Chapter XV

20.6K 1.1K 37
                                    

🦋HAPPY READING🦋
•••••••••••••••••••••••••••••

Lelah menangis semalaman suntuk karena meratapi nasibnya yang kini terikat dengan Revandra membuat Via putus asa.

Kehidupan yang awalnya ingin ia jalani dengan bebas dan bahagia sekarang terkekang oleh semua obsesi dan sikap posesif Revandra.

Jika Via menginginkan kebebasan, maka ia harus bisa kabur dan menghilang dari kehidupan Revandra. Namun, semua itu terasa mustahil gadis itu lakukan. Sekuat apapun Via berusaha melawan, ia hanya akan berakhir gagal. Revandra terlalu berkuasa dan Via tidak akan mampu menghadapi lelaki itu sendirian. Ia membutuhkan seseorang untuk membantu nya keluar.

"Di kehidupan pertama gue mati secara menyedihkan dan di kehidupan kedua ini pun gue juga akan mengalami hal yang sama. Sama-sama mati bahkan sebelum gue bisa merasakan bahagia." Via berucap lirih. Tatapan matanya kosong, ia tersenyum miris pada takdir yang seolah tengah mempermainkan nya.

Krukk!!

Sibuk memikirkan takdir hidupnya kedepan. Perut Via tiba-tiba berbunyi, menandakan bahwa gadis itu tengah kelaparan.

"Laper, Gue butuh makan. Ternyata nangis menguras tenaga juga ya." Keluh Via mengelus perutnya yang sesekali masih berbunyi keroncongan.

Menghapus air nya yang sudah mengering, Via hendak beranjak turun dari ranjang tempat tidur. Namun,  gadis itu mengelas napas lelah tatkala menyadari bahwa ada satu tangan yang masih memeluk pinggang Via erat.

Siapa lagi orang nya kalo bukan Revandra. Lelaki itu tertidur dengan pulas. Mungkin karena Lelah menenangkan Via yang menangis semalaman membuat Revandra masih betah berada di dalam mimpi. Bahkan ketika pagi mulai menyambut hari.

"Lo itu ganteng, tapi sayang Lo terlalu gila untuk gue yang masih pengen waras. Dari pada kita gila berdua, gue memilih untuk kabur dan pergi. Bukan untuk saat ini, tapi setelah gue menunggu waktu yang tepat.--" Gumam Via mengelus pelan surai lembut Revandra.

"Gua tinggal bentar ya, mau cari makan dulu" lanjut nya Melepaskan belitan tangan Revandra dengan pelan, kemudian Via keluar dari kamar tersebut secara perlahan. Beruntung, pintu kamar tersebut tak dikunci oleh Revandra. alhasil, Via bisa keluar dengan bebas tanpa membangunkan lelaki itu.

Berjalan dengan langkah ringan menelusuri setiap sisi yang ada di rumah tersebut. "Gila. Sebenarnya Revandra sekaya apa bisa bangun mansion semegah ini". kagum Via dibuat terperangah melihat betapa mewahnya tempat yang ia tempati sekarang.

Sama halnya seperti di dalam novel, sangkar emas yang Revandra gunakan untuk mengurung Aira benar-benar terlihat sangat sempurna. Bahkan ini jauh lebih besar dari rumah kediaman Bagaskara.

"Gue gak mau berakhir seperti Aira, mati terkurung dalam kesengsaraan. Gue harus bebas gimana pun caranya." Tekad Via sembari terus berjalan untuk menemukan letak dapur berada. Terlalu kelaparan membuat Via tak bisa berpikir jernih, lebih baik ia segera mengisi perut dari pada pusing memikirkan hal yang belum pasti terjadi kedepannya.

"Dapur nya dimana sih? Perasaan dari tadi gue cuma muter-muter di tempat yang sama. Lagian kenapa sepi banget?, kaya kuburan. Apa gak ada orang sama sekali disini?" Via berucap frustasi. Hampir 10 menit mencari, dan Via belum menemukan satu makanan pun yang ia cari.

Ditengah ke frustasi nya, Via akhirnya menemukan sebuah bungkusan mirip seperti kardus kue ulang tahun terletak di atas meja. Apalagi dengan hiasan pita diatasnya dan sedikit  bercak kemerahan yang menempel di luar Bungkusan tersebut membuat Via semakin yakin bahwa ia benar-benar menemukan makanan yang dicari. Tak menaruh kecurigaan apapun, bergegas Via segera berlari menuju ke tempat bungkusan itu berada dengan antusias.

The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang