My Only One

191 17 42
                                    

Jeongyeon begitu gugup menanti seseorang yang telah lama ia rindukan.

"Mina ..." Gumamnya pelan kala melihat wanita itu memasuki ruangan VIP yang sengaja Jeongyeon booking agar Mina merasakan nyaman.

"Hai, Jeong."

"Mina ..." Senyum termanis ia berikan untuk Mina.

"Macet?"

Mina mengangguk dan duduk di hadapan Jeongyeon setelah meletakan barang-barangnya di meja samping.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Jeongyeon sembari menekan bel untuk memanggil pelayan.

"Kaya biasa aja ..."

"Oke." Jeongyeon langsung memesan begitu pelayan datang.

"Udah lama ya ... Kamu gimana sekarang?"

Dada Jeongyeon seketika merasa sakit ... Mina menanyai kabarnya. Seperti tak ada beban atau rasa sakit dalam nada pertanyaan itu. Apa Mina sudah move on?

Mereka adalah mantan tunangan yang berpisah karena kesalahan Jeongyeon. Setahun terakhir hubungan mereka, Jeongyeon mulai sering mabuk-mabukan, bahkan pulang malam di antar wanita. Sampai akhirnya Mina marah dan meninggalkan dia.

"Baik, kamu gimana? Aku lihat cafe kamu buka cabang lagi."

"Iya, berkat bantuan dana dari Mingyu, aku bisa buka cabang lagi." Jeongyeon memaksakan senyumnya dan mengangguk. Matanya seakan perih kala melihat sebuah cincin bertanggar di jari Mina.

Tidak lama kemudian sajian yang mereka pesan datang dan mereka mulai menikmati sajian tersebut.

.

"Aku ..."

"Kenapa?" Tanya Mina. Sesungguhnya Mina tahu semua dari Chaeyoung adik Jeongyeon, tentang bagaimana Jeongyeon menjadi depresi saat Mina meninggalkannya. Tapi ada satu hal yang tidak Mina tahu.

"Aku minta maaf sama kelakuanku ke kamu. Aku bukan pria yang baik untuk kamu. Klise ya denger permintaan maaf aku? Hm ..." Jeongyeon sekuat tenaga menahan agar suaranya tidak bergetar.

"Aku udah maafin kamu, Jeong. Semua udah lewat, aku udah belajar melupakan semuanya dan jadiin itu pengalaman belajar yang berharga dalam suatu hubungan."

"Kamu memang perempuan hebat. Gak salah aku bener-bener jatuh cinta sama kamu." Ucap Jeongyeon.

Mina sedikit terkekeh, "Ya, aku gitu loh." Mencoba mencairkan suasana. Jeongyeon tersenyum, namun senyumnya berubah palsu ketika ia merasakan sakit itu datang. Ya, alasan sesungguhnya Jeongyeon berubah pada Mina.

Bukan sengaja ia mabuk-mabukan, bukan sengaja pulang malam diantar wanita. Ia membayar wanita itu untuk mengantarnya.

Jeongyeon sakit, kanker hati stadium 3. Melihat kondisinya, dokter mengatakan bahwa akan sulit, pengobatan yang dilewati belum tentu bisa menghilangkan sel ganas karena posisinyang terlalu bahaya.

Ia tidak mau kehidupan pernikahan impian Mina berubah menjadi duka jika ia pergi tiba-tiba. 6 bulan sejak pertunangan batal, Jeongyeon pergi menghilang. Adiknya, Chaeyoung yang terpukul mendengar penyakit kakaknya, memarahi tindakan Jeongyeon. Berkali-kali Chaeyoung bilang pada Jeongyeon untun katakan yang sebenarnya namun Jeongyeon menolak.

Pernah satu kali Chaeyoung berhasil membawa Jeongyeon, namun kandas kala melihat Mina telah bersama Mingyu. Mina sangat terlihat bahagia. Jeongyeon pun mengurungkan.

Hari ini, ia beranikan diri meminta Mina bertemu, mungkin untuk terakhir kalinya. Pengobatan yang ia jalani gagal. Keluarga memintanya untuk mencoba pengobatan di luar negri. Entah, apa ia bisa kembali? Maka hari ini ia putuskan bertemu Mina. Sekali, terakhir.

"Kayanya kamu sibuk banget, bulak-balik liat hp terus." Ujar Jeongyeon.

Mina menggigit bibir bawahnya,"Maaf, Mingyu telfon dan chat terus."

"Ah, yaudah, kamu pergi aja. Semua udah aku sampaikan ke kamu."

"Beneran gak masalah? Maaf ya Jeong." Mina sungguh tak enak. Sejujurnya ia rindu melihat Jeongyeon setelah 6 bulan lamanya. Ada sedikit khawatir melihat Jeongyeon sedikit berubah lebih kurus.

"Its ok."

"Aku pergi ya. Nanti kita ketemu lagi, oke?" Jeongyeon mengangguk.

Mina pun pergi dari sana meninggalkan Jeongyeon yang wajahnya berubah sendu.

"Selamat tinggal." Ucapnya melihat pintu ditutup.















Gantung ya? Iya. Hix

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang