36 Dusta dalam kebisuan

254 29 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menghadapi pengkhianatan bukan perkara mudah, tapi aku memilih menguatkan hati daripada membiarkan luka itu terus menganga.
Aurelia Louisa xiaver


****

Aurel tak henti memeriksa ponselnya, berkali-kali mencoba menelepon Daniel yang tak kunjung mengabari sejak tadi malam. Jantungnya berdetak cepat, dibayangi rasa khawatir yang makin besar.

Sementara itu, di kamar hotel yang remang, Daniel membuka matanya perlahan dengan kepala yang berat. Perasaan mual dan pusing menyerang, membuatnya menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Sadar sepenuhnya, ia baru menyadari bahwa di sampingnya, sosok Ratna tersenyum licik, seolah menikmati kebingungannya.

"Selamat pagi, Daniel," sapa Ratna dengan nada menggoda, matanya menatap penuh kemenangan.

Daniel mengernyitkan dahi, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Apa yang lo lakuin, Ratna?"

"Kita habis bersenang-senang, sayang," jawab Ratna, berpura-pura polos. Ia merapikan rambutnya sambil duduk di pinggir ranjang, seolah menikmati setiap detik kebingungan Daniel.

Daniel terdiam, merasa ada yang tak masuk akal. Tak ada kenangan atau perasaan bahwa sesuatu telah terjadi. Namun, Ratna sudah menyiapkan jebakan sempurna—bukti foto-foto yang tersusun rapi untuk membuatnya terlihat nyata.

Di saat yang sama, Aurel terus menunggu kabar dari Daniel, matanya nanar memandangi layar ponsel. Perasaan tak nyaman dan curiga menguasainya. Tanpa sadar, air mata perlahan mengalir, membayangkan kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.

Daniel segera bangkit, berusaha menjauh dari Ratna yang masih duduk dengan senyum licik. "Gue nggak percaya sama lo. Pasti lo sengaja ngejebak gue!" desisnya, mencoba menahan kemarahan yang mulai membara.

Ratna hanya tertawa kecil, suaranya penuh ejekan. "Terserah kamu mau mikir apa, Daniel. Tapi aku punya semua bukti yang aku perluin buat bikin orang percaya apa yang mereka lihat." Ia mengangkat ponsel, memperlihatkan foto-foto yang sudah ia atur sedemikian rupa. Pose-pose yang menipu, mengesankan hal yang tak pernah terjadi.

Daniel merasakan ketegangan di kepalanya semakin kuat. Dia tahu ini pasti salah satu upaya Ratna untuk menghancurkan hubungannya dengan Aurel. Tapi tanpa bukti yang nyata, ia tak yakin bagaimana bisa menjelaskan ini pada Aurel.

Sementara itu, di apartemennya, Aurel akhirnya tak bisa menahan diri. Ia meraih jaket dan tas, bersiap mencari Daniel. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang tak henti menggoyahkan ketenangannya. Setelah memanggil taksi, ia langsung menuju lokasi terakhir di mana Daniel terlihat, berharap bisa menemukannya. Ia sengaja menyambungkan pelacak pada handphone Daniel menyambung pada handphone nya untuk saat-saat genting seperti ini.

Setibanya di hotel, ia bergegas ke lobi dan mulai mencari informasi. "Maaf, apakah ada tamu bernama Daniel di sini?" tanyanya dengan suara sedikit gemetar.

Jejak rindu di Bandung [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang