22. Di antara kenangan dan kehilangan

2K 65 2
                                    

Terkadang, yang paling sulit bukanlah melupakan, tapi menerima bahwa beberapa kenangan tak akan pernah hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, yang paling sulit bukanlah melupakan, tapi menerima bahwa beberapa kenangan tak akan pernah hilang.
Daniel mehendra

*****

Di Jakarta, Daniel duduk di samping makam Aurora, meresapi setiap kenangan yang tersimpan di tempat itu. Hujan yang tadinya gerimis perlahan berubah menjadi deras, namun ia tetap tak beranjak. Setiap tetesan air hujan yang jatuh ke tanah seolah membangkitkan lebih banyak memori tentang Aurora.

“Ra, gue nggak pernah bisa bener-bener move on dari lo. Semua yang gue jalanin sekarang, terasa kosong tanpa lo.” Daniel berbicara dengan suara serak, matanya memejam sejenak, merasakan sakit yang selama ini ia tekan.

Ia menatap batu nisan di hadapannya, menahan tangis yang sepertinya tak akan pernah bisa benar-benar tuntas. Di saat seperti ini, ia merasa begitu dekat dengan Aurora, dan begitu jauh dari Aurel. Meskipun Aurel telah mengisi sebagian hidupnya sekarang, bayang-bayang Aurora masih terlalu kuat untuk ia abaikan.

Di Bandung, setelah beberapa jam berlalu, Aurel tak bisa lagi menahan rasa cemasnya. Perasaannya semakin tidak menentu, dan hatinya berdebar kencang setiap kali ia memikirkan Daniel. Tanpa menunggu lebih lama, Aurel  bergegas berjalan ke apartemen Daniel, karena jarak  apartemen dia dengan Daniel hanya berjarak beberapa langkah saja.Dia harus menemukan jawaban, harus tahu apa yang sedang terjadi.

Aurel segera menuju apartemen Daniel. Begitu sampai di sana, ia menekan bel beberapa kali, tetapi tak ada jawaban. Setelah mencoba lagi tanpa hasil, Aurel akhirnya mengirim pesan.

Daniel
Niel, kamu di mana? aku di depan apartemen kamu.

Namun, beberapa menit berlalu tanpa balasan. Aurel mulai gelisah. Mengapa Daniel begitu diam? apa yang sebenarnya terjadi?

*****

Aurel duduk di depan pintu apartemen Daniel, gelisah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jarum yang menusuk hatinya. Dia menatap ponselnya dengan harapan pesan dari Daniel akan segera muncul, tetapi layar tetap gelap tanpa tanda-tanda kehidupan. Rasa khawatirnya semakin membesar, dan ketidakpastian membuatnya tercekik.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Bunga, sahabatnya.

Bunga
Rel, gue harus ngomong
sesuatu yang penting banget.

Aurel mengernyitkan dahi, hatinya semakin berdebar. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menelpon Bunga.

"Kamu di mana, Bung?" tanya Aurel buru-buru, suaranya penuh kegelisahan.

Jejak rindu di Bandung [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang