26 Misteri Aurora dan teror

1.6K 47 8
                                    

Terkadang, kita perlu menghadapi ketidakpastian untuk menemukan kedamaian di hati kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, kita perlu menghadapi ketidakpastian untuk menemukan kedamaian di hati kita.
Aurel Louisa xiaver


****

Beberapa hari setelah percakapan emosional dengan Daniel, Aurel mencoba menjalani rutinitasnya seperti biasa. Namun, bayang-bayang ancaman dari Morgan dan ketidakpastian mengenai hubungannya dengan Daniel terus menghantui pikirannya. Ia merasa butuh waktu untuk menenangkan diri, untuk mencari kedamaian di tengah keruwetan yang melingkupinya.

Suatu sore, Aurel memutuskan untuk berjalan-jalan di sebuah taman di Bandung, berharap suasana segar bisa membantunya merenung. Sambil duduk di bangku taman, ia memperhatikan orang-orang berlalu-lalang, sejenak merasa terputus dari segala masalah yang membebaninya.

Namun, ketenangan itu terganggu ketika seorang laki-laki yang tidak asing mendekat. Awalnya, Aurel tidak menyadari kehadirannya, hingga ia mendengar suara yang cukup dikenalnya.

"Aurel, apa kabar?" suara berat itu membuat Aurel menoleh dengan cepat.

Itu Reynal. Laki-laki yang pernah menolongnya saat ia hampir diserang oleh Morgan di  dekat Halte bus. Jantung Aurel berdetak lebih cepat, mengingat pertemuan mereka sebelumnya yang penuh ketegangan.

"Oh, mas Reynal..." Aurel sedikit terkejut, tapi mencoba menyembunyikan rasa kikuknya. "Aku baik. Kamu sendiri?"

Reynal tersenyum tipis, sorot matanya tajam namun lembut. "Baik juga. Sebenarnya nggak nyangka bisa ketemu lo di sini."

Aurel mengangguk pelan, mengalihkan pandangan sejenak untuk mengatur pikirannya yang mulai berkecamuk.

Meskipun Reynal pernah menyelamatkannya, ada sesuatu tentang laki-laki ini yang membuatnya merasa aneh. Entah apa, tapi setiap kali menatapnya, ia merasakan getaran aneh di dalam dirinya—perasaan yang tidak bisa ia jelaskan.

"Kebetulan banget, ya," jawab Aurel, mencoba tersenyum. "Apa kamu sering ke taman ini?"

"Kadang-kadang," jawab Reynal sambil duduk di bangku sebelah Aurel. "Tempatnya cukup tenang buat gue berpikir."

Aurel hanya mengangguk, dan keheningan melingkupi mereka untuk beberapa saat. Ia merasakan ada sesuatu yang ingin Reynal katakan, namun laki-laki itu tampaknya ragu untuk mengutarakannya.

Setelah beberapa detik berlalu, Reynal akhirnya angkat bicara, "Gue nggak bisa bohong, Aurel. Dari pertama kali gue ketemu lo, ada sesuatu yang bikin gue terus mikirin lo."

Aurel menatap Reynal dengan kening berkerut. "Maksud kamu Aurora?"

Reynal mengangguk.

Jejak rindu di Bandung [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang