;
Aku tidak tahu sudah berapa kali terbunuh oleh pikiran sendiri. Merutuk dan mengacau di kepala, entah berapa lama suara-suara itu semakin nyaring terdengar.
Rasanya hampa. Aku seolah terombang-ambing oleh waktu tanpa bisa merasakan setetes emosi, rasanya kosong sekali.
Aku tidak pernah tahu, fase berduka oleh kematian diri sendiri ternyata selama ini.
Berapa kali lagi kematian itu harus ku hadapi?
Aku ingin meminta tolong. Tapi kepada siapa?
Aku tak pernah kebal meski sudah sering terluka. Aku tidak pernah terbiasa kala harus menarik diri demi menyembunyikan darahnya, hingga luka itu tak berbekas lagi.
Aku tersesat dalam kesakitan yang tak pernah menemukan akhir.
—Jumat, 12 Juli 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poem; Mental Illness
PoetryAtas semua kekacauan dalam kepala, puisi ini tercipta. Pada setiap luka yang mendarah-darah, puisi ini adalah perantara. Abadilah dalam setiap dendam yang membara. -The Poem; Illness. Adrni