Genji bersandar pada pagar pembatas jembatan sambil menghisap rokok ditangannya. Dengan tangannya yang lain berada di dalam saku celananya. Tapi ia tidak sendiri seorang gadis juga berdiri di sampingnya sambil membuang pandangan jauh ke arah sungai.
"Bolos lagi" ujar gadis itu meninju pelan lengan Genji.
"Maaf, lagi pula tidak ada yang bisa dilakukan di sekolah" ujar Genji dengan datar sambil terus menghisap rokoknya.
"Tapi tidak perlu mengajakku juga"
Tidak ada respon sama sekali dari pemuda itu.
"Bagi aku rokok" Genji lalu mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya dan membakar rokok itu untuk gadis di sampingnya.
Beberapa saat lalu, dengan gaya sok keren nya Genji pergi ke sekolah perempuan Toarushi. Kehadirannya di sana membuat sekolah itu heboh. Apalagi saat ia pergi menuju ruang kelas Reika dan memanggil gadis itu untuk ikut dengannya.
Tidak ingin mengundang perhatian yang lebih banyak Reika hanya mengiyakan ajakan pemuda itu. Dan ternyata Genji hanya mengajaknya ke pinggir sungai untuk merokok bersama.
"Apa tidak ada guru yang mengajar jadi kau bolos dengan bebas?" Reika mengomel sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Walaupun ada siapa peduli, peraturan ada untuk dilanggar" jawabnya acuh tak acuh menunjukkan pemberontak. Ya, tidak heran lagi seorang Genji Takiya memang seperti ini.
"Dasar menyebalkan, lagipula ada guru baru yang tampan akan mengajar hari ini" Reika berbalik dan menatap kesal ke arah Genji.
Kedua alis Genji mengerut begitu Reika menyebutkan guru baru yang tampan. Seringai tergambar disudut bibirnya.
"Guru baru yang tampan? Lagi pula pasti dia akan seperti orang-orang kaku yang sama sekali tidak keren. Kau hanya akan buang-buang waktu" Genji berbalik dan melempar tatapan mengejek ke arah Reika.
"Dia tidak buruk, dia itu masih muda. Lagi pula apa salahnya"
"Tidak buruk? Ingat ini sayang, guru-guru disekolah itu seperti singa-singa lapar yang berpengalaman. Mereka biasanya suka daging segar, kau harus hati-hati" diantara ucapannya Genji terkekeh pelan.
"Sudahlah, kau akan terus menasihatiku kalau begini" karena tidak ingin mendengar nasihat Genji lebih banyak lagi Reika langsung menyuruh pemuda itu untuk diam saja.
"Bagaimana kalau aku pindah ke Suzuran?" Tiba-tiba pikiran liar melintas pemikiran Reika.
"Kau ini aneh-aneh saja, jangan coba-coba. Kau tau Suzuran penuh dengan pemuda pemuda gila. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkanmu" Genji menggunakan telunjuknya untuk mendorong kepala Reika pelan.
"Kau menganggap remeh aku ya? Aku juga pandai berkelahi tau!"
"Bukan masalah kau pandai berkelahi atau tidak sayang, dengan kau sendiri sebagai perempuan di Suzuran? Ohh aku tidak mau berbagi kau cukup tau"
"Cihh tidak mau berbagi" apa gunanya, sudah berpacaran selama hampir dua tahun, tapi sikap Genji begitu-begitu saja.
"Siapa tau saat masuk Suzuran aku bisa dapat pacar baru, dan membuang yang satu ini" bisik Reika sekecil mungkin berusaha agar Genji tak mendengar suaranya.
"Ohh jadi sekarang kau berpikir untuk mencari pacar baru? Dan membuang berandalan tua ini?" Reika tak mengira Genji akan mendengar ucapannya. Genji menghisap rokoknya dan asap rokok itu mengepul disekitar wajahnya.
"Baiklah cari saja, sayang. Semoga kau menemukan yang lebih menawan dan lebih kuat dari ku" ucapan Genji itu malah membuat Reika lebih kesal lagi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend.Genji.
Dla nastolatkówReika dan Genji memang menyandang status pacaran. Tapi, cara mereka menjalin hubungan tidak seperti dua pasangan muda yang saling mencintai. Lebih tepatnya mereka yang memilih untuk tidak jujur dengan perasaan masing-masing. "Reika,,, apa kau mencin...