Setelah pingsan, Momo di bawa ke ruang rawat untun di periksa.
"Pasien mengalami shock, keadaannya baik-baik saja. Tidak lama pasti sadar, tapi usahakan untuk tidak menyinggung hal-hal yang bisa membuat pasien tegang." Ucap dokter.
Orang tua Momo, Sana, Tzuyu, dan Mina ikut nemenin Momo diruang rawat. Sementara yang lain masih nunggu di ER.
"Udah jangan nangis, Nay." Chaeyoung meluk erat Nayeon yang masih sesegukan.
"Kenapa Jeong bisa celaka, hiks. Pasti dia kepikiran Momo. Dan itu semua gara-gara aku , Chaeng."
"Udah, sst. Kita doa ya."
Jihyo sama Dahyun berusahan nenangin orang tua Jeongyeon.
Lampu tanda oprasi sudah mati. Tandanya oprasi sudah selesai. Semua yang disana bergegas berdiri menghampiri dokter yang keluar.
"Dok, bagaimana putra kami?"
"Pendarahan pasien sangat susah berhenti sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk ditangani. Luka di bagian kepala sangat serius, luka dalam akibat benturan keras membuat trauma organ dalam pasien. Beberapa tulang rusuk patah sudah kami sambung. Untuk sekarang, perbanyak berdoa dan pasien akan dimasukkan ke ruangan ICU. Kita lihat perkembangannya." Tangis eomma Jeongyeon pecah mengetahui kondisi putranya hingga pingsan.
Chaeng dan Dahyun tak bisa membendung air mata mereka. Nayeon amat terpukul dengan yang terjadi seandainya dia tidak egois, semua tidak akan terjadi.
.
Alat-alat penunjang hidup sudah di pasang ditubuh Jeongyeon. Orang-orang hanya bisa melihat Jeongyeon dari luar kaca. Diperbolehkan 1 orang untuk berkunjung karena Jeongyeon berada di ruang VIP dengan suster yang siap siaga disana.
Momo terlihat di papah Tzuyu memandangi Jeongyeon yang tertidur dari luar. Orang tua Jeongyeon sudah pulang begitu juga yang lain. Hanya tersisa mereka berdua.
"Jeongyeon kuat, lu juga harus kuat, Mo." Tzuyu sendiri berat mengatakan itu, ia ingat saat Jeongyeon di larikan ke rumah sakit.
"Jagain Momo, Tzu. Gw cinta sama Momo."
Ucapan itu terngiang jelas di ingatan Tzuyu, denagn kondisi parah, Jeongyeon masih sempat sedikit berpesan padanya.
"Gimana gw lanjutin hidup gw, Tzu. Harusnya gw maafin dia, kenapa gw malah deket sama cowok lain. Hikss ... Jeongyeon, sayang." Momo kembali tersedu.
"Udah jangan nangis, sekarang lu siap-siap buat masuk. Lu harus kuat."
Momo akhirnya masuk kedalam, air matanya berlinang melihat kondisi Jeongyeon dari dekat. Ventilator dan yang lainnya yang terpasang ditubuh Jeongyeon.
"Sayang, kuat ya. Aku nungguin kamu pokoknya. Kamu udah janji sama aku. Hiks ... Aku gak nangis kok. Hikss, kamu gak suka lihat aku nangis kan ... Love you sayang."
.
"Udah pada sampe? Cepet banget." Ucap Nayeon sambil ngeliat kekuar jendela.
"Kamunya yang lama dandan. Mereka semua udah sampe dari tadi." Keluh Chaeyoung yang nunggu hampir sejam.
"Ya makanya kalau mandi sama Bae, jangan sambil main. Aku harus siapin dia juga."
"Ya, maaf deh. Yuk turun." Chaeyoung sama Nayeon baru sampe, mereka telat dari jam janjian.
Padang rumput hijau menghiasi sekeliling taman makam itu.
"Nih, Mo bunganya." Nayeon nyerahin sebuket bunga yang Momo titip sebelumnya.
"Lama banget, Nay. Anak-anak sampe pada ngantuk." Omel Sana.
"Anak-anak apa mereka?" Tunjuk Nayeon ke para suami.
"Sama aja, seumuran. Hahahaha ..." Jawab Sana.
Momo meletakan sebuket bunga diatas nisan yang sudah mereka bersihkan sebelumnya.
"Gak kerasa ya ... Waktu berjalan begitu cepat." Nayeon, Sana, Mina, dan Jihyo saling merangkul.
"Jangan sedih terus, kasian suami sama kehamilan lu, Mo." Nasehat Jihyo.
"Ya, gimana ya. Kadang gw juga mencoba bahagia karena dia pasti bahagia disana."
"Yang sabar ya ..." Ucap Mina gak lupa sedikit senyuman agar tegar menjalani semuanya.
"Ayo kita makan siang, udah di gelar tuh kainnya." Ajak Dahyun.
"Eh sini lu bantuin istri lu."
"Iya sabar, gak sopan lu sama yang lebih tua."
"Beda setaun doang sih." Dahyun protes.
"Setaun lebih, yuk sayang. Pelan-pelan."
"Makasih Jeong." Ucap Momo.
"Kok Jeong sih? Sayang dong." Jeongyeon protes.
"Udah mau jadi papa masih aja kaya bocah kamu." Cengiran bodoh terpamer dari wajah Jeongyeon.
Hari ini peringatan setahun meninggalnya anak mereka. Momo keguguran waktunitu karena gak tahu kalau dia lagi hamil dan dia jatuh di tangga.
"Papa gak sabar liat kamu." Bisik Jeongyeon di perut Momo.
"Makasih ya mama sayang."
"Aku juga makasih papa sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story: Jeongyeon & Twice
FanficSering banget gw kepikiran cerita tapi males bikin buku panjang-panjang. Gw putuskan bikin short story ya, ntr bakal macem-macem dah pokoknya Always Mas Jeong as Pemeran Utama Pemeran Wanitanya? Gak usah tanya yang tau gw pasti tau siapa aja. Ada y...