Chapter VII

26.8K 1.6K 15
                                    

🦋HAPPY READING🦋

•••••••••••••••••••••••••



Hal yang tak pernah dia bayangkan dan diluar ekspektasi nya sendiri, Via  dibuat tercenung melihat betapa cantiknya sang Female lead, Aira Amita.

Bukan itu saja, Via juga dibuat terperangah,  bagaimana Revandra dengan santainya mengabaikan Aira dan memilih memeluk Via erat. Seolah gadis cantik bak dewi yang ada di depan nya itu hanyalah bayangan yang tidak berarti apa-apa.

Via lantas tersenyum kecut, memikirkan bagaimana takdir kedepannya dengan tatapan kosong. Sepertinya Via harus mulai menyusun strategi agar tujuan nya segera tercapai. Membalaskan kematian orang tua Sivia Kaliandra, dan mempersatukan Aira dan Revandra.

Sampai suatu menginterupsi dari Revandra membuat Via sedikit tersentak kaget, " ada apa? Kenapa melamun? Apa kamu tidak suka makanan nya?  kamu masih sakit?" Revandra bertanya khawatir.

Membuat Via spontan menyunggingkan senyum kecil, sambil menggeleng pelan, "engak apa-apa. Cuma sedikit pusing" Jawab nya terpaksa berbohong.

Menghembuskan nafas lega, Revandra membelai wajah Via dengan lembut, "aku takut. Jika seandainya kamu tidak terbangun hari ini, mungkin aku akan menyusul dan menyeret mu agar kembali kesini" ujarnya posesif.

"Walaupun Lo mau nyusul gue. Lo enggak akan bisa"  Via membantah ucapan tak masuk akal dari Revandra.

Revandra terdiam sejenak, mengamati Via yang tengah menyantap makanannya dengan lahap.

"Tidak ada satu halpun yang tidak bisa aku lakukan. Sekalipun itu tuhan atau kematian,  kamu akan selalu tetap bersama ku, rumah dan tempat mu kembali hanya aku, kamu tidak akan bisa pergi kemanapun tanpa membawaku"

Via tak menanggapi ucapan Revandra, dia menganggap ucapan Revandra sekedar bualan semata. Mungkin saat ini Revandra bisa mengatakan hal tersebut karena belum mengenal sosok Aira. Dan sudah menjadi tugas Via untuk mengembalikan Revandra pada cinta yang sebenarnya.

Berbalik menatap Revandra, Via malah mengeryitkan kening dan mengendus badan Revandra tak suka "badan Lo bau amis" ujar Via menutup hidung dengan tangan, bergerak menjauh dari pangkuan Revandra.

Mendengar itu, Revandra mendadak panik. Dia sangat tahu bahwa Via sangat sensitive dan paling benci dengan darah, apalagi bau nya yang amis. Sebelum bertemu Via, Revandra sebenarnya ingin membersihkan diri, tetapi melihat gadis itu menghilang dari kamar, Revandra yang sudah kalut memilih mencari Via terlebih dahulu.

"Gue mau istirahat dulu. Jangan pernah temui gue sebelum bau amis dari badan Lo hilang. Gue benci darah" ucap Via mulai beranjak kembali ke kamarnya. Namun sebelum itu, Via berhenti sejenak dan memusatkan pandangan ke arah seseorang.

"Lo" tunjuk nya pada Aira yang kini menundukkan kepalanya takut.

Bergerak kaku, Aira menjawab, "iya nona muda"

Via tersenyum sumringah, "tolong bawa coklat hangat sama cemilan yang banyak ke kamar gue. Satu lagi, kalian bisa habiskan semua makanan yang ada di meja makan, sayang kalau dibuang. Dan gue enggak mau tau, rumah ini harus selalu wangi, enggak ada yang boleh  bau amis darah, apalagi bau ketiak" ucap Via membuat seisi rumah tersebut mengangguk patuh.

"Udah, itu aja. Selamat malam" Via melangkah dengan ringan. Meninggalkan Revandra yang kini berdiri kaku dengan tangan mengepal kuat.

"Via benci Vandra. Via enggak mau ketemu sama Vandra lagi" Revandra bergumam lirih, netra nya menatap punggung Via yang semakin menjauh.

Setelah kepergian Via, suasana mendadak suram.  Tak ada seseorang pun yang berani beranjak dan bersuara. Kecuali Aira, gadis yang diperintahkan oleh Via tersebut langsung bergegas melaksanakan tugas nya.

"Permisi tuan" ucap Aira melewati Revandra,  membawa sebuah nampan besar dengan tangan bergetar.

Revandra tak menanggapi. Lelaki itu memilih pergi dengan langkah tergesa.

"Sebaiknya kita segera bubar dan bekerja. Sebelum tuan mengamuk dan membunuh kita semua"  instruksi Wilda pada semua pelayan.

Mengangguk membenarkan, mereka bergegas bubar dan kembali pada aktivitas masing-masing.

🦋🦋🦋

Sesampainya di kamar, Via segera mencari sebuah buku catatan penting milik Sivia Kaliandra. Buku tersebut akan menjadi petunjuk bagi Via untuk membalaskan dendam kepada semua orang yang telah membunuh kedua orangtuanya.

"Dimana sih buku nya?!"

Via membongkar isi lemari dengan frustasi. Berdasarkan ingatan yang dia dapatkan, buku tersebut tersembunyi di sela-sela baju Sivia Kaliandra. Namun, setelah hampir membongkar semuanya Via belum mendapatkan buku tersebut.

"Anjir lah, capek-capek gue cari ternyata malah sembunyi di sela-sela Cd" berdecak kesal, Via membawa buku tersebut dan mendudukkan bokong nya di atas lantai berlapis karpet berbulu.

Membuka dengan rasa penasaran, Via dibuat mual bahkan hanya di lebaran pertama.

"Mata suci gue ternodai", Via berucap jijik saat melihat sebuah foto sepasang kekasih yang tengah memadu kasih, disertai dengan tulisan yang lengkap dengan identitas.

Terlalu fokus membaca satu persatu lembaran buku, Via tidak menyadari bahwa sedari ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Noda muda" suara lembut yang mengalun itu membuat Via tersentak kaget.

"Mohon maaf menganggu nona muda. Saya ingin mengantarkan minuman dan makanan anda nona", Aira, gadis yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Via itu kembali berucap.

Via tersadar, "masuk aja. Pintunya enggak gue kunci" perintahnya, kemudian menyimpan kembali buku catatan miliknya.

Aira membuka pintu perlahan. Mendekat kearah Via dengan ragu.

"Letakkan di situ aja" tunjuk Via pada sofa panjang yang ada di sudut ruangan.

Mengangguk patuh, Aira meletakkan nampan tersebut sesuai instruksi Via.

"Apakah ada yang perlu saya kerjakan lagi nona?" Tanya Aira melihat kamar Via yang sangat berantakan.

Menggeleng pelan, "enggak ada, mending sekarang Lo balik ke bawah, istirahat" ucap Via perhatian.

Tanpa membantah apapun, Aira berujar pamit, "baik nona muda. Saya permisi, Selamat malam, "

"Malam juga, tidur yang nyenyak" balas Via.

Kemudian Via merebahkan tubuh di atas kasur yang empuk. Hembusan angin yang masuk melalui pintu balkon yang terbuka menghantarkan udara sejuk yang membuat Via terlena.

"Besok gue harus ketemu sama Thea. Gue harus balas dendam secepatnya. Berhasil atau enggak, setidaknya gue harus berusaha"

Melirik singkat ke arah alarm di atas nakas menunjukan pukul 20:00, masih terlalu awal untuk tidur malam. Namun, Via terlalu lelah. Kantuk juga mulai menyapa. Mematikan lampu kamar,  Via mencari posisi ternyaman dan tanpa sadar dia mulai terlelap.

Dibawah remangnya cahaya bulan yang menyapa, Via yang sudah tertidur pulas tidak menyadari kehadiran seseorang.

"Berantakan sekali.."lirih seseorang itu melewati tumpukan baju Via yang berserakan di lantai.

Menarik pelan selimut yang menutupi tubuh Via. Revandra, seseorang yang kini berada di kamar Via tersebut mendekat kearah gadis itu dan mendekap tubuh mungil Via dengan hangat.

Revandra sangat merindukan gadis yang ada dalam dekapannya ini. Sejak Via mengatakan membenci bau darah yang ada di tubuhnya. Revandra bahkan segera membersihkan tubuhnya dengan berbagai sabun beraroma harum. Dia tidak ingin Via menjauh.

"Maaf karena membuat mu tidak nyaman. Jangan membenci ku"  Revandra mengecup singkat bibir Via dengan lembut lalu ikut terlelap, menyusul Via yang sudah berada di alam mimpi.

_TBC_

The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang