Masih

178 20 17
                                    

"Bisa kita bicara?" Pinta Nayeon. Jeongyeon sungguh tidak ingin berada disini sekarang bersama Nayeon. Jika saja ia tak sengaja menabrak tubuh Nayeon ketika keluar dari toko , pasti sekarang dia sudah berada di rumah menikmati liburannya.

"Apa lagi??" Jeongyeon masih sakit hati. Perlakuan Nayeon, pengkhianatan, dan segala hal yang menyakitinya. Masih terekam jelas.

Beberapa bulan lalu mereka masih sepasang kekasih. Bertemu karena satu jurusan kuliah. Jeongyeon seorang anak beasiswa datang dari Jeju merantau ke Seoul. Menjadi satu-satunya anak muda dari keluarga Yoo yang dibanggakan satu kampungnya karena berhasil kuliah di Seoul. Keluarganya tidak kaya tidak miskin, appanya nelayan dan ibunya punya restoran kecil.

"Aku mohon, sebentar saja." Jeongyeon mencebik, matanya tak lepas dari perut Nayeon yang telah menbuncit. Ya, Nayeon hamil, bukan anaknya. 4 tahun pacaran, eh kekasihnya hamil anak orang lain.

Karena kasihan, Jeongyeon pun setuju. Nayeon terlihat senang, dengan hati-hati melangkah. Menuju salah satu cafe di sebelah toko mereka bertemu.

"Apa kabar?"

"Baik."

Nayeon menelan kadar ludahnya. Ia ingin bicara namun tercekat melihat respon Jeongyeon seadanya. Jujur saja rindu sekali dengan Jeongyeon. Beberapa kali meminta bantuan Dahyun sahabat Jeongyeon agar bisa bertemu Jeongyeon.

Jeongyeon memang sibuk sekarang, tugas akhir sambil bekerja freelance yang lumayan menghasilkan hingga bisa membeli apartemen dan mobil untuk keluarganya di Jeju.

"Cepatlah, aku harus bekerja."

"Jeong, aku, aku sungguh minta maaf." Air mata Nayeon luruh. Justru itu membuat Jeongyeon murka. Ia benci melihat Nayeon menangis tapi disisi lain ia lebih benci dengan kelakuan Nayeon padanya.

"Aku sudah memaafkanmu. Kalau hanya itu saja, aku permisi." Jeongyeon langsung berdiri meninggalkan Nayeon. Tangis Nayeon mengeras.

.

"Sial ..." Umpatnya setelah berhasil merebahkan diri di tempat tidur apartemennya.

Sementara disisi lain Nayeon menangis dikamarnya. Tak lama kemudian eommanya masuk.

"Bertemu dengannya?" Nayeon mengangguk.

"Aku menyesal eomma, hiks ..."

Mereka berteman cukup lama sampai akhirnya resmi berpacaran. Jeongyeon sangat menyayangi gadis kelincinya itu, intinya, mereka sangat saling mencintai.

Namun semua itu palsu, Nayeon hanya menjadikannya pacar karena Jeongyeon cukup tampan dan pintar. Siapa yang mau pacaran dengan pria irit dan miskin menurut Nayeon itu.

Suatu hari Jeongyeon harus ikut pelatihan sebagai salah satu syarat tugas akhir dan pulang liburan untuk mengejutkan Nayeon di rumahnya. Ia tidak melihat tanda-tanda ada orang di dalam. Namun karena mobil Nayeon masih ada, ia memutuskan untuk masuk.

Matanya terbelalak ketika mendengar suara merdu sang kekasih yang biasa dikeluarkan ketika mereka bersama. Ia mendekat dan mengintip kedalam.

"Ahh~~ Pelan-pelan."

"Aku akan keluar sayang ahh."

"Kau harus cepat pisah dengan si miskin itu."

"Ahh tentu, aku sudah puas memanfaatkannya, hmm ..."

"Tapi kau tidur dengannya, hm? Gadis nakal."

"Akh, pelan-pelan oppa. Akh, tapi tetap oppa yang terbaik, uhh. Setelah ia pulang akan aku putuskan. Ak!"

Jeongyeon begitu sakit hati.

"Nayeon."

Dua sejoli itu terkejut.

"Jeong?!" Nayeon gelagapan.

"Gomawo." Jeongyeon pergi dari sana denga perasaan hancur.

Setelah itu mereka tidak bertemu karena kuliah sudah selesai, Nayeon mencoba menghubungi Jeongyeon. Untuk apa? Tentu meminta maaf, ia sadar perlakuannya, ia juga di tinggal oppa kesayangannyan itu ketika tahu Nayeon hamil. Dan ia baru sadar kalau ia mencintai Jeongyeon.

.

"Sakit eomma. Hiks ..."

"Bertahan, nak ..." Eomma Nayeon khawatir begitu juga appanya.

"Dengan menyesal, anak dalam kandungan nona Nayeon tidak dapat diselamatkan. Kami akan segela melakukan operasi karena kandungan sudah memasuki umur 23 minggu."

Nayeon menangis begitu juga orang tuanya.

Sejak itu, Nayeon mengurung diri dikamar. Sudah kehilangan bayi, ia kehilangan Jeongyeon juga, pria yang sangat ia rindu dan cintai.

"Nayeon, ada undangan."

"Andwe!! Hiks ..."

Tertulis undangan pertunangan Jeongyeon dengan Sana sahabat Nayeon yang marah atas tindakan Nayeon.

Sana memang menyukai Jeongyeon lebih dulu saat itu. Namun ternyata Nayeon yang mampu menarik perhatian Jeongyeon.

"Tidak boleh! Aku akan merebut Jeongyeon kembali!! Hiks ..."

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang