33 Duri di antara kita

1.1K 49 10
                                    

Di balik kata 'sahabat,' tersembunyi luka yang tak pernah kubayangkan datang darimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balik kata 'sahabat,' tersembunyi luka yang tak pernah kubayangkan datang darimu.
Aurelia Louisa xiaver


****

Setelah Bunga pergi, Aurel berdiri terpaku di tengah apartemennya, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. Perasaan marah, kecewa, dan sakit hati bercampur aduk dalam dadanya, tetapi ada sedikit kelegaan-setidaknya, semuanya sudah keluar. Dia sudah mendengar versi Bunga, meskipun sepenuhnya diselimuti kebohongan dan pembelaan diri.

Ia berjalan menuju jendela, menatap langit Bandung yang mendung, mencerminkan perasaannya saat ini. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa pengkhianatan itu adalah luka yang tak bisa sembuh. Tapi sekarang, setelah konfrontasi dengan Bunga, Aurel merasa berbeda. Ia sadar, kebohongan dan manipulasi Bunga tidak bisa lagi menyentuhnya.

Teleponnya berbunyi, memecah keheningan. Nama Daniel muncul di layar. Aurel menatapnya sejenak sebelum menjawab.

"Halo," suaranya terdengar lelah, tetapi ia merasa nyaman mendengar suara Daniel di seberang sana.

"Gue tau ini bukan waktu yang tepat, tapi gue khawatir sama lo," suara Daniel terdengar serius. "Gue denger kalo Bunga dateng nemuin lo?"

"Iya, dia baru saja pergi," jawab Aurel pelan, lalu menarik napas panjang. "Dia nyalahin aku atas semuanya. Seolah-olah aku yang bikin Morgan cari dia..."

"Jangan dengerin dia," Daniel memotongnya, suaranya tegas. "Lo tau siapa yang sebenarnya salah di sini. Lo nggak harus ngambil tanggung jawab atas apa yang mereka lakuin."

Aurel terdiam sejenak, meresapi kata-kata Daniel. Dia tahu, Daniel benar. Apa yang Bunga katakan hanyalah cara untuk menghindari rasa bersalah dan menyalahkan orang lain.

"Aku tahu, Niel. Tapi rasanya tetap menyakitkan," ujar Aurel lirih.

Daniel terdiam di seberang telepon, seolah merasakan betapa dalam luka yang sedang Aurel hadapi. "Gue bakal dateng. Kita bisa ngobrol lebih lama kalo lo mau," tawarnya dengan lembut.

Aurel tersenyum tipis, meski hatinya masih berat. "Nggak apa-apa. Aku cuma butuh waktu sendirian dulu. Tapi makasih, Niel. Aku tahu kamu selalu ada buat aku."

"Gue selalu di sini, sayang," jawab Daniel. "Dan kapan pun lo butuh gue, cukup bilang."

Setelah menutup telepon, Aurel kembali merenung di tepi jendela. Meskipun rasa sakit karena pengkhianatan Bunga dan Morgan masih menghantui, ada satu hal yang membuatnya kuat-kehadiran Daniel, yang selalu setia di sisinya. Dia merasa bersyukur bahwa, meskipun dia kehilangan dua orang yang pernah dianggap penting, dia masih punya seseorang yang benar-benar peduli padanya.

Jejak rindu di Bandung [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang