7 Pertemuan tak terduga

2.9K 69 6
                                    

Bagaimana mungkin dua jiwa yang berbeda bisa memiliki bayangan yang sama?Reynaldi Saputra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana mungkin dua jiwa yang berbeda bisa memiliki bayangan yang sama?
Reynaldi Saputra.

****

Malam itu, saat Aurel pulang dari rumah sakit, udara terasa berat dan sepi, seolah-olah setiap langkahnya dipenuhi oleh bayang-bayang gelap yang mengikutinya. Langkah kakinya terhenti sejenak ketika ia merasakan tatapan tajam menembus punggungnya. Jantungnya berdegup kencang, seolah-olah berusaha melarikan diri dari rasa takut yang merayap ke seluruh tubuhnya.

Dengan perlahan, dia menoleh, dan matanya bertemu dengan sosok laki-laki itu, yang kini mendekat. Senyumnya yang dingin dan penuh ancaman membuat bulu kuduk Aurel meremang. Setiap langkahnya semakin mendekat, menciptakan tekanan di udara malam yang seharusnya tenang.

Aurel merasakan napasnya tersengal, dan instingnya memberi tahu bahwa ini bukan kebetulan. Dia harus segera pergi, tapi tubuhnya seolah membatu, terjebak dalam ketakutan yang mencekam.

Matanya membelalak saat laki-laki itu semakin dekat, tubuhnya gemetar, takut. Aurel seolah tidak bisa lari; kakinya begitu lemas seketika.

Morgan mencengkram lengan Aurel dengan kuat, membuat perempuan itu merintih kesakitan. "Kamu nggak akan bisa lari, Aurel. Pulang! Kamu lupa kalau saya ini tunangan kamu, hah!" bentak Morgan, membuat Aurel memejamkan matanya, berusaha meredam ketakutannya.

"Lepasin, atau aku teriak!" ancam Aurel, suaranya bergetar.

Morgan tertawa. Tawa itu terdengar dingin dan menyeramkan, seperti desis ular bercampur suara logam yang berderak, membuat bulu kuduk berdiri dan ketakutan merayap di tulang belakang.

"Silahkan teriak sekencang mungkin. Asal kamu tahu sayang, tempat ini sepi," kata Morgan, mengelus pipi Aurel dengan kasar.

"Jangan sentuh aku! Tolong! Tolong!" teriak Aurel sekencang mungkin, suaranya penuh dengan desperation.

Aurel menggigit tangan Morgan sekuat tenaga, membuat laki-laki itu melepaskan cengkramannya. Dengan segenap tenaga yang tersisa, ia berlari sekencang mungkin. Tangannya gemetar saat mengambil handphone di saku celananya, menelepon Daniel. Pria itu langsung mengangkat panggilan darinya.

"Niel, tolong! Morgan lagi ngejar-ngejar aku sekarang. Takut," suaranya terdengar panik dan putus asa.

Morgan dengan cepat menarik rambut Aurel, membuat langkahnya terhenti, dan telepon itu terputus.

"Halo! Rel, lo di mana?" teriak Daniel, penuh kecemasan. Sial, sambungan telepon itu sudah terputus. Dengan hati berdebar, Daniel langsung menyalakan mesin motornya untuk mencari Aurel.

"Tolong! Tolong!" teriak Aurel, suaranya penuh dengan ketakutan.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi, berhidung mancung, dan bermata biru memicingkan matanya, menghentikan mobilnya. Dia melihat sepasang manusia yang tengah bertengkar, dengan si laki-laki menarik rambut si perempuan yang terus berteriak meminta tolong.

Jejak rindu di Bandung [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang