Coma I

470 20 11
                                    

Tit tit !

Bunyi mesin dan bau khas rumah sakit. Itu lah yang Jeongyeon rasa, dengar, dan lihat sekarang.

Sekujur tubuhnya sakit. Remaja kelas 2 SMA itu menangis. Bukan meraung, tapi tangisan amarah memuncah.

.

"Minatozaki Sana, a...apa kau mau j...jadi pacarku?" Ucap Jeongyeon gugup. Pasalnya Sana salah satu wanita cantik di sekolahnya dan memiliki banyak suitor.

"Tentu saja. Hei semua ingat ya, jangan ada yang mengganggu Jeongyeon karena di pacarku." Jeongyeon memang salah satu anak yang dibully lebih tepatnya disuruh-suruh walaupun jarang. Dia tampan, badan tegap tinggi, kaya selalu diantar jemput supir. Semua siswa dan siswi mengakui, tapi dia sangat pendiam dengan kaca mata tebal dan buku berat yang selalu dia bawa.

Sana mendekat dan merangkul lengan Jeongyeon, "Ayo kita makan siang, sayangku." Jeongyeon tersenyum simpul.

Namun dibalik itu semua, itu adalah awal dimana dia mulai ditargetkan para siswa pria terutama para kakak kelas yang sudah naksir Sana dari lama.

Bugh!
Brak!

Jeongyeon terjatuh setelah menerima tendangan dari belakang. Beruntung ada tas tebal dan buku tebak di depan dadanya jadi ia tidak terbentur parah.

"Mian kami kira bola basket. Hahahahahaha ..." Ucap Suho.

"Makanya jangan jalan bengong di lapangan! Pergi sana!!" Omel Mark salah satu dari mereka juga.

Jeongyeon melangkah pergi.

Itu hanya satu dari rentetan peristiwa.

"Sayang, maaf tidak balas chatmu kemarin. Aku harus ikut mamaku untuk arisan."

"Tidak apa-apa kok. Oh iya, ini aku membelikanmu sepatu baru. Agar couple denganku."

"Sayang?! Ini bagus, ini ... Ini kan sangat mahal!" Ucap Sana menerima sepatu branded dari Jeongyeon.

Cup!

Jeongyeon mematung menerima ciuman di sudut bibirnya dari Sana.

"Kau lucu ..." Sana mencubit pipi Jeongyeon.

Suatu hari  Jeongyeon baru tiba. Sepanjang lorong menuju kelas, semua mata tertuju padanya.

"Ada apa dengan mereka?" Gumamnya pelan. Beberapa menatapnya prihatin, beberapa membuang muka.

Sesampainya di loker, ia terkejut barang-barangnya di berantaki dan tidak kalah mengejutkan ia melihat Sana tengah berciuman mesra dengan Mark.

"Sa...Sana?" Dadanya terasa sakit menusuk.

"Sa...Sana ... Bicara yang benat kau sialan!!"

Bugh!

Teman-teman Mark menendang Jeongyeon hingga jatuh. Jeongyeon mendongak kala mendengar suara tawa dari Sana. Ia melihat Sana tersenyum dan terbahak melihat kearahnya.

"Percaya diri sekali kau memacari Sana?! Dasar tolol! HAHAHAHAHAHA." Ucap Minhyuk teman Mark lainnya.

"Sudah cukup, aku tidak bisa tahan tawaku, beb." Sana menoleh ke arah Jeongyeon.

"Maaf ya, kau itu terlalu bodoh Jeongyeon. Kau pikir akh mau denganmu, huh? Dasar tidak bisa berkaca ya??"

Hati Jeongyeon rasanya sakit sekali. Semua yang Sana mau ia berikan, perlakuan Sana selama ini apakah palsu? Benar palsu? Bagaimana Sana terlihat bahagia ketika ia setiap kali mengajaknya berkencan menghabiskan waktu bersama.

Jeongyeon menatap kecewa, marah, dan sedih pada Sana.

"Mark lihat dia menatapku begitu!!" Rengek Sana pada Mark.

Bugh!

"Sialan kau berani menatap begitu pada Sana??" Pukul Suho setelah mendapat kode dari Mark.

"Ada apa ini?!" Interupsi datang dari guru yang mendatangi setelah di laporkan oleh murid.

"Tidak saem, ini Jeongyeon jatuh sampai berdarah. Ayo bangun kawan!" Minyuk dan Suho mengangkat kasar tubuh Jeongyeon

.

"Aaaaaaa!!!"

"Kyaaaaa!!!"

Suara murid-murid menggema kala melihat Jeongyeon berada di ambang tembok yang berada diselasar.

Kondisinya babak belur.

Semua murid dan guru berada di bawah berjaga mencoba menyiapkan apapun yang bisa mencegah hal fatal jika Jeongyeon melompat dari lantai 4 gedung sekolahnya itu.

Sana terkejut, matanya membola melihat kondisi Jeongyeon dan ia tengah berdiri di batas tembok.

"J...Jeong ..." Ia ingin menangis. Ia takut.

"Sana, apa yang kau lakukan lagi dengan pacarmu itu??" Bisik Nayeon ketelingannya.

"Tidak ada Nay, aku juga tidak menyangkan Mark dan yang lain akan mengerjainya tadi pagi."

"Lihat akibat taruhan bodohmu dengan Mark!"

"Aku takur Nay, kalau mereka mencelakai Jeongyeon. Kau tau sendiri aku benar-benar menyukai Jeongyeon." Sana begitu kahwatir.

"Aaaaaaa!!!"

BRAK!!

Suara hantaman keras terdengar. Sana membeku, melihat lelaki yang ia cinta terbujur di halaman seiolah di kelilingi genangan darah. Tubuhnya melemas jatuh ...

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang