Hujan

184 23 65
                                    

"Mian Jeong ..."

"Ne, gak masalah. Next time aja." Ucap Jeongyeon dengan senyum walau dalam hati terluka. Luka yang dia buat sendiri.

Sekian kali Mina membatalkan janji, dan tentu karena prioritasnya Chaeyoung bukan Jeongyeon. Siapalah Jeongyeon untuk Mina??

Sudah tahu Mina sangat suka dengan Chaeyoung, masih saja hatinya terbuka lebar untuk Mina. Menjadi tempatnya mencurahkan cerita, selalu siap siaga untuk Mina. Cinta memang membuatnya bodoh.

Chaeyoung, sosok pria yang ia temui 4bulan lalu dan langsung jatuh hati. Tentu Jeongyeon tak bisa berbuat apa-apa.

.

"Aku benar-benar kesal Jeong! Masa baru sampai dia bilang tidak jadi karena ada hal penting!"

Sejujurnya Jeongyeon lelah, hatinya lelah.

"Tapi lumayankan? Kau bisa bertemu dengannya sebentar ditengah kesibukkannya. Sebentar lagi dia pameran. Kau harusnya mendukungnya." Jeongyeon menampilkan senyum manisnya. Mina sepersekian terdiam melihat senyum manis sahabatnya itu.

"A...ah iya. Kau benar."

"Oi, Jeong hyung!" Dahyun meneriakan namanya membuat Mina dan Jeongyeon menoleh.

"Wae?"

"Dipanggil appamu. Dia menelfon tapi tidak kau angkat-angkat."

"Oh? Oke. Duluan ya, Min." Pamit Jeongyeon dan Dahyun.

Siang ini memang Jeongyeon janjian dengan Mina seperti biasa makan siang di restauran sebrang kantor Jeongyeon. Mina memiliki tempat kursus sedang Jeongyeon adalah CTO di perusahaan appanya.

"Sejak kapan dia terlihat menarik begitu ..." Gumam Mina melihat kepergian Jeongyeon dan Dahyun.

Namun, ia kembali tersadar saat handphonenya berbunyi dan menampilkan nama Chaeyoung dilayarnya.

.

"Selamat atas pamerannya." Ucap Jeongyeon seraya memberikan bunga buket untuk Chaeyoung.

"Terima kasih, hyung. Kalian bisa langsung duduk di paling depan ya, aku sudah bilang pada panitia."

Jeongyeon dan Mina mengangguk.

Mereka menuju tempat yang ditentukan. Chaeyoung pun mulai mengambut para undangan.

"Dan ini, terakhir. Adalah karya yang saya persembahkan untuk seseorang yang spesial." Matanya tertuju pada kursi Jeongyeon dan Mina.

"I know it." Dada Jeongyeon mulai terasa sesak. Tebakkanya tadi malam, entah, muncul begitu saja skenario yang akan terjadi hari ini.

"Mina, mianhae, sudah membuatmu sebal selama ini. Karya ini untukmu dan, jadilah kekasihku." Mina menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia menatap ke samping. Jeongyeon tersenyum bahagia dan bertepuk tangan. Palsu.

"Maju cepat! Akhirnya yang kau inginian terkabul!" Ucap Jeongyeon ceria.

Mina mengangguk dan maju kedepan. Chaeyoung memberinya sebuket bunga dan kalung sebagai simbol dimulainya hubungan mereka.

.

Hujan deras tak urungkan Jeongyeon untuk berteduh. Ia terus berjalan menikmati deras rintikan hujan yang berhasil menyamarkan air matanya yang tak kunjung berhenti.

"Srrt, hah ... Aku yang duluan hadir, aku yang selalu ada untukmu kapan kau butuh dan tidak butuh. Huf ..., ingin meminta agar kau terluka tapi aku jahat. Mianhae."

.

"Hyun, Jeong mana? Aku mengirim pesan dari minggu lalu tidak di baca. Belum sempat kerumahnya juga."

"Oh? Hyung? Kau belum tahu? Dia pindah ke perusahaan cabang di Texas." Dahyun bingung karena Jeong bilang akan memberitahu Mina.

Mata Mina membola, "Mwo?? Kapan? Maksudku, kenapa tiba-tiba?"

"Ini tidak tiba-tiba. Sudah dibicarakan sejak 6 bulan lalu. Prosesnya panjang."

"Mwo?" Matanya bergetar, entah karena apa? Karena Jeong tidak memberitahunya? Atau karena Jeong menghilang begitu saja??

Mina terus menghubungi Jeongyeon. Semua telfon dan pesannya masuk. Tapi tidak ada balasan sama sekali.

.

Kehilangan, 5 tahun. Begitu cepat?

Tapi tidak untuk Mina. Begitu banyak kemungkinan ia terka di awal kepergian Jeongyeon. Diabaikan, Jeongyeon tidak pernah begitu padanya. 3 + 5 tahun mengenalnya, mana pernah Jeongyeon begini padanya.

Ia marah pada Jeongyeon di tahun awal kepergian Jeongyeon. Tapi apa dia pantas untuk marah.

Hubungannya dengan Chaeyoung sudah berakhir. Tak bertahan lama, terlalu banyak perbedaan. Berteman lebih baik.

Satu kali Chaeyoung berkata padanya, "Kau memang tidak peka, 3 tahun dia bersamamu, tidak kau sadari perasaannya? Aku saja dulu fikir kalian berpacaran, melihat bagaimana dia memperlakukanmu."

"Aku bodoh." Lirih Mina menatap keluar jendela restauran disebrang kantor Jeongyeon. Menatap rintik hujan yang tak kecil dan tak juga besar. Sedang. Rintikan yang pasti selalu memiliki banyak kisah di dalamnya.

"Pasti luka dari ku sangat banyak kan?" Gumamnya sendiri.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok tubuh tinggi yang sangat familiar di sebrang sana. Segera ia beranjak dan keluar dari restauran itu.

Rintik hujan sedang semakin deras. Ia merutuk tidak membawa payungnya yang ia taruh di meja kerjanya.

"Jeongh ..." Bibirnya bergetar.

Nekat, ia menerobos hujan, menyebrangi jalan sembarangan. Untung ia berhasil disebrang sana.

"Jeong!" Pria itu menoleh.

"Mian?"

"Ah, mianhae ..." Mina kecewa, itu, bukan Jeongyeon.

Jeongyeonnya sudah pergi.




















Hikss. Xixixixi ...🥰

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang