Begal

192 16 10
                                    

"Apa sih? Kenapa telfon aku terus!?"

"Gak kenapa-kenapa. Aku cuma rindu kamu."

"Jeong, ini udah malem ya! Besok juga ketemu. Tadi juga ketemu kan kita?" Jihyo kesel banget karena dia bener-bener ngantuk sekarang rapi Jeongyeon telfonin dia terus.

"Iya, maaf."

Dahi Jihyo mengernyit, "Kamu dimana deh? Aku denger suara hujan, kamu di luar rumah??"

Masalahnya ini jam 1 malam lewat dan kekasihnya itu terdengar berada diluar rumah.

"Hm, iya. Ini udah mau pulang."

"Kamu bener-bener ya. Suka banget bikin aku kesel sama kamu. Pulang sekarang!!" Jihyo langsung matiin telfonnya dan balik tidur. Tapi dia justru gak bisa tidur lagi.

Dia mutusin keluar kamar pelan-pelan takut grasak-grusuk bikin keluarganya bangun.

Dia pergi ke balkon rumahnya.

"Astaga!" Dia sedikit terkejut, melihat ada orang berdiri depan rumahnya.

Setelah diperhatikan detail, ternyata itu Jeongyeon. Dengan senyum bodohnya ditengah hujan.

Jihyo kesal bukan main, bisa-bisanya Jeongyeon berada di depan rumah, larut malam begini, dan hujan-hujanan.

Jihyo kembali masuk mengecek hpnya, dan ternyata memang ada pesan dari Jeongyeon.

"Aku kangen kamu, Jihyo. Aku ke rumah kamu ya. Cuma mau liat dari luar aja. Selamat tidur sayang."

Jihyo pun berlari kecil ke balkon lagi dan menemukan Jeongyeon tersenyum dan melambaikan tangan.

"Gak jelas." Gumam Jihyo sedikit kesal.

.

Jihyo kembali ke kamarnya. Dan tentu dia tetap tidak bisa tidur dan sekarang sudah hampir setengah tiga pagi.

Pikirannya berputar pada perjalanan cintanya dengan Jeongyeon. Sejujurnya dia berada di fase jenuhnya, tidak ada kejelasan dari Jeongyeon, mau dibawa kemana hubungan mereka? Sudah 4 tahun mereka bersama, dan 3 kali putus sambung. Hampir setiap hari selalu bertemu walau tidak ada perbincangan berarti. Yang penting bertemu, berada di satu tempat sama.

Orang tua Jihyo juga pernah menanyakan mengenai hubungan mereka dan Jeongyeon selalu berkata,"Semua terserah Jihyo."

Jihyo resah dan bimbang. Harus di teruskan saja kah?

.

Tet tet!

Jihyo terusik kala merasa getaran hpnya. Langit sudah sedikit terang, matanya menyipit menyesuaikan cahaya hpnya. Ia melihat belasan misscall,"Banyak banget masih jam setengah 6."

Bukannya menelfon balik, ia malah kembali tidur karena mengantuk.

"Maafkan aku Jihyo."

"Haaah!?" Jihyo kembali terbangun membuka mata, dan masih jam 6 kurang.

"Ini gara-gara setengah tidur kali ya? Jadi diambang mimpi gini. Huf." Ia mengatur nafas agar degup jantungnya tenang.

Ia menuju kamar mandi membersihkan diri. Rencana mau ke kosan Jeongyeon. Mau melihat keadaan pacarnya itu, takutnya ia sakit karena kehujanan.

Jeongyeon tinggal sendiri karena memang berasal dari luar kota.

"Masakan si nakal itu bubur kali ya? Tapi mepet, beli aja deh." Ucap Jihyo sembari melakukan rutinitas sehabis mandi.

Dug dug!!

"Jihyo!!!"

"Iya!!?? Habis mandi!"

"Jihyo cepat!!! Aduh kenapa dikunci sih kamar kamu." Omel sang ibu.

Jihyo bergegas cepat dengan memakai baju handuk membuka kamar. Ia terlihat bingung melihat wajah khawatir ibunya.

"Kenapa?? Pagi-pagi heboh banget ma?"

"Jihyo ... Jeongyeon." Ibunya malah mengusap wajah Jihyo seperti tak bisa mengutarakan apa-apa.

"Apa ma?"

"Kamu udah lihat hpmu?"

"Belum ..." Jawab Jihyo mengambil hpnya.

Ia baru ingat ada banyak misscall masuk. Ternyata dari keluarga Jeongyeon dan teman-teman mereka.

"Banyak banget misscall."

"Jihyo, Jeongyeon jadi korbang begal." Ucap sang ibu.

"Bohong!" Jihyo mencoba menelfon hp Jeongyeon. Nyambung, tapi gak diangkat sama sekali.

"Jihyo, ayo ke Jeongyeon."

Muka Jihyo udah dibanjiri air mata. Pikirannya kalut, semua yang terjadi semalam sampe pagi ini terlalu membuatnya kacau. Tidak bisa berpikir sama sekali.

Buru-buru Jihyo menyiapkan diri dan berlari kebawah. Tapi betapa terkejutnya dia. Melihat ada orang tuang Jeongyeon dan keluarga besar mereka dibawah.

"Apa-apaan ini?"

"Maafin aku. Udah bohongin kamu." Jeongyeon sejujurnya agak takut. Jihyo sangat galak dan ... Ya ...

"Gak lucu tau gak?!" Jihyo memukul dada Jeongyeon yang tengah menahan tawanya.

"Udah hei ... Aku kesini mau lamar kamu loh."

"Ish!! Hikss ..."

"Maaf ..." Jeongyeon mencium kening Jihyo.

"Ayo ini mau di lanjut gak? Jangan nyosor-nyosor dulu." Ucap ayah Jihyo yang membuat orang-orang disana tertawa begitu juga Jeongyeon dan Jihyo.

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang