;
Tubuhku berdiri di atas daratan, namun jiwaku terasa tenggelam di dasar lautan.
Aku memaksa dadaku untuk bernafas, memukul jantungku untuk kembali berdetak pelan.Sesekali benturan di kepala membuatku tersadar kemudian.
Sulit rasanya untuk terpaksa bernyawa di saat jiwa telah hilang.Aku meraung.
Memekik penuh kesakitan.
Ironisnya, pekikan ini takkan pernah terdengar oleh siapapun.Aku berteriak, aku menangis kencang, semua bisingnya hanya terdengar di ruang kecil dalam pikiran.
Aku memeluk lukaku dengan tangan yang gemetaran.
Aku menyembunyikan sakitnya dalam senyuman tipis penuh keceriaan.Hanya aku, yang menderita sendirian.
Hanya diriku, sosok teman atas semua luka tikaman.
Hanya aku, tak ada yang lain.
Hingga, diriku mati sendirian.-30 Mei, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poem; Mental Illness
PoetryAtas semua kekacauan dalam kepala, puisi ini tercipta. Pada setiap luka yang mendarah-darah, puisi ini adalah perantara. Abadilah dalam setiap dendam yang membara. -The Poem; Illness. Adrni