Di antara semua perjalanan yang kita lalui, nggak ada yang lebih berat daripada harus menghadapi kembali kenangan dan luka dari masa lalu yang terus menghantui.
Daniel Mahendra.****
Daniel melonggarkan dasi yang mencekik lehernya dengan gerakan lemah, keletihan terpancar dari setiap geraknya. Tubuhnya yang lelah ia sandarkan pada kursi yang tak lagi memberikan kenyamanan seperti dulu. Matanya nanar memandang foto Aurora, mendiang kekasihnya, yang tergantung indah di dinding.
Seandainya kecelakaan tragis itu tidak merenggut nyawa Aurora, mungkin saat ini, ketika dia pulang kerja dengan tubuh penat, Aurora akan menyambutnya dengan senyuman yang menyejukkan hati dan pelukan penuh cinta. Namun, semua kembali ke kata seandainya, kata yang mengisyaratkan harapan yang sia-sia, sebab kenyataan tak lagi bisa diubah.
"Rora..." gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam kesunyian ruangan yang hanya diisi oleh bayangan kenangan. "Kalau aja lo masih di sini, hidup gue pasti beda. Setiap pulang, gue cuma pengen lihat senyuman lo, ngerasain kehangatan lo. Tapi sekarang, yang tersisa cuma bayangan lo dan kesunyian ini."
Daniel menutup matanya, mencoba merasakan kembali kehadiran Aurora. Namun, yang datang hanya kehampaan dan rasa kehilangan yang semakin menyesakkan dada. "Gue kangen lo, Ra. Setiap hari, setiap detik, lo selalu ada di pikiran gue. Tanpa lo, semuanya terasa kosong."
Perlahan, air mata mengalir di pipinya. Tangannya yang kokoh menggenggam foto itu dengan erat, seolah takut jika melepaskan, maka kenangan akan turut menghilang. "Kalau waktu bisa balik lagi, gue bakal jagain dan sayangin lo lebih dari sebelumnya. Tapi, semuanya udah terlambat."
Di tengah malam yang sunyi, Daniel larut dalam duka dan kerinduan yang tak pernah pudar. Kesunyian menyelimuti ruang kerjanya, tetapi hatinya bergejolak dengan emosi yang mendalam. Aurora mungkin telah pergi, tetapi cintanya akan tetap abadi dalam ingatan Daniel, selamanya
Daniel mengambil bingkai foto Aurora yang tersimpan di samping tempat tidurnya, jemarinya lembut mengelus permukaan bingkai itu. "Ra, gue ketemu orang baru yang mirip banget sama lo. Tapi, yang gue rasain ke lo tetep beda. Gue nggak bisa bohongin perasaan gue sendiri, Ra. Gue tahu gue brengsek, tapi cinta gue cuma buat lo, selamanya." Suaranya gemetar, mencerminkan keraguan dan kejujuran hatinya.
Laki-laki itu merasakan keharuan yang mendalam, air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Aurora, perempuan kuat dan hebat, tetap tak tergantikan di hatinya, sepanjang waktu yang akan datang.
Sampai kapan ia akan terus seperti ini? Meskipun ada orang baru yang mencoba mengobati luka hatinya, ia tetap tak bisa bangkit. Aurora sungguh meninggalkan bekas yang mendalam di hatinya, yang sulit untuk pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak rindu di Bandung [ On Going]
General FictionKita salingmencintai,tapi apakah takdir berpihak pada kita? -Jejak rindu di bandung "Kapan kamu mau ngelupain Aurora dan memberikan semua cinta kamu buat aku?" tanya Aurel dengan suara bergetar, menatap laki-laki di depannya. "Sampai kapan pun gue n...