Penyihir Kecil

6 4 0
                                    

"What?! Kita di dunia lain hanya 30 menit? Perasaan sudah berjam jam deh!?" Seru Kael terkejut saat tiba di dunia manusia.
"Namanya saja dilatasi waktu. Efek dari perjalanan antar dimensi itu adalah adanya dilatasi waktu," Jawab Sera. Kael kemudian menanyakan apa itu dilatasi waktu. Dengan singkat Sera menjelaskan bahwa dilatasi waktu disebut juga perlambatan waktu.

(30 menit kemudian)
"Tok tok tok", terdengar suara ketukan pintu di luar kamar rawat inap Elara. Aiden membukanya dan Sera serta Kael yang muncul di balik pintu. Sera mengatakan bahwa ia dan Kael habis dari hutan terdekat untuk mencari rempah rempah untuk membuat ramuan alami demi mendukung kesembuhan Elara.
"Apaan ini? Memangnya aman? Apa resikonya? Kalian mau Elara jadi bertambah penyakitnya?" Ujar Aiden sembari menaikkan satu alis tanda tak percaya dengan ramuan Sera. Mendengar hal itu Kael membisikkan sesuatu ke Sera rencana baru supaya Elara meminum ramuannya. "Apa yang kalian rencanakan?"

Tiba tiba asap mulai muncul dari ujung lorong. Perlahan namun pasti, asap tersebut menyebar ke seluruh ruangan yang berada di dekatnya. Asap itu juga masuk ke kamar rawat inap Elara. "Asap apa ini? Apa yang kalian rencanakan? Jawab sekarang atau kupanggil polisi!!!" Tanya Aiden dengan penuh rasa takut. "Sera, ini bukan bagian dari rencana kita kan?" Tanya Kael dengan tubuh gemetar ketakutan. "Bukan aku yang melakukannya! Apa jangan jangan kebakaran?!" Balas Sera. Ia pun bergegas keluar.

Tetapi saat Sera melangkahkan satu kakinya keluar kamar, ia tiba tiba berpindah tempat ke suatu hutan yang rimbun dan penuh kabut. Udaranya yang terasa dingin menambah aura mencekam pada hutan tersebut. "Sialan! Sihir macam apa ini?" Ucap Sera kebingungan.

Sementara itu di sudut pandang Kael, ia tiba tiba berpindah tempat ke suatu gurun pasir yang panas nan tandus. Ia berteriak memanggil nama Sera berulang kali namun tidak ada hasil. Ternyata tak hanya Sera dan Kael yang merasa bahwa dirinya berpindah tempat. Namun seluruh orang yang terkena asap pun juga merasakannya. Ada yang berpindah ke suatu desa tak berpenghuni, bahkan juga ada yang berpindah ke suatu gua yang mengerikan.

Kembali lagi pada apa yang dialami Sera, ia menyerang udara dengan berbagai sihir berkali kali berharap ada hasil namun nihil. Bahkan sihir radar yang ia mahir pun tidak berfungsi sama sekali. Ia kemudian pasrah dan berjalan menuju timur dengan harapan ia akan menemukan jalan keluar.

Setelah 28 menit berjalan, akhirnya ia menemukan sebuah rumah gubuk tua reyot dengan dinding kayu lapuk berdiri dengan bertuliskan "Rumah Draxon". Karena penasaran ia pun mengetuk pintu tersebut dan masuk ke dalam rumah.

Kemudian Sera berpindah ke rumah sakit di ruang yang sama dengan sebelumnya. Ia beranggapan bahwa semua ini adalah sihir yang mampu menyesatkan target yang terkena asap sehingga si target ber-teleportasi ke tempat yang jauh. Karena hal ini Sera mengikuti sumber asap dan ia menemukan seseorang yang mengejutkan. Sesosok itu adalah seorang anak kecil berusia 12 tahun terbaring di lantai dengan air mata yang mengalir.
"Hei anak kecil, apakah asap yang menyesatkan ini berasal darimu?" Tanya Sera yang mengejutkan si anak kecil.
"Hah? Oh maafkan aku, aku sungguh anak pembawa sial aku tidak berguna aku lebih mending m-" Balas si anak kecil yang kemudian disela oleh Sera.
"Cup cup cup, ada apa? Jangan ngomong gitu, ngga baik lho," kata Sera.

Kemudian anak kecil itu menggenggam tangannya dan seluruh kabut asap yang mengitari koridor dan ruangan perlahan pahan menghilang. Semua orang yang terkena efek pun kembali lagi ke tempatnya masing masing dengan pikiran linglung.
"Sosok yang kucintai meninggal, ia adalah ayah angkat ku. Sosok yang selalu menjadi tameng dalam hidupku," Ucap si anak kecil sambil terisak.
"Oh iya? Namamu siapa?"
"Namaku Draxon Thane. Aku minta maaf jika kabut ilusi ku tak sengaja keluar. Aku akan pergi dari sini-"
"Eits, aku tidak menyuruhmu pergi. Jadi itu kabut ilusi ya? Kukira kabut yang bisa membuat orang lain ber-teleportasi. Sihirmu keren, tapi bagaimana bisa sihirmu keluar?" Tanya Sera penasaran.
"Entah, aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengendalikannya. Bahkan keluargaku mengirimku ke panti asuhan karena ini. Aku tidak punya teman juga karena ini. Aku memang anak terkutuk-"
"Kamu bukan anak terkutuk, yang kamu miliki itu berkah. Kalau kamu mau mungkin aku bisa mengajari mu cara mengontrolnya. Sekarang yang menjadi pengasuhmu siapa," tanya Sera kepada Draxon. Draxon menjelaskan bahwa mungkin ia akan kembali ke panti asuhan karena tidak ada yang mau menjadi pengasuhnya. Mendengar hal ini Sera mengusulkan diri untuk pengasuhnya.

Kembali lagi ke kehidupan Elara, Aiden menyalahkan Sera atas semua yang terjadi. Namun karena tak memiliki cukup bukti, akhirnya ilusi yang menyelimuti koridor dan kamar Elara hanya menjadi misteri abadi kecuali untuk Draxon dan Sera itu sendiri.

Setelah rencana Kael berjalan lancar yaitu meminumkan ramuan Sera kepada Elara secara diam diam, ternyata ramuan tersebut manjur dan Elara pun sadar dari koma nya. Dokter dan Aiden kebingungan atas apa yang terjadi pada Elara, kemudian Elara diperbolehkan pulang dengan syarat untuk kontrol kesehatan setiap bulan.
"Eh? Kamu mengadopsi anak kecil?! Aku ngga mau tau deh kamu yang bertanggung jawab atas biaya hidupnya," Ucap Elara terkejut ketika Sera menjelaskan bahwa ia mengadopsi Draxon yang ternyata adalah penyihir juga. Elara pun hidup bahagia bersama dua penyihir di kos kosannya selama nya. Mungkinkah?

(Maaf ya gaes kemarin aku ngga upload, lagi kena Writer block masalahnya 😅)

Whisper of Hiemalis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang