chapter 15

3.2K 175 12
                                    

"Minum obat dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minum obat dulu."

"Gausah, aku udah sehat mas."

"Tetap saja, kata dokter walaupun kamu sudah sehat, tapi obatnya harus tetap di habiskan."

"Hemm, baiklah."

Lien sudah meminum obat yang di berikan oleh suaminya, sekarang ia sedang menyenderkan tubuhnya di headboard ranjang.

"Mas."

"Ya?"

"Apa alasan kamu sangat mencintaiku?"

"Memangnya mencintai perlu sebuah alasan?"

"Tidak juga, tapi .."

"Asalkan kamu tahu, sayang. Kamu adalah belahan jiwa mas, jika kamu tidak ada, maka mas pun tidak akan ada, so .. jangan pernah pergi dari kehidupan mas ya, karena itu adalah kelemahan yang mas punya."

"Jangan bicara seperti itu, tidak ada yang kekal abadi, mas. Kita semua akan pergi suatu hari nanti."

Kata-kata itu mengguncang keyakinan Louis yang selama ini teguh. Ia merasa takut, takut akan kehilangan istri kecilnya.

Kehilangan Lien adalah sebuah 'ketakutan' terbesar yang Louis punya.

"Maka akan aku pastikan, bahwa maut pun tidak akan bisa memisahkan kita berdua."

Louis sekita pergi dari kamarnya tanpa sepatah kata, dan itu membuat Lien heran, "Apa aku salah berkata?" Gumamnya, sungguh ia sangat khawatir sekarang.

..

"Argh .. jangan pernah ada yang memisahkan aku dari istriku .."

"Dia sudah menjadi milikku, dia sudah menjadi takdirku, tidak ada yang bisa memisahkan kita berdua .."

Bugh bugh

Louis memukul tembok yang ada dihadapannya dengan membabi buta, meluapkan segala emosinya yang sedang menghantuinya.

Tidak peduli jika sekarang di tangannya sudah terdapat darah yang begitu banyak, ia sama sekali tidak merasakan sakit.

Pikirannya di penuhi oleh kata-kata Lien yang terus bergema di benaknya. 'Tidak ada yang kekal abadi, semua akan pergi suatu hari nanti.'

"Kalimat itu tidak akan pernah ada dalam hidupku kan? Iya kan? Haha .."

Bugh

Kali ini Louis membenturkan kepalanya ke tembok dengan keras, seketika pusing melandanya.

"Shh .. seperti ini jauh lebih baik."

Ceklek

"MAS."

Lien berteriak saat melihat keadaan suaminya yang terlihat berantakan. Tadi Lien dengan hati-hati mengikuti suaminya ke dalam ruangan yang gelap. Denyut jantungnya semakin cepat saat ia membuka pintu perlahan.

Namun, yang ditemuinya membuatnya terkejut dan ngeri. Keadaan suaminya sangat memprihatinkan, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Membuatnya tak bisa menahan air matanya yang berlinang.

"Sayang .. kau menyusul ku? Baguslah, jangan pernah pergi kemanapun, teruslah bersamaku, hm?"

"Hikss .. mas jangan seperti ini .."

Lien melangkah ke arah Louis, tapi suaminya itu malah mundur, "Jawab aku sayang .. jawab!"

"Hikss .. iya mas, aku tidak akan pernah pergi kemanapun, aku akan terus berada di sisimu hikss .."

Lien merentangkan kedua tangannya, "Kemari, mas .. peluk aku." Titahnya pada Louis.

"Are you not lying?"

"Yes, I'm not lying." Lien.

Melihat keadaan suaminya saat ini membuat hati Lien terasa sakit, apakah ia benar-benar sudah jatuh sejatuh-jatuhnya pada Louis?

'Hatiku sangat sakit melihat keadaanmu seperti ini, mas ..' batinnya.

Grep

"Hangat." Gumam Louis saat istri kecilnya itu memeluknya dengan erat.

"Lain kali jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi, mas. Hikss .."

"Hm, jika kau selalu ada di sampingku."

"Ayo kita pergi ke kamar, biar lukamu di obati."

Sesampainya di kamar, Lien membaringkan suaminya perlahan-lahan. Dengan penuh kelembutan, ia mulai mengobati suaminya dengan hati-hati sampai selesai.

"Sayang, kemari."

Lien dengan cepat menghampiri suaminya, karena ia tidak ingin menolak permintaan Louis. "Ada apa, mas?"

"Temani aku tidur."

"Baiklah."

Louis meraih pinggang istri kecilnya dengan lembut, sementara Lien, ia merapatkan kepalanya di dada bidang suaminya, merasakan detak jantungnya yang tenang.

Cup

"Sweet dreams, dear."

"Sweet dreams too, mas."

Bersambung.

































Amour Excessif [BXB] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang