Chapter XII

20.6K 1.3K 17
                                    

🦋HAPPY READING 🦋
••••••••••••••••••••••••••••


"Perasaan gue kenapa tiba-tiba gak enak.."

Via duduk gelisah didalam sebuah mobil taksi yang sedang ia tumpangi. sesekali gadis itu mengecek handphonenya, berharap ada notifikasi pesan dari Thea.

Hari ini Via akan mengunjungi Thea dan Shakara di rumah sakit. Ini semua karena amukan Revandra saat di kafe waktu lalu. Thea sampai mendapatkan luka dibagian tangan dan kepala. Sedangkan Shakara, jangan ditanya lagi. Lelaki tampan itu bahkan mengalami luka-luka dan hampir sekarat. Via tentu merasa bersalah, bagaimapun ia adalah penyebab kedua temannya itu celaka.

"si Thai kemana sih. Sok sibuk, susah banget dihubungi", gerutu Via saat Thea tak kunjung mebalas pesan yang dikirim gadis itu. salah satu alasan Via menghubungi Thea karen ia belum tau kamar rawat inap sahabatnya itu. Selain itu, Via hanya ingin memastikan bagaimana keadaan Thea, mengingat gadis itu sama hiperaktifnya seperti Via, ia yakin Thea akan cepat merasa bosan dan kelayapan sendiriran di rumah sakit.

Ting!

Thea calling

Dengan segera Via mengangkat pangilan vidio dari Thea.

"halo nyet", Thea menyapa dengan ekspresi menyebalkan.

"nyet! nyet!, matamu monyet. Berasa sok seleb ya lo, susah banget dihubungi" kesal Via dibalas tawa dari Thea. Terlihat gadis dengan perban dikepala dan gips yang terpasang di tangan kananya itu tengah sibuk mengunyah apel.

"hahaha, gue mah emang seleb. Emang lo, pengangguran.." katanya mengejek.

Via mendengus, "Gimana keadaan lo? udah mendingan? terus Shakara gimana?", tanyanya beruntun.

"kepala gue masih nyut-yutan, tapi udah agak mendingan sih. Kalo Shakara, gue no komen. Lo tanya sendiri aja nanti, orangnya masih pingsan".

Mendengar jawaban Thea membuat pesaraan bersalah Via semakin besar.

"Maaf ya, gara-gara gue kalian jadi masuk rumah sakit"

Thea berdecak, "ck, bukan salah lo. Revandra aja yang anjing. sekarang lo udah dimana? udah deket rumah sakit apa belum?"

Via menoleh ke arah depan memastikan lokasinya saat ini, "satu belokan lagi udah mau sampai, sebentar--" menjeda obrolanya pada Thea. Via bemberikan arahan pada si sopir taksi.

"di depan belok kiri pak. setelah itu lurus aja" Kata Via.

Bukannya mengikuti arahan dari Via, taksi tersebut malah berbelok ke arah sebaliknya. Via yang melihat hal tersebut tentu saja panik.

"belok kiri pak, kiri! bukan kanan." Via memberitahu lagi, mencoba berpikir positif bahwa sopir taxi di depanya itu mungkin budek. Namun, sopir taksi tersebut tidak mengidahkan Via. ia malah semakin melajukan mobil tersebut ke arah hutan. Via tau jalan ini karena kejadian ini sama persis dengan penculikan yang dialami Aira di dalam novel.

Via semakin kalut, "anjir!! Kayaknya gue diculik!!, Thea tolongin gue!!" teriak Via membuat Thea yang masih terhubung dalam panggilan ikut panik.

"Lompat nyet! lompat!!"

Via menggeleng tak setuju, "Gila lo! kalau gue lompat yang ada gue mati" sentak Via merasa ngeri. apalagi dengan laju mobil yang kencang, bisa saja sekali lompat Via meningal ditempat.

"Percaya sama gue, lo gak akan mati. lompat sekarang juga atau lo mau diculik sama sopir taksi itu" Via menggeleng tak mau.

sopir taksi yang sedari tadi diam mendengarkan obrolan Via dan Thea menyahut singkat, "saya tidak akan melukai nona muda. saya hanya akan mnegantarkan noda pada tuan Revandra. Mohon tetap diam dan jangan melakukan hal berbahaya"

The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang