, matanya sembab, karena terlalu lama menangis.

"I know, but I don't care."

"Hukuman tetap hukuman, sayang." Lanjutnya.

"Maafkan aku, mas .."

"Walaupun aku memaafkan mu, tapi hukuman akan terus berjalan. Aku pergi."

"Tidak! Mas .."

Louis membanting pintu dengan keras, meninggalkan istri kecilnya sendirian di kamar yang tiba-tiba terasa sangat sunyi.

Lien merenung, memikirkan takdirnya. "Why does my destiny have to be like this .." katanya kepada diri sendiri.

Ceklek

"Ah, hallo kakak ku yang pembangkang."

Lien melihat adiknya dan Papanya masuk ke kamarnya, menutup pintu dengan keras, dan berdiri di hadapan Lien yang terdiam di atas ranjang, tidak lupa dengan pergelangan kakinya yang ter rantai.

"Kamu benar-benar keterlaluan, kak. Mulai menjadi pembangkang eoh?" Fahlan menunjuk Lien dengan jari telunjuknya, suaranya bergetar menahan amarah.

Sedangkan Alexandre hanya bersedekap, matanya tajam menatap putra kesayangannya, seolah-olah ingin menelanjangi setiap pikiran yang terlintas di benak Lien.

"Kami kecewa padamu." Alexandre berkata dengan suara dingin.

Mereka berdua mendekati Lien, membuat Lien semakin merasa terpojok dan tidak berdaya.

"Kalian kecewa padaku hanya karena aku ingin bebas? Apa yang sebenarnya kalian mau?" Lien bertanya dengan suara pelan, tatapannya sendu dan penuh kekecewaan.

"Apa kebebasan ku itu adalah sesuatu yang salah? Apakah tidak terbalik, dari pada kalian yang kecewa padaku, harusnya di sini aku yang kecewa kepada kalian .."

"Kau tidak akan mengerti." Alexandre.

"Kalian yang tidak mengerti .." Lien berbisik, matanya berkaca-kaca.

"Ini semua untuk kebaikan mu, kak. Kami sangat menyayangimu."

"Kebaikan ku, atau untuk kebaikan kalian?"

"Kalian semua jahat .." Lanjutnya.

"You are right, we are all evil." Fahlan menyeringai, suaranya dingin dan mengancam.

Lien terdiam, bibirnya terkatup rapat, seolah-olah ingin menahan air mata yang mengancam untuk tumpah.

"Renungi kesalahanmu, kak." Fahlan berbisik, sebelum ia dan Alexandre pergi meninggalkan kamar Lien dengan langkah cepat.

Tiga hari kemudian ..

Lien masih ter rantai di kamarnya, selama tiga hari berturut-turut hanya seorang maid lah yang datang ke kamarnya.

Namun kunjungannya tidak lebih dari sekedar mengantarkan makanan. Lien selalu terdiam dalam kesendirian, tanpa ada yang bisa menghiburnya selain suara langkah-langkah lembut maid yang datang dan pergi tanpa sepatah kata.

Bahkan Alis pun tidak pernah menemuinya, ia rasa Louis lah yang melarang siapapun kecuali maid yang bisa datang ke kamarnya saat ini.

Ceklek

"Sayang .. " Louis berbisik, suaranya terdengar sedikit serak. Ia berdiri di ambang pintu, sudah tiga hari sejak terakhir kali dia datang, dan selama itu dia terus memikirkan istri kecilnya.

Dengan tatapan kosong, Lien memandang suaminya tanpa sepatah kata. Mata indahnya, kini terlihat sayu.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Lien menarik selimut lebih erat ke tubuhnya yang terasa demam.

"Tubuhmu panas, aku akan memanggil dokter." Kata Louis.

"Sepuluh menit, kau harus sudah datang ke Mansion ku."

Tuttt

Louis mematikan panggilannya sepihak, saat ini ia sedang khawatir, istri kecilnya sedang sakit.

Tidak lama setelah itu, seorang dokter datang dengan pakaian yang acak-acakan, tidak lupa dengan nafasnya yang tidak beraturan.

"Don't touch it." Louis mengeluarkan aura membunuhnya saat dokter itu akan menyentuh istri kecilnya.

"M-maaf Tuan, tapi saya tidak bisa memeriksa Nyonya jika T-tuan tidak mengijinkan saya untuk menyentuhnya."

'Dasar bodoh, jika aku tidak menyentuhnya maka aku harus memeriksa siapa? Apakah angin?' ujar dokter itu dalam hati, karena ia masih menyayangkan nyawanya jika langsung berbicara di hadapan Louis marciano baldwin.

"Hm, kau boleh menyentuhnya."

Dengan penuh perhatian, dokter itu mulai memeriksa kondisi Lien dan segera memberikan obat yang di perlukan.

"Nyonya, minumlah obat ini. Ini akan membuat mu merasa lebih baik."

"Hmm, terimakasih."

"Sama-sama Nyonya. Kalo begitu, Tuan, Nyonya, saya pamit undur diri."

"Hm, pergilah." Louis.

"Minum obatnya." Louis mendekat ke arah istri kecilnya, lalu segera memberikan segelas air putih dan membantunya untuk meminum obat.

Glek glek

"Sudah."

"Hm, sekarang berbaringlah dan segera tidur."

Tanpa banyak bicara, Lien langsung menutup matanya dan tidak lama setelah itu, dengkuran halus terdengar. Louis segera mengelus kepala istri kecilnya pelan.

Ia lalu melepaskan rantai yang berada di pergelangan kaki istri kecilnya, dan ikut berbaring dengan tangannya yang memeluk Lien erat.

Cup

"Hope you have sweet dreams."

Bersambung.

Min, 4 agu

Sebentar lagi, cerita amour excessif bakal ending.






















Amour Excessif [BXB] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang